BPBD Magelang lakukan penanganan kawasan banjir bandang di Bandongan
Magelang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah bersama unsur TNI, Polri, dan masyarakat melakukan upaya penanganan darurat kawasan yang terdampak banjir bandang di Desa Salamkanci, Bandongan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto di Magelang, Minggu, mengatakan sejumlah personel melakukan upaya penanganan kedaruratan terutama membuka saluran air di daerah itu supaya bisa lancar.
"Banjir bandang yang terjadi kemarin penyebabnya air yang tertahan di bagian atas kemudian bergerak liar," katanya.
Ia menyampaikan targetnya hari Ahad ini antara lain membuka saluran-saluran air supaya aliran airnya tidak ada hambatan.
"Agak sulit, tantangannya berat karena banjir bandang kemarin mambawa material sampah hutan turun dan menyumbat saluran air sehingga sampai sekarang belum bisa optimal penanganannya. Fakta dilapangan berbeda sehingga kita akan lihat situasi lebih lanjut," katanya.
Edy menuturkan kronologi terjadinya banjir bandang di Dusun Semen dan Mudan, di Desa Salamkanci, yakni tiga hari berturut-turut hujan besar kemudian puncaknya hari Sabtu (29/2), hujan cukup besar sejak pukul 10.00 WIB sehingga banyak terjadi titik longsor dan debit air yang ada di saluran bertambah besar.
"Volume air yang tertahan longsor bertambah besar dan tidak tertahan lagi sehingga akhirnya jebol, lepas air bergerak liar sehingga terjadilah banjir bandang tersebut dan sebanyak 64 keluarga mengungsi," katanya.
Ia mengatakan tidak ada korban jiwa dalam banjir bencana alam tersebut, namun sejumlah rumah rusak, dua di antaranya roboh. Selain itu sejumlah rumah juga kemasukan lumpur, hal ini tentu mengganggu kehidupan normal masyarakat.
Ia menyebutkan sebanyak 430-an personel dari TNI, kepolisian, BPBD, masyarakat ditambah relawan dan komunitas melakukan tanggap darurat di kawasan banjir bandang ini.
Menurut dia masyarakat yang mengungsi sekarang sudah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumah.
Menyinggung alat EWS (sistem peringatan dini) yang terpasang di kawasan tersebut, dia mengatakan lokasi yang tadinya diwaspadai ternyata justru tidak longsor.
"Tantangan kita memang banyak titik rawan dan keterbatasan alat, meskipun pemasangannya sudah melalui kajian geologi, ternyata ada sisi-sisi yang deteksinya bergeser. Tetapi tetap akan kita kaji ulang bagaimana kita bisa memasang EWS yang sederhana, karena sekarang ada titik retakan lagi dan itu sangat rawan dan bisa memicu banjir bandang lagi, segera akan kita upayakan pemasangan EWS sederhana," katanya.
Kalau turun hujan, katanya, pihaknya meminta masyarakat di jalur berbahaya itu untuk mengungsi.
"Akibat banjir bandang ini juga ada tiga kendaraan hilang kemudian alat produksi getuk rusak. Kita nanti akan konsentrasi untuk memulihkan industri getuk karena itu menjadi sumber kehidupan. Kita melakukan upaya prioritas seperti itu," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto di Magelang, Minggu, mengatakan sejumlah personel melakukan upaya penanganan kedaruratan terutama membuka saluran air di daerah itu supaya bisa lancar.
"Banjir bandang yang terjadi kemarin penyebabnya air yang tertahan di bagian atas kemudian bergerak liar," katanya.
Ia menyampaikan targetnya hari Ahad ini antara lain membuka saluran-saluran air supaya aliran airnya tidak ada hambatan.
"Agak sulit, tantangannya berat karena banjir bandang kemarin mambawa material sampah hutan turun dan menyumbat saluran air sehingga sampai sekarang belum bisa optimal penanganannya. Fakta dilapangan berbeda sehingga kita akan lihat situasi lebih lanjut," katanya.
Edy menuturkan kronologi terjadinya banjir bandang di Dusun Semen dan Mudan, di Desa Salamkanci, yakni tiga hari berturut-turut hujan besar kemudian puncaknya hari Sabtu (29/2), hujan cukup besar sejak pukul 10.00 WIB sehingga banyak terjadi titik longsor dan debit air yang ada di saluran bertambah besar.
"Volume air yang tertahan longsor bertambah besar dan tidak tertahan lagi sehingga akhirnya jebol, lepas air bergerak liar sehingga terjadilah banjir bandang tersebut dan sebanyak 64 keluarga mengungsi," katanya.
Ia mengatakan tidak ada korban jiwa dalam banjir bencana alam tersebut, namun sejumlah rumah rusak, dua di antaranya roboh. Selain itu sejumlah rumah juga kemasukan lumpur, hal ini tentu mengganggu kehidupan normal masyarakat.
Ia menyebutkan sebanyak 430-an personel dari TNI, kepolisian, BPBD, masyarakat ditambah relawan dan komunitas melakukan tanggap darurat di kawasan banjir bandang ini.
Menurut dia masyarakat yang mengungsi sekarang sudah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumah.
Menyinggung alat EWS (sistem peringatan dini) yang terpasang di kawasan tersebut, dia mengatakan lokasi yang tadinya diwaspadai ternyata justru tidak longsor.
"Tantangan kita memang banyak titik rawan dan keterbatasan alat, meskipun pemasangannya sudah melalui kajian geologi, ternyata ada sisi-sisi yang deteksinya bergeser. Tetapi tetap akan kita kaji ulang bagaimana kita bisa memasang EWS yang sederhana, karena sekarang ada titik retakan lagi dan itu sangat rawan dan bisa memicu banjir bandang lagi, segera akan kita upayakan pemasangan EWS sederhana," katanya.
Kalau turun hujan, katanya, pihaknya meminta masyarakat di jalur berbahaya itu untuk mengungsi.
"Akibat banjir bandang ini juga ada tiga kendaraan hilang kemudian alat produksi getuk rusak. Kita nanti akan konsentrasi untuk memulihkan industri getuk karena itu menjadi sumber kehidupan. Kita melakukan upaya prioritas seperti itu," katanya.