Generasi muda harus dipersiapkan agar mampu jawab tantangan zaman
Semarang (ANTARA) - Seluruh elemen bangsa harus mempersiapkan generasi muda agar mampu menjawab berbagai tantangan untuk mewujudkan Indonesia Emas yang tangguh dan berdaya saing pada 2045.
"Pada 2045, generasi muda akan menjadi tulang punggung bangsa ini untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju, seperti yang dicita-citakan para pendahulu bangsa," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Milenial dan Tantangan Ketenagakerjaan dalam Menyambut Bonus Demografi Indonesia, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (16/2).
Diskusi yang dipandu Dr. Radityo Fajar Arianto, MBA (ekonom, Direktur Sparklab Universitas Pelita Harapan) itu dihadiri Anggoro Eko Cahyo (Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan), Prof. Badri Munir Sukoco, MBA, Ph.D (Guru Besar Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis /FEB Universitas Airlangga), dan Indra Pramana(CEO for Navanti Indonesia) sebagai narasumber.
Selain itu hadir Putri Anetta Komarudin
(Co-Head of Delegate Selection Committe dan Delegasi Y20 Indonesia 2021), Mochammad Popon, S.H (Sekretaris Umum PP SPSI) dan Dr. Atang Irawan, S.H, M.Hum (Pakar Hukum Universitas Pasundan Bandung) sebagai penanggap.
Karena itu, ujar Lestari, saat ini kita harus mempersiapkan para generasi muda agar mampu menghadapi tantangan dengan sumber daya yang kita miliki.
Sehingga, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, berbagai upaya harus dilakukan berangkat dari optimalisasi seluruh sumber daya yang dimiliki anak bangsa.
Rerie berpendapat loncatan teknologi yang terjadi saat ini mengubah pola berperilaku dan komunikasi manusia di era ini.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menegaskan bangsa ini tidak boleh mengabaikan perkembangan teknologi yang terjadi ini.
Diakui Rerie, sejak terjadi krisis global, pandemi COVID-19 mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran tertinggi di usia produktif.
Berbagai perubahan itu, tambahnya, mendorong kita secara bersama sebagai anak bangsa mempersiapkan generasi milenial agar memiliki kemampuan dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.
Guru Besar Manajemen FEB Universitas Airlangga, Badri Munir Sukoco, berpendapat perlu kerja keras bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju karena membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kondisi pandemi COVID-19 dan rendahnya relevansi tenaga kerja terhadap lapangan kerja yang tersedia, ujar Badri, menyebabkan pertambahan angka pengangguran saat ini.
Salah satu upaya agar tenaga kerja mampu terserap, menurut Badri, adalah dengan melakukan transformasi ekonomi lewat dua hal yaitu peningkatan kualitas SDM dan menetapkan sejumlah sektor untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi agar mampu tumbuh di atas 10 persen.
Karena, ujar Badri, untuk menjadi negara maju, bangsa Indonesia harus mampu masuk pada kelompok negara dengan pendapatan tinggi yang berciri memiliki industri services 69,70 persen yang sangat mengandalkan kualitas SDM yang tinggi.
Pada kesempatan itu, Badri mengungkapkan pengalaman Tiongkok saat menuju negara maju.
Dia mengungkapkan ketika itu Tiongkok melibatkan perguruan tinggi dalam sejumlah penelitian di bidang algoritma, bahan baterai, dan sejumlah teknologi masa depan seperti robotik dan teknologi molekuler, Negeri Tirai Bambu itu akhirnya mampu masuk menjadi negara maju.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengonfirmasi bahwa pandemi COVID-19 benar berdampak pada kalangan muda.
Hal itu, ujar Anggoro, terungkap pada meningkatnya klaim jaminan hari tua (JHT) pada pekerja milenial yang mengundurkan diri dan terkena PHK di masa pandemi.
Menurut Anggoro, di masa pandemi ini terjadi shifting pasar kerja dari sektor formal ke sektor informal. Para pekerja yang keluar dari sektor formal saat ini, ungkap Anggoro, belum masuk kembali ke sistem perlindungan BPJS Ketenagakerjaan.
CEO for Navanti Indonesia, Indra Pramana mengungkapkan industri start up masih menjadi salah sektor yang diminati kelompok milenial di Indonesia.
Menurut Indra, sejumlah startup di Indonesia di bidang fintech, logistik, e-commerce, food and beverage, dan agrikultur sangat diminati para investor.
Peluang itu, ujar Indra, harus ditangkap oleh anak bangsa dengan sejumlah upaya strategis agar generasi milenial Indonesia mampu berperan lebih besar di industri startup di tanah air.
Co-Head of Delegate Selection Committe dan Delegasi Y20 Indonesia 2021, Putri Anetta Komarudin mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak pada masa transisi kalangan muda yang akan memasuki dunia kerja.
Akibatnya, jelas Putri, sebagian generasi muda masuk ke sektor informal yang kurang mendapat perlindungan. Isu job insecurity ini, jelas Putri, menjadi perhatian dalam penyelenggaraan Y20 mendatang.
Pakar Hukum Universitas Pasundan Bandung, Atang Irawan menilai untuk persiapan menyambut bonus demografi perlu upaya perbaikan kebijakan di sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur serta percepatan investasi.
Menurut Atang, para pemangku kepentingan perlu membuat peta jalan untuk mempersiapkan formulasi dalam menyambut bonus demografi untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan kebijakan seperti yang terjadi pada Afrika Selatan dan Brazil.
Jurnalis senior Saur Hutabarat berpendapat, dunia kerja di masa datang akan ditentukan kesiapan teknologi dari para calon pekerjanya. Ekonomi kreatif dan kantong-kantong kreativitas akan mewarnai lapangan kerja yang tersedia.
Bangsa ini, ujar Saur, memerlukan sistem pendidikan yang menghasilkan generasi yang mampu berpikir jangka panjang dan memiliki imajinasi yang tidak terbatas, untuk menjawab tantangan zaman yang memerlukan banyak kreativitas. ***
"Pada 2045, generasi muda akan menjadi tulang punggung bangsa ini untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju, seperti yang dicita-citakan para pendahulu bangsa," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Milenial dan Tantangan Ketenagakerjaan dalam Menyambut Bonus Demografi Indonesia, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (16/2).
Diskusi yang dipandu Dr. Radityo Fajar Arianto, MBA (ekonom, Direktur Sparklab Universitas Pelita Harapan) itu dihadiri Anggoro Eko Cahyo (Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan), Prof. Badri Munir Sukoco, MBA, Ph.D (Guru Besar Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis /FEB Universitas Airlangga), dan Indra Pramana(CEO for Navanti Indonesia) sebagai narasumber.
Selain itu hadir Putri Anetta Komarudin
(Co-Head of Delegate Selection Committe dan Delegasi Y20 Indonesia 2021), Mochammad Popon, S.H (Sekretaris Umum PP SPSI) dan Dr. Atang Irawan, S.H, M.Hum (Pakar Hukum Universitas Pasundan Bandung) sebagai penanggap.
Karena itu, ujar Lestari, saat ini kita harus mempersiapkan para generasi muda agar mampu menghadapi tantangan dengan sumber daya yang kita miliki.
Sehingga, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, berbagai upaya harus dilakukan berangkat dari optimalisasi seluruh sumber daya yang dimiliki anak bangsa.
Rerie berpendapat loncatan teknologi yang terjadi saat ini mengubah pola berperilaku dan komunikasi manusia di era ini.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menegaskan bangsa ini tidak boleh mengabaikan perkembangan teknologi yang terjadi ini.
Diakui Rerie, sejak terjadi krisis global, pandemi COVID-19 mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran tertinggi di usia produktif.
Berbagai perubahan itu, tambahnya, mendorong kita secara bersama sebagai anak bangsa mempersiapkan generasi milenial agar memiliki kemampuan dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.
Guru Besar Manajemen FEB Universitas Airlangga, Badri Munir Sukoco, berpendapat perlu kerja keras bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara maju karena membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kondisi pandemi COVID-19 dan rendahnya relevansi tenaga kerja terhadap lapangan kerja yang tersedia, ujar Badri, menyebabkan pertambahan angka pengangguran saat ini.
Salah satu upaya agar tenaga kerja mampu terserap, menurut Badri, adalah dengan melakukan transformasi ekonomi lewat dua hal yaitu peningkatan kualitas SDM dan menetapkan sejumlah sektor untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi agar mampu tumbuh di atas 10 persen.
Karena, ujar Badri, untuk menjadi negara maju, bangsa Indonesia harus mampu masuk pada kelompok negara dengan pendapatan tinggi yang berciri memiliki industri services 69,70 persen yang sangat mengandalkan kualitas SDM yang tinggi.
Pada kesempatan itu, Badri mengungkapkan pengalaman Tiongkok saat menuju negara maju.
Dia mengungkapkan ketika itu Tiongkok melibatkan perguruan tinggi dalam sejumlah penelitian di bidang algoritma, bahan baterai, dan sejumlah teknologi masa depan seperti robotik dan teknologi molekuler, Negeri Tirai Bambu itu akhirnya mampu masuk menjadi negara maju.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengonfirmasi bahwa pandemi COVID-19 benar berdampak pada kalangan muda.
Hal itu, ujar Anggoro, terungkap pada meningkatnya klaim jaminan hari tua (JHT) pada pekerja milenial yang mengundurkan diri dan terkena PHK di masa pandemi.
Menurut Anggoro, di masa pandemi ini terjadi shifting pasar kerja dari sektor formal ke sektor informal. Para pekerja yang keluar dari sektor formal saat ini, ungkap Anggoro, belum masuk kembali ke sistem perlindungan BPJS Ketenagakerjaan.
CEO for Navanti Indonesia, Indra Pramana mengungkapkan industri start up masih menjadi salah sektor yang diminati kelompok milenial di Indonesia.
Menurut Indra, sejumlah startup di Indonesia di bidang fintech, logistik, e-commerce, food and beverage, dan agrikultur sangat diminati para investor.
Peluang itu, ujar Indra, harus ditangkap oleh anak bangsa dengan sejumlah upaya strategis agar generasi milenial Indonesia mampu berperan lebih besar di industri startup di tanah air.
Co-Head of Delegate Selection Committe dan Delegasi Y20 Indonesia 2021, Putri Anetta Komarudin mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak pada masa transisi kalangan muda yang akan memasuki dunia kerja.
Akibatnya, jelas Putri, sebagian generasi muda masuk ke sektor informal yang kurang mendapat perlindungan. Isu job insecurity ini, jelas Putri, menjadi perhatian dalam penyelenggaraan Y20 mendatang.
Pakar Hukum Universitas Pasundan Bandung, Atang Irawan menilai untuk persiapan menyambut bonus demografi perlu upaya perbaikan kebijakan di sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur serta percepatan investasi.
Menurut Atang, para pemangku kepentingan perlu membuat peta jalan untuk mempersiapkan formulasi dalam menyambut bonus demografi untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan kebijakan seperti yang terjadi pada Afrika Selatan dan Brazil.
Jurnalis senior Saur Hutabarat berpendapat, dunia kerja di masa datang akan ditentukan kesiapan teknologi dari para calon pekerjanya. Ekonomi kreatif dan kantong-kantong kreativitas akan mewarnai lapangan kerja yang tersedia.
Bangsa ini, ujar Saur, memerlukan sistem pendidikan yang menghasilkan generasi yang mampu berpikir jangka panjang dan memiliki imajinasi yang tidak terbatas, untuk menjawab tantangan zaman yang memerlukan banyak kreativitas. ***