BPIP dorong aktualiasi nilai Pancasila menjadi kebiasaan dunia akademik
Salatiga (ANTARA) - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mendorong aktualisasi nilai Pancasila menjadi suatu kebiasaan di dunia akademik.
Direktur Jaringan dan Pembudayaan BPIP Irene Camelyn Sinaga pada seminar nasional bertema "Meneguhkan Pancasila dan Semangat Kebangsaan di Era Digital" yang digelar secara luring dan daring di Balairung Utama, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Senin, mengatakan hilangnya pendidikan formal nilai-nilai moral Pancasila sekitar 22-24 tahun ikut membawa dampak memudarnya pemahaman masyarakat terhadap nilai dan falsafah Pancasila.
Dengan demikian, menurut dia, tidak bisa dielakkan ada generasi lahir di masa itu yang tidak memahami bagaimana menghayati Pancasila.
Oleh karena itu, pihaknya menggandeng UKSW untuk bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila.
"Harapan kami aktualisasi nilai-nilai Pancasila bisa menjadi kebiasaan dalam dunia akademik. Selain itu, kerja sama dengan BPIP untuk mengingatkan pentingnya ideologi Pancasila di era digital sekarang," katanya.
Baca juga: BPIP jadikan Solo sebagai percontohan implementasi nilai Pancasila
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Antonius Benny Sesutyo tidak menampik era digital merupakan tantangan karena internalisasi Pancasila butuh habituasi.
"Perlu proses dialektika dan penalaran. Tantangan besar kita di era digital adalah kemampuan daya kritis dan kemampuan menyampaikan narasi budaya tanding karena media sosial kita cenderung bersifat monolog. Bahkan tanpa kepakaran, kita terdoktrin tanpa bisa otonom," katanya.
Sementara itu, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS mengatakan sepanjang media ikut menjaga etika dalam penyampaian informasi, maka saat itulah media ikut menjaga bangsa sesuai amanat UU Pers.
"Pers yang taat pada etika, baik itu substansi maupun operasional akan menjauhkan diri dari pemberitaan yang mengobok-obok SARA dan mengedepankan nilai-nilai persatuan, kepentingan bangsa dibanding kepentingan viralitas," katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak insan dan pengelola media untuk konsisten dalam beretika karena menegaskan pilihan untuk menjaga bangsa.
"Penghayatan terhadap Kode Etik Jurnalistik otomatis memancar praktik bermedia yang kuat dengan agenda sosial kebangsaan," katanya.
Baca juga: BPIP kawal penyusunan perundang-undangan agar selaras dengan nilai Pancasila
Baca juga: Gaya Ganjar sampaikan ideologi Pancasila jadi contoh BPIP
Direktur Jaringan dan Pembudayaan BPIP Irene Camelyn Sinaga pada seminar nasional bertema "Meneguhkan Pancasila dan Semangat Kebangsaan di Era Digital" yang digelar secara luring dan daring di Balairung Utama, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Senin, mengatakan hilangnya pendidikan formal nilai-nilai moral Pancasila sekitar 22-24 tahun ikut membawa dampak memudarnya pemahaman masyarakat terhadap nilai dan falsafah Pancasila.
Dengan demikian, menurut dia, tidak bisa dielakkan ada generasi lahir di masa itu yang tidak memahami bagaimana menghayati Pancasila.
Oleh karena itu, pihaknya menggandeng UKSW untuk bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila.
"Harapan kami aktualisasi nilai-nilai Pancasila bisa menjadi kebiasaan dalam dunia akademik. Selain itu, kerja sama dengan BPIP untuk mengingatkan pentingnya ideologi Pancasila di era digital sekarang," katanya.
Baca juga: BPIP jadikan Solo sebagai percontohan implementasi nilai Pancasila
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Antonius Benny Sesutyo tidak menampik era digital merupakan tantangan karena internalisasi Pancasila butuh habituasi.
"Perlu proses dialektika dan penalaran. Tantangan besar kita di era digital adalah kemampuan daya kritis dan kemampuan menyampaikan narasi budaya tanding karena media sosial kita cenderung bersifat monolog. Bahkan tanpa kepakaran, kita terdoktrin tanpa bisa otonom," katanya.
Sementara itu, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS mengatakan sepanjang media ikut menjaga etika dalam penyampaian informasi, maka saat itulah media ikut menjaga bangsa sesuai amanat UU Pers.
"Pers yang taat pada etika, baik itu substansi maupun operasional akan menjauhkan diri dari pemberitaan yang mengobok-obok SARA dan mengedepankan nilai-nilai persatuan, kepentingan bangsa dibanding kepentingan viralitas," katanya.
Oleh karena itu, ia mengajak insan dan pengelola media untuk konsisten dalam beretika karena menegaskan pilihan untuk menjaga bangsa.
"Penghayatan terhadap Kode Etik Jurnalistik otomatis memancar praktik bermedia yang kuat dengan agenda sosial kebangsaan," katanya.
Baca juga: BPIP kawal penyusunan perundang-undangan agar selaras dengan nilai Pancasila
Baca juga: Gaya Ganjar sampaikan ideologi Pancasila jadi contoh BPIP