Purwokerto (ANTARA) - Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan ketersediaan dan penyaluran elpiji di wilayah Banyumas menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah dalam posisi aman dan mencukupi kebutuhan.
"Berdasarkan prediksi kami, konsumsi elpiji selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri mengalami peningkatan sebesar 2 persen," kata Pejabat Sementara General Manager Pertamina MOR IV Jateng-DIY Teuku Johan Miftah dalam keterangan pers yang diterima Antara di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Ia mengatakan dalam kondisi normal, rata-rata harian penyaluran elpiji di wilayah Banyumas berada pada kisaran 159 metric ton dan diprediksi akan naik menjadi 163 metric ton atau mengalami kenaikan sekitar 2 persen.
Baca juga: Konsumsi elpiji diprediksikan naik 2 persen jelang Lebaran
Menurut dia, jumlah tersebut tidak berbeda jauh dari saat Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2019 yang berkisar di angka 160 metric ton per hari.
"Untuk stok elpiji yang berada di Fuel Terminal Pertamina saat ini dalam kondisi aman sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat saat hari raya nanti," jelasnya.
Terkait dengan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya jika lonjakan permintaan elpiji ukuran 3 kilogram bersubsidi (PSO), dia mengimbau masyarakat untuk tetap patuh pada aturan yang telah ditetapkan dan tidak perlu khawatir akan kekurangan pasokan elpiji.
"Jika nantinya terjadi lonjakan permintaan elpiji 3 kilogram bersubsidi, maka Pertamina bersama pemerintah daerah dan instansi terkait akan berkoordinasi untuk mengalokasikan pasokan tambahan dengan tidak mengurangi jumlah kuota yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat," tegasnya.
Johan mengatakan elpiji 3 kilogram hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin atau tidak mampu sehingga Pertamina berharap kepada warga masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi yang baik dapat menggunakan elpiji nonsubsidi, yaitu varian bright gas.
Menurut dia, Pertamina saat ini memiliki lebih dari 1.136 pangkalan elpiji di wilayah Banyumas, sedangkan harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kilogram bersubsidi sesuai dengan aturan pemerintah daerah sebesar Rp15.500 per tabung.
"Harga tersebut diperuntukkan bagi agen dan pangkalan yang berada di wilayah dalam radius penyaluran Stasiun Pusat Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE), sedangkan wilayah yang berada jauh dari SPPBE akan ditambah dengan ongkos distribusi namun tidak lebih dari Rp17.000 per tabung. Bila terdapat pangkalan Pertamina yang menjual di atas HET, konsumen dapat melaporkannya ke aparat setempat atau melalui kontak Pertamina 135," katanya.
Ia mengatakan PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha milik negara (BUMN) senantiasa akan memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji kepada masyarakat.
Di saat pandemi COVID-19 seperti saat sekarang, kata dia, Pertamina telah memiliki layanan pesan antar atau delivery service untuk memudahkan masyarakat mendapatkan produk BBM dan elpiji.
Menurut dia, konsumen dapat menghubungi kontak Pertamina 135 untuk memesan produk BBM seperti Pertamax series dan elpiji bright gas.
"Kontak 135 juga kami sediakan bagi konsumen yang ingin memberikan masukan dan saran kepada Pertamina agar kami dapat memberikan layanan terbaik kepada para pelanggan," katanya.
Lebih lanjut, Johan mengatakan pihaknya tetap melakukan pengawasan dan penyaluran BBM kepada konsumen meskipun terjadi penurunan permintaan akibat adanya pandemi COVID-19.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, kata dia, konsumsi BBM di wilayah Pertamina MOR IV tahun 2020 jauh menurun karena pada tahun 2019, realisasi penyaluran BBM jenis gasoline (Premium, Pertalite, dan Pertamax Series) meningkat 26 persen dari rata-rata harian normal 12.000 kiloliter menjadi 15.000 kiloliter.
Akan tetapi pada tahun 2020, lanjut dia, perkiraan rata-rata harian saat Ramadhan dan Idul Fitri untuk BBM jenis gasoline hanya berkisar di angka 9.800 kiloliter atau turun hampir 40 persen.
"Untuk BBM jenis gasoil (Solar dan Dex Series) juga mengalami penurunan dari tahun lalu, yaitu pada tahun 2019 rata-rata di bulan Ramadhan konsumsi berkisar di angka 5.800 kiloliter per hari namun tahun ini berkisar di angka 5.000 kiloliter atau turun 14 persen," jelasnya.
Johan mengatakan pengawasan yang dilakukan oleh Pertamina melalui MOR IV di antaranya dengan menyiagakan Satgas Rafico (Ramadhan-Idul Fitri-COVID-19) Pertamina hingga akhir Juni 2020.
Namun jika dampak pandemi COVID-19 berlanjut hingga melewati bulan Juni, kata dia, bukan tidak mungkin Satgas Rafico Pertamina dilanjutkan hingga berakhirnya pandemi COVID-19.
"Tetap berlakunya larangan mudik untuk masyarakat umum juga membuat Pertamina tidak membuka titik-titik SPBU modular di jalan tol Trans Jawa. Namun stok BBM di 7 titik SPBU regular yang berada di Jalur Tol Trans Jawa (wilayah MOR IV, red.) tetap disiagakan dan dalam jumlah yang cukup," katanya.
Ia mengatakan 7 titik SPBU regular tol Trans Jawa yang berada di wilayah MOR IV, yaitu SPBU Jalur A arah Surabaya di KM 379, KM 429, dan KM 519 serta SPBU Jalur B Jakarta di KM 260, KM 360, KM 389, dan KM 519.