Indonesia terima 100 ventilator dan Rp187 mioliar dari AS untuk atasi virus
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia di Jakarta, Selasa, menerima bantuan 100 alat bantu pernapasan (ventilator) dan hibah sebesar Rp187 miliar dari Pemerintah Amerika Serikat guna membantu penanggulangan COVID-19 dan pemulihan ekonomi di Tanah Air.
Bantuan alat kesehatan itu diserahkan oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta, Heather Variava, kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi, dan disaksikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta.
"Penyerahan bantuan ini merupakan tindak lanjut dari percakapan antara Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden AS Donald Trump pada 24 April 2020. Secara keseluruhan, ada 1.000 ventilator yang akan dikirim dari AS ke Indonesia lewat beberapa kali pengiriman sepanjang Agustus," kata Retno Marsudi saat memberi sambutan pada upacara penyerahan.
Retno, yang mewakili Pemerintah Indonesia, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah AS atas bantuan tersebut.
Menurut dia, penyerahan 100 ventilator secara simbolik pada hari ini memuat dua pesan penting.
"Pertama, penyerahan bantuan ini merupakan contoh kolaborasi yang nyata untuk menanggulangi pandemi secara bersama-sama. Respon-respon kolektif merupakan kunci untuk menghadapi tantangan sebesar ini. Kedua, saya berharap kerja sama Indonesia dan AS tidak berhenti di sini, tetapi terus berlanjut dan tidak hanya untuk menanggulangi COVID-19, tetapi juga ancaman pandemi di masa depan dan bersama-sama turut mendukung tata kelola kesehatan dunia," terang Retno.
Dalam kesempatan yang sama, Kuasa Usaha Ad Interim Kedubes AS Jakarta, Heather Variava menyampaikan pemerintah AS juga menyalurkan hibah senilai kurang lebih Rp187 miliar kepada Pemerintah Indonesia.
Bantuan itu merupakan bagian dari dana sebesar Rp22 triliun yang dialokasikan AS untuk membantu sejumlah negara menanggulangi pandemi dan memulihkan sektor ekonominya yang terdampak COVID-19.
"Donasi ini merupakan wujud komitmen kami kepada rakyat Indonesia, khususnya untuk membantu Indonesia membuka kembali sektor perekonomian dengan aman," kata Variava dalam sambutannya.
Di samping bantuan dari pemerintah, salah satu perguruan tinggi di AS, University of Rhode Island pada bulan lalu mengumumkan pihaknya akan mengirim sekitar 140 ventilator ke beberapa daerah di Indonesia, salah satunya Provinsi Papua. Ventilator itu dirancang dan dirakit oleh kurang lebih 100 orang pengajar, staf universitas, dan mahasiswa University of Rhode Island, yang beberapa di antaranya berasal dari Indonesia.
Tidak hanya dari AS, Indonesia juga menerima bantuan 100 ventilator dari Pemerintah Australia pada bulan ini.
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada Maret 2020, Indonesia telah membangun kemitraan dengan kurang lebih 120 lembaga, di antaranya 11 negara, 12 organisasi internasional, dan 97 lembaga non-pemerintah, untuk menanggulangi dampak pandemi.
WHO lewat laman resminya mengumumkan per 27 Juli 2020 jumlah pasien positif COVID-19 dunia mencapai lebih dari 16 juta jiwa dan 646.641 di antaranya meninggal dunia.
Amerika Serikat masih menempati urutan pertama untuk negara dengan jumlah kasus positif terbesar, yaitu 4.433.410 jiwa. Sementara itu, Indonesia menempati urutan ke-24 dengan 100.303 kasus positif, melampaui China yang melaporkan total 83.959 kasus positif.
COVID-19 pertama kali mewabah di Kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu. Sejak saat itu sampai hari ini, COVID-19 telah menyebar ke kurang lebih 216 negara dan wilayah.
Bantuan alat kesehatan itu diserahkan oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta, Heather Variava, kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi, dan disaksikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta.
"Penyerahan bantuan ini merupakan tindak lanjut dari percakapan antara Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden AS Donald Trump pada 24 April 2020. Secara keseluruhan, ada 1.000 ventilator yang akan dikirim dari AS ke Indonesia lewat beberapa kali pengiriman sepanjang Agustus," kata Retno Marsudi saat memberi sambutan pada upacara penyerahan.
Retno, yang mewakili Pemerintah Indonesia, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah AS atas bantuan tersebut.
Menurut dia, penyerahan 100 ventilator secara simbolik pada hari ini memuat dua pesan penting.
"Pertama, penyerahan bantuan ini merupakan contoh kolaborasi yang nyata untuk menanggulangi pandemi secara bersama-sama. Respon-respon kolektif merupakan kunci untuk menghadapi tantangan sebesar ini. Kedua, saya berharap kerja sama Indonesia dan AS tidak berhenti di sini, tetapi terus berlanjut dan tidak hanya untuk menanggulangi COVID-19, tetapi juga ancaman pandemi di masa depan dan bersama-sama turut mendukung tata kelola kesehatan dunia," terang Retno.
Dalam kesempatan yang sama, Kuasa Usaha Ad Interim Kedubes AS Jakarta, Heather Variava menyampaikan pemerintah AS juga menyalurkan hibah senilai kurang lebih Rp187 miliar kepada Pemerintah Indonesia.
Bantuan itu merupakan bagian dari dana sebesar Rp22 triliun yang dialokasikan AS untuk membantu sejumlah negara menanggulangi pandemi dan memulihkan sektor ekonominya yang terdampak COVID-19.
"Donasi ini merupakan wujud komitmen kami kepada rakyat Indonesia, khususnya untuk membantu Indonesia membuka kembali sektor perekonomian dengan aman," kata Variava dalam sambutannya.
Di samping bantuan dari pemerintah, salah satu perguruan tinggi di AS, University of Rhode Island pada bulan lalu mengumumkan pihaknya akan mengirim sekitar 140 ventilator ke beberapa daerah di Indonesia, salah satunya Provinsi Papua. Ventilator itu dirancang dan dirakit oleh kurang lebih 100 orang pengajar, staf universitas, dan mahasiswa University of Rhode Island, yang beberapa di antaranya berasal dari Indonesia.
Tidak hanya dari AS, Indonesia juga menerima bantuan 100 ventilator dari Pemerintah Australia pada bulan ini.
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada Maret 2020, Indonesia telah membangun kemitraan dengan kurang lebih 120 lembaga, di antaranya 11 negara, 12 organisasi internasional, dan 97 lembaga non-pemerintah, untuk menanggulangi dampak pandemi.
WHO lewat laman resminya mengumumkan per 27 Juli 2020 jumlah pasien positif COVID-19 dunia mencapai lebih dari 16 juta jiwa dan 646.641 di antaranya meninggal dunia.
Amerika Serikat masih menempati urutan pertama untuk negara dengan jumlah kasus positif terbesar, yaitu 4.433.410 jiwa. Sementara itu, Indonesia menempati urutan ke-24 dengan 100.303 kasus positif, melampaui China yang melaporkan total 83.959 kasus positif.
COVID-19 pertama kali mewabah di Kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu. Sejak saat itu sampai hari ini, COVID-19 telah menyebar ke kurang lebih 216 negara dan wilayah.