Semarang (ANTARA) - Upaya edukasi dan rehabilitasi terhadap masyarakat dan para penderita kanker harus berkelanjutan karena para penyintas tidak hanya terserang secara fisik, tetapi juga psikologis yang dihadapi sepanjang proses pengobatan.
"Berbagi pengalaman kepada sesama penderita kanker adalah salah satu sumber kekuatan saya untuk menapaki kehidupan menjadi lebih ringan, karena pengalaman sesama penyintas banyak memberi harapan," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat memberikan sapa sayang dalam acara Obrolan Akhir Minggu Sahabat YKPI secara daring, Sabtu (19/3).
Hadir pada acara tersebut, Linda Agum Gumelar (Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia/YKPI) dan dr. Fenny Lovitha Dewi. Sp. KFR (Rehab Medis RS Kanker Dharmais)
Pada kesempatan tersebut, Lestari yang juga penyintas kanker payudara itu mengungkapkan bahwa dirinya masih mengalami sejumlah gejala akibat proses pengobatan kanker, mulai dari tidak normalnya pertumbuhan alis mata, kesulitan naik tangga, tulang mulai rapuh dan sejumlah efek pengobatan kanker lainnya seperti limfedema (pembengkakan pada tangan atau kaki yang disebabkan oleh sistem penyumbatan limfatik) dan nyeri.
Namun, menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, sejumlah gejala itu harus dihadapi dengan senyuman agar kita dapat berdamai dengan kehidupan.
Sejumlah gejala yang dihadapi para penderita kanker itu, ujar Rerie, memerlukan penguatan yang berkelanjutan lewat edukasi dan upaya rehabilitasi. Karena kanker tidak hanya menyerang secara fisik, tetapi juga psikologis penderitanya.
Tahun ini, ujar Rerie, peringatan Hari Kanker sedunia mengusung sebuah kampanye 2022-2024 bertema Close The Care Gap.
Tema tersebut, jelas Rerie, yang juga anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, mengajak semua elemen yang peduli untuk melakukan kampanye mengurangi celah perawatan pada penderita dan penyintas.
Berbagi pengalaman dalam pengobatan kanker antar sesama penderita, penyintas kanker dan masyarakat, ujarnya, merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi gap dalam proses perawatan penderita kanker.
Apalagi, tambah Rerie, secara medis para pakar menyebutkan tidak ada orang yang bebas dari ancaman kanker karena di tubuh setiap manusia sebenarnya ada potensi tumbuh sel-sel kanker. Jadi, tegasnya, kita harus terus mewaspadai ancaman tersebut sehingga tidak boleh lengah.
"Jalani pola hidup sehat dan isi hari-hari kita dengan hal-hal yang bermanfaat bagi sekitar kita, sehingga hidup yang kita jalani menjadi lebih bermakna," pungkasnya. ***
Berita Terkait
60 anak penyintas kanker terlibat proyek sambut Hari Batik Nasional
Rabu, 24 Juli 2024 13:04 Wib
Pemprov Jateng-BNPT sinergi bantu penyintas tindak terorisme
Kamis, 4 Juli 2024 15:49 Wib
Prodi Magister Kedokteran Gigi UI gelar pemeriksaan penyintas down syndrome
Selasa, 23 Mei 2023 14:56 Wib
Iskandar Widjaja-Astuti Kusumo kolaborasi konser untuk penyintas kanker
Jumat, 15 Juli 2022 14:48 Wib
Pertamina Cilacap bangkitkan perekonomian warga penyintas erupsi Semeru
Senin, 23 Mei 2022 15:49 Wib
Pertamina Cilacap bantu pembangunan huntara bagi penyintas erupsi Semeru
Sabtu, 21 Mei 2022 18:41 Wib
Ganjar cukur gundul wujud empati pada anak penyintas kanker
Senin, 28 Februari 2022 15:23 Wib
Ganjar dorong penghapusan stigma dan diskriminasi penyintas kusta
Senin, 31 Januari 2022 19:07 Wib