Kudus (ANTARA) - Presiden Asosiasi Developer Kripto dan Blockchain Indonesia (Aspibi) Salmon kehadiran teknologi blockchain dinilai mampu menggerakkan roda perekonomian nasional sehingga perlu digiatkan edukasinya kepada masyarakat.
"Peluang bisnis di blockchain ini sangat luas. Aktivitas apapun yang anda lakukan bisa dibuat, karena yang dijual data sebuah informasi. Sekarang sedang masa transisi ke data teknologi sehingga membutuhkan wadah untuk menyimpan data tersebut," ujarnya dalam web seminar bersamaan dengan peluncuran portal Indonesia bisnisnews.com yang diikuti peserta dari seluruh Indonesia dengan tema "Memahami Smart Blockchain Untuk Menggerakkan Ekonomi Nasional Melalui Teknologi" yang diikuti dari Kudus, Kamis.
Ia menilai Indonesia paling cocok menerapkan teknologi blockchain, asalkan pembinaan dan edukasi di setiap wilayah berjalan dengan baik.
Sementara dalam memahami blockchain, kata dia, perlu adanya komunitas, sedangkan program edukasi nantinya juga bisa memberi peluang bisnis baru di setiap wilayah karena penerapannya sekarang masih kurang dan regulasinya juga belum optimal.
Dalam memanfaatkan teknologi blockchain tersebut, diakui membutuhkan dukungan pemerintah, terutama dalam hal pembuatan regulasinya karena regulasi yang ada saat ini hanya mengenai finansial.
Pakar Komunikasi Stikom Interstudy Suhendra Atmadja menambahkan bahwa edukasi masyarakat terhadap hadirnya blockchain yang mampu menggerakkan ekonomi nasional dinilai memang masih rendah.
"Satu di antara produk smart blockchain yang sudah bisa diakses masyarakat adalah mata uang kripto (cryptocurrency). Tak sedikit investor yang terjun dalam mata uang kripto dibekali dengan pengetahuan yang cukup," ujarnya.
Berdasarkan penelitiannya terhadap mahasiswa dengan sampel 100 orang, lanjutnya, 80 persennya sudah mengenal mata uang kripto.
"Hal itu menunjukkan di kalangan millenial dengan rentang usia 18-22 tahun, kripto ini sudah banyak yang mengenal. Namun, hanya 30 persen dari responden yang tertarik untuk terjun ke dalamnya," ujarnya.
Alasannya, kata dia, belum tertarik karena belum ada dana yang cukup. Sedangkan untuk masuk ke sana membutuhkan modal. Selain itu, dari jumlah responden tersebut hanya 10 persen responden yang coba-coba tanpa dibekali pengetahuan dan edukasi yang cukup karena penasaran dan keinginannya untuk kaya mendadak.
Padahal jumlah investor kripto sampai Mei 2021 berdasarkan data Kementerian Perdagangan mencapai 6,5 juta orang.
"Mata uang kripto sudah lulus uji dari Bappebti,masih kalah ppuler jika dibandingkan dengan Binomo yang sudah jelas judi. Sehingga masih perlunya edukasi kepada masyarakat mengenai mata uang kripto," ujarnya.
Pasalnya, kata dia, di luar negeri sudah ada lembaga pendidikan jurusan ekonomi yang memasukkan kurikulumnya mengenai mata uang kripto. Nantinya, Indonesia semakin banyak melahirkan orang-orang yang memahami mengenai bockchain dan tidak hanya soal kripto.
Founder President Crypto Community, Ilham Firmansyah menyarankan, agar setiap orang yang ingin terjun dalam mata uang kripto dapat menganalisa secara cukup dan jangan pernah salah dalam memilih mata uang kripto. Lebih baik investor juga dapat memperdalam ilmu sebelum terjun ke sana.
Misalnya, mengetahui cara bertransaksi dan memilih koin yang legal dan terdaftar di Bappebti.
Baca juga: Teknologi Blockchain dorong transparansi monetisasi data