OJK: Kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia menguat
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia yang terus membaik serta penanganan penyebaran pandemi COVID-19 telah meningkatkan kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia ke depan.
"Kami juga mencatat ada pergeseran preferensi investor asing dari Surat Berharga Negara (SBN) ke pasar modal Indonesia, yang menggambarkan kepercayaan investor terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia," ujar Wimboh dalam acara Capital Market Day di London, Inggris, sebagaimana rilis di Jakarta, Sabtu.
Hadir dalam acara itu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan, Ketua Kadin Indonesia Arsyad Rasjid dan sejumlah pemimpin Himbara. Acara tersebut juga dihadiri CEO London Stock Exchange (LSE) Group Murray Roos dan Steven Marcellino Pimpinan Global Indonesian Professionals' Association (GIPA) serta kalangan pengusaha di Inggris.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif 7,07 persen (yoy) pada kuartal II-2021 dan pemerintah memperkirakan hingga akhir tahun pertumbuhan mencapai 3,7 – 4,5 persen.
"Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2021 tercatat sebesar 7,07 persen (yoy), membaik dari kinerja pada kuartal I 2021 yang mengalami kontraksi sebesar 0,71 persen (yoy). Peningkatan permintaan domestik yang cukup signifikan menjadi sumber utama perbaikan kinerja PDB dengan seluruh komponen sisi permintaan menunjukkan pertumbuhan yang solid, terutama komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah," ujar Luhut.
Luhut juga menyampaikan kasus lonjakan COVID-19 dan pembatasan mobilitas yang ketat dimulai pada akhir kuartal II dan berakhir pada akhir kuartal III, kemungkinan mempengaruhi angka pertumbuhan pada kuartal III.
Namun dengan penanganan COVID-19 yang solid, pemulihan yang kuat di kuartal IV 2021 masih dapat dicapai di masa mendatang.
Lebih lanjut, Wimboh menjelaskan, kepercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian Indonesia juga terlihat dari nilai penghimpunan dana yang hingga 26 Oktober 2021 mencapai Rp273,9 triliun dan 40 emiten baru yang telah melakukan penawaran umum.
Jumlah tersebut melampaui perolehan pada 2020 sebesar Rp118,7 triliun. Selain itu, pasar modal juga mencatat lonjakan pertumbuhan investor pasar modal terutama dari kalangan milenial. Hingga 21 September 2021 tercatat investor di pasar modal Indonesia sebanyak 6,4 juta orang atau tumbuh 100,51 persen (yoy).
"Oleh karena itu, kami mengajak anda berinvestasi di Indonesia khususnya di pasar modal dan menikmati hasil investasi yang baik," kata Wimboh.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia telah memberikan banyak insentif investasi seperti pengurangan tarif 2 persen dari pajak penghasilan badan untuk emiten, pengurangan pajak atas bunga obligasi korporasi dari 20 persen menjadi 10 persen dan juga omnibus law yang sangat menyederhanakan perizinan untuk investor global.
Di samping itu, pemerintah juga terus membangun infrastuktur guna mempermudah akses dan meningkatkan efisiensi yang akan menambah keuntungan bagi para investor.
Wimboh juga mengatakan OJK akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan peran pasar modal, antara lain melalui dukungan penyusunan kebijakan yang akomodatif bagi start-up dan perusahaan teknologi berskala unicorn untuk melakukan IPO di bursa, pembentukan Securities Crowdfunding (SCF) untuk UMKM, menerbitkan kerangka regulasi untuk Bank Digital, memperbarui pengaturan peer to peer lending dan meninjau pengaturan insurtech.
Selain itu, otoritas juga terus membuka akses pasar modal bagi UMKM yang banyak menyerap tenaga kerja serta berorientasi ekspor dan ramah lingkungan sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
"OJK sedang menyiapkan kebijakan mengenai Multiple Voting Shares (MVS) agar para pemilik start-up dapat mempertahankan perkembangan usahanya sesuai dengan visi dan misi awal perusahaan," ujar Wimboh.
"Kami juga mencatat ada pergeseran preferensi investor asing dari Surat Berharga Negara (SBN) ke pasar modal Indonesia, yang menggambarkan kepercayaan investor terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia," ujar Wimboh dalam acara Capital Market Day di London, Inggris, sebagaimana rilis di Jakarta, Sabtu.
Hadir dalam acara itu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan, Ketua Kadin Indonesia Arsyad Rasjid dan sejumlah pemimpin Himbara. Acara tersebut juga dihadiri CEO London Stock Exchange (LSE) Group Murray Roos dan Steven Marcellino Pimpinan Global Indonesian Professionals' Association (GIPA) serta kalangan pengusaha di Inggris.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif 7,07 persen (yoy) pada kuartal II-2021 dan pemerintah memperkirakan hingga akhir tahun pertumbuhan mencapai 3,7 – 4,5 persen.
"Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2021 tercatat sebesar 7,07 persen (yoy), membaik dari kinerja pada kuartal I 2021 yang mengalami kontraksi sebesar 0,71 persen (yoy). Peningkatan permintaan domestik yang cukup signifikan menjadi sumber utama perbaikan kinerja PDB dengan seluruh komponen sisi permintaan menunjukkan pertumbuhan yang solid, terutama komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah," ujar Luhut.
Luhut juga menyampaikan kasus lonjakan COVID-19 dan pembatasan mobilitas yang ketat dimulai pada akhir kuartal II dan berakhir pada akhir kuartal III, kemungkinan mempengaruhi angka pertumbuhan pada kuartal III.
Namun dengan penanganan COVID-19 yang solid, pemulihan yang kuat di kuartal IV 2021 masih dapat dicapai di masa mendatang.
Lebih lanjut, Wimboh menjelaskan, kepercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian Indonesia juga terlihat dari nilai penghimpunan dana yang hingga 26 Oktober 2021 mencapai Rp273,9 triliun dan 40 emiten baru yang telah melakukan penawaran umum.
Jumlah tersebut melampaui perolehan pada 2020 sebesar Rp118,7 triliun. Selain itu, pasar modal juga mencatat lonjakan pertumbuhan investor pasar modal terutama dari kalangan milenial. Hingga 21 September 2021 tercatat investor di pasar modal Indonesia sebanyak 6,4 juta orang atau tumbuh 100,51 persen (yoy).
"Oleh karena itu, kami mengajak anda berinvestasi di Indonesia khususnya di pasar modal dan menikmati hasil investasi yang baik," kata Wimboh.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia telah memberikan banyak insentif investasi seperti pengurangan tarif 2 persen dari pajak penghasilan badan untuk emiten, pengurangan pajak atas bunga obligasi korporasi dari 20 persen menjadi 10 persen dan juga omnibus law yang sangat menyederhanakan perizinan untuk investor global.
Di samping itu, pemerintah juga terus membangun infrastuktur guna mempermudah akses dan meningkatkan efisiensi yang akan menambah keuntungan bagi para investor.
Wimboh juga mengatakan OJK akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan peran pasar modal, antara lain melalui dukungan penyusunan kebijakan yang akomodatif bagi start-up dan perusahaan teknologi berskala unicorn untuk melakukan IPO di bursa, pembentukan Securities Crowdfunding (SCF) untuk UMKM, menerbitkan kerangka regulasi untuk Bank Digital, memperbarui pengaturan peer to peer lending dan meninjau pengaturan insurtech.
Selain itu, otoritas juga terus membuka akses pasar modal bagi UMKM yang banyak menyerap tenaga kerja serta berorientasi ekspor dan ramah lingkungan sehingga dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
"OJK sedang menyiapkan kebijakan mengenai Multiple Voting Shares (MVS) agar para pemilik start-up dapat mempertahankan perkembangan usahanya sesuai dengan visi dan misi awal perusahaan," ujar Wimboh.