Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Surakarta, Jawa Tengah, memperkirakan terjadi perlambatan ekonomi di Soloraya seiring dengan hasil survei dari perusahaan yang menunjukkan penurunan penjualan.
"Misalnya kalau pariwisata kita kan dilarang menyelenggarakan acara. Lokasi wisata ditutup, ini menyebabkan kinerja turun," kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Surakarta Bimala di Solo, Senin.
Ia mengatakan kondisi tersebut juga terjadi di sektor perdagangan. Banyak pengiriman barang ke luar negeri yang ditunda namun bukan dibatalkan.
Di sisi lain, berdasarkan data BI, beberapa industri juga melakukan perubahan produksi, seperti sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini lebih banyak memproduksi masker dibandingkan produksi pakaian.
"Itu kan bukan 'core'-nya, jadi diperkirakan tidak akan meningkatkan omzet mereka. Suatu saat juga akan turun permintaannya," katanya.
Baca juga: BI perkirakan perekonomian Banyumas tetap tumbuh positif
Selain terjadi penurunan perdagangan, BI juga mencatat terjadi penutupan rute penerbangan Solo-Kunming, kereta api jarak jauh, penurunan jumlah penumpang angkutan udara, dan larangan untuk melakukan perjalanan mudik Lebaran.
Bahkan, dikatakannya, tingkat okupansi hotel sampai April 2020 hanya sekitar 5-10 persen, akibatnya lebih dari 18 hotel dan restoran di Solo tutup sementara.
Sementara itu, meski tidak menyampaikan prediksi pertumbuhan ekonomi Soloraya pada tahun ini, pihaknya tetap berupaya untuk menjaga daya beli masyarakat, termasuk juga aktif melakukan rapat koordinasi dengan instansi terkait.
"Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sudah ada kerja sama terkait pasar 'online'. Kami juga kerja sama dengan Grab, Gojek, dan Pono karena masyarakat juga ingin menurunkan keramaian di pasar," katanya.
Baca juga: Dorong sektor investasi untuk tingkatkan pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Jateng pada triwulan I hanya 2,6 persen