Pejuang kesehatan pasien COVID-19 didoakan saat ibadat Jumat Agung
Magelang (ANTARA) - Umat Katolik Keuskupan Agung Semarang diajak mendoakan para pejuang kesehatan bagi pasien virus corona jenis baru (COVID-19) saat ibadat Jumat Agung, rangkaian Tri Hari Suci Paskah 2020, dipimpin Uskup Monsinyur Robertus Rubiyatmoko di Semarang, Jumat.
"Kami mohon kuatkanlah dan teguhkanlah mereka yang berjuang untuk perawatan kesehatan bagi pasien (COVID-19, red.) dan bagi masyarakat," katanya melalui saluran "live streaming" dari Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Kota Semarang yang diikuti dari Magelang, Jumat.
Ia menyebut para tenaga medis, dokter, perawat, petugas kesehatan, peneliti bidang kesehatan, dan mereka yang menangani serta merawat pasien dengan tulus hati itu, membaktikan hidupnya bagi pencegahan penyebaran virus tersebut.
Baca juga: Imbas pandemi COVID-19, ibadat Jumat Agung di Katedral Jakarta tanpa umat
Uskup Ruby juga mengajak umat Katolik setempat untuk mendoakan mereka itu agar selalu menerima berkat kesehatan dan kekuatan dari Allah.
"Supaya mereka yang dengan hati tulus membaktikan hidupnya bagi pencegahan virus corona menerima berkat kesehatan dan kekuatan," katanya.
Ibadat Jumat Agung secara "live streaming", terutama bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang membawahi wilayah kegembalaan di sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, untuk mengenang penderitaan hingga kematian Yesus disalib untuk menebus dosa manusia.
Siaran ibadat yang difasilitasi Komisi Komunikasi Sosial KAS dalam rangka mendukung upaya bersama mencegah penyebaran COVID-19 itu, direlai, antara lain oleh Radio JFM Semarang, Radio Metta FM Solo, LPPL Radio Magelang FM Kota Magelang, Radio Petra Yogyakarta, dan stasiun TVRI Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak umat mendoakan mereka yang meninggal dunia karena virus corona baru agar dipersatukan dalam kerahiman dan belas kasih Allah.
"Terimalah juga dalam kedamaian abadi, sanak saudara kami yang telah meninggal dunia karena penularan wabah penyakit ini karena kerahiman dan belas kasih-Mu yang melampaui duka derita, rasa kehilangan, dan aneka kekhawatiran kami," ujar dia.
Dalam khotbah, Monsinyur Rubi mengatakan bahwa kematian Yesus di kayu salib menjadi sumber kehidupan manusia.
Oleh karena itu, katanya, sebagai hal yang pantas kalau umat beriman mengenang wafat Yesus disalib dan mengungkapkan terima kasih kepada-Nya karena telah mengorbankan diri hingga kematian untuk menebus dosa-dosa manusia.
Baca juga: Umat Jalan Salib di Areal Penambangan Pasir Merapi
Baca juga: Jumat Agung untuk Bumi yang Makin Berat
Ia menjelaskan Yesus telah menjalani tugas panggilan penyelamatan dengan penuh kesetiaan dan tanggung jawab, termasuk ketika hal tersebut menuntut pengorbanan hidup-Nya.
"Belajar dari Yesus kita pun dipanggil untuk memanggul salib kehidupan masing-masing, menjalani tugas panggilan masing-masing dengan penuh kesetiaan sampai akhir, entah kita sebagai romo, bruder, frater, seminaris, maupuan anda kita sebagai orang tua, sebagai pasangan, sebagai anak. Entah kita yang bekerja, entah kita yang belajar, bagaimana kita menanggung panggilan masing-masing dengan penuh kesetiaan sampai akhir," kata dia.
Sebagaimana Yesus, ujarnya, umat pun tidak akan pernah sendirian menjalani tugas panggilan dan tanggung jawab masing-masing karena Allah Bapa selalu menyertai, mendampingi, dan membantu sehingga bisa diselesaikan dengan baik sampai akhir.
Ia menyebut sengsara dan wafat Yesus disalib merupakan peristiwa penuh rahmat dan keselamatan bagi manusia karena ditebus dosa-dosanya.
"Dosa dan kelemahan kita ditanggung-Nya. Karena penderitaan dan wafat di salib, karena bilur-bilur derita-Nya, kita semua mengalami keselamatan, mengalami penebusan," kata dia.
"Kami mohon kuatkanlah dan teguhkanlah mereka yang berjuang untuk perawatan kesehatan bagi pasien (COVID-19, red.) dan bagi masyarakat," katanya melalui saluran "live streaming" dari Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Kota Semarang yang diikuti dari Magelang, Jumat.
Ia menyebut para tenaga medis, dokter, perawat, petugas kesehatan, peneliti bidang kesehatan, dan mereka yang menangani serta merawat pasien dengan tulus hati itu, membaktikan hidupnya bagi pencegahan penyebaran virus tersebut.
Baca juga: Imbas pandemi COVID-19, ibadat Jumat Agung di Katedral Jakarta tanpa umat
Uskup Ruby juga mengajak umat Katolik setempat untuk mendoakan mereka itu agar selalu menerima berkat kesehatan dan kekuatan dari Allah.
"Supaya mereka yang dengan hati tulus membaktikan hidupnya bagi pencegahan virus corona menerima berkat kesehatan dan kekuatan," katanya.
Ibadat Jumat Agung secara "live streaming", terutama bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang membawahi wilayah kegembalaan di sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, untuk mengenang penderitaan hingga kematian Yesus disalib untuk menebus dosa manusia.
Siaran ibadat yang difasilitasi Komisi Komunikasi Sosial KAS dalam rangka mendukung upaya bersama mencegah penyebaran COVID-19 itu, direlai, antara lain oleh Radio JFM Semarang, Radio Metta FM Solo, LPPL Radio Magelang FM Kota Magelang, Radio Petra Yogyakarta, dan stasiun TVRI Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak umat mendoakan mereka yang meninggal dunia karena virus corona baru agar dipersatukan dalam kerahiman dan belas kasih Allah.
"Terimalah juga dalam kedamaian abadi, sanak saudara kami yang telah meninggal dunia karena penularan wabah penyakit ini karena kerahiman dan belas kasih-Mu yang melampaui duka derita, rasa kehilangan, dan aneka kekhawatiran kami," ujar dia.
Dalam khotbah, Monsinyur Rubi mengatakan bahwa kematian Yesus di kayu salib menjadi sumber kehidupan manusia.
Oleh karena itu, katanya, sebagai hal yang pantas kalau umat beriman mengenang wafat Yesus disalib dan mengungkapkan terima kasih kepada-Nya karena telah mengorbankan diri hingga kematian untuk menebus dosa-dosa manusia.
Baca juga: Umat Jalan Salib di Areal Penambangan Pasir Merapi
Baca juga: Jumat Agung untuk Bumi yang Makin Berat
Ia menjelaskan Yesus telah menjalani tugas panggilan penyelamatan dengan penuh kesetiaan dan tanggung jawab, termasuk ketika hal tersebut menuntut pengorbanan hidup-Nya.
"Belajar dari Yesus kita pun dipanggil untuk memanggul salib kehidupan masing-masing, menjalani tugas panggilan masing-masing dengan penuh kesetiaan sampai akhir, entah kita sebagai romo, bruder, frater, seminaris, maupuan anda kita sebagai orang tua, sebagai pasangan, sebagai anak. Entah kita yang bekerja, entah kita yang belajar, bagaimana kita menanggung panggilan masing-masing dengan penuh kesetiaan sampai akhir," kata dia.
Sebagaimana Yesus, ujarnya, umat pun tidak akan pernah sendirian menjalani tugas panggilan dan tanggung jawab masing-masing karena Allah Bapa selalu menyertai, mendampingi, dan membantu sehingga bisa diselesaikan dengan baik sampai akhir.
Ia menyebut sengsara dan wafat Yesus disalib merupakan peristiwa penuh rahmat dan keselamatan bagi manusia karena ditebus dosa-dosanya.
"Dosa dan kelemahan kita ditanggung-Nya. Karena penderitaan dan wafat di salib, karena bilur-bilur derita-Nya, kita semua mengalami keselamatan, mengalami penebusan," kata dia.