BI optimistis pertumbuhan ekonomi Banyumas lebih baik
Purwokerto (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto optimistis pertumbuhan ekonomi wilayah eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah, pada 2020 lebih baik dari tahun 2019, kata Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini.
"Memang kebijakan BI pada 2020, sama dengan kebijakan tahun 2019, kita akomodatif, dari sisi moneter kita akomodatif. Kami mencoba untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sudah ada," kata Agus di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis siang.
Agus mengatakan hal itu kepada wartawan usai kegiatan Diseminasi Informasi "Arah Kebijakan Bank Indonesia Tahun 2020 dan Quick Response Indonesia Standard (QRIS)".
Baca juga: Jokowi apresiasi pertumbuhan ekonomi stabil berkat doa ulama
Menurut dia, upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sudah ada itu dilakukan melalui sinergi antarinstansi terkait, baik pemerintah maupun lembaga lain seperti Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan agar kegiatan ekonomi bisa tumbuh.
"Dan perlu diingat memang secara global ada penurunan pertumbuhan ekonomi. Namun kami berharap pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa lebih baik dibanding 2019 dan ini memang ada tiga hal yang menjadi perhatian, yaitu ada sinergi, transformasi dan inovasi, mencari sumber-sumber ekonomi baru," katanya.
Terkait dengan prediksi pertumbuhan ekonomi wilayah eks Keresidenan Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara pada tahun 2020, Agus mengakui pertumbuhan ekonomi di eks Keresidenan Banyumas yang merupakan wilayah kerja KPw BI Purwokerto cukup baik.
Menurut dia, hal itu karena pertumbuhan ekonomi di wilayah eks Keresidenan Banyumas pada tahun 2019 mencapai 5,6 persen sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hampir sama dengan tahun sebelumnya.
"Bahkan, kami prediksi cenderung lebih meningkat dibanding tahun 2019. Seperti yang nasional pun, tahun 2019 itu 5,1 persen dan diprediksi kami itu (tahun 2020) 5,1-5,5 persen. Jadi, kita optimistis pada 2020, pertumbuhannya akan lebih baik dari 2019," tegasnya.
Baca juga: Dorong pertumbuhan ekonomi, ISEI Surakarta usulkan penambahan jumlah peredaran uang
Sementara dalam kegiatan Diseminasi Informasi, Agus mengatakan arah bauran kebijakan Bank Indonesia tahun 2020, yakni kebijakan moneter akomodatif berlanjut menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta mendorong momentum pertumbuhan.
Selain itu, kebijakan sistem pembayaran nontunai difokuskan pada perluasan elektronifikasi serta efisiensi ekonomi. Di sisi nontunai, peningkatan efisiensi dan jangkauan distribusi pengedaran uang ke berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian, kebijakan pendalaman pasar keuangan diperkuat guna mendukung efektivitas kebijakan moneter dan makroprudensial serta mendorong instrumen keuangan untuk pembiayaan infrastruktur bersama pemerintah dan OJK.
Baca juga: Dukung pertumbuhan ekonomi, industri perikanan perlu dioptimalkan
BI juga melaksanakan kebijakan ekonomi dan keuangan syariah difokuskan menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia, kebijakan pengembangan klaster UMKM diperluas untuk pengendalian inflasi, ekspor, dan digital.
Di samping itu, memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas, transformasi ekonomi, dan mendukung integrasi ekonomi keuangan digital secara nasional.
Agus juga memaparkan lima inisiatif inovassi sistem pembayaran dalam rangka integrasi ekonomi dan keuangan digital yang meliputi pengembangan open banking, penguatan konfigurasi sistem pembayaran ritel, penguatan infrastruktur pasar keuangan, penguatan infrastruktur publik untuk data, serta penguatan framework pengaturan, perizinan, dan pengawasan.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Jateng lebih tinggi dibanding nasional
"Memang kebijakan BI pada 2020, sama dengan kebijakan tahun 2019, kita akomodatif, dari sisi moneter kita akomodatif. Kami mencoba untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sudah ada," kata Agus di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis siang.
Agus mengatakan hal itu kepada wartawan usai kegiatan Diseminasi Informasi "Arah Kebijakan Bank Indonesia Tahun 2020 dan Quick Response Indonesia Standard (QRIS)".
Baca juga: Jokowi apresiasi pertumbuhan ekonomi stabil berkat doa ulama
Menurut dia, upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sudah ada itu dilakukan melalui sinergi antarinstansi terkait, baik pemerintah maupun lembaga lain seperti Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan agar kegiatan ekonomi bisa tumbuh.
"Dan perlu diingat memang secara global ada penurunan pertumbuhan ekonomi. Namun kami berharap pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa lebih baik dibanding 2019 dan ini memang ada tiga hal yang menjadi perhatian, yaitu ada sinergi, transformasi dan inovasi, mencari sumber-sumber ekonomi baru," katanya.
Terkait dengan prediksi pertumbuhan ekonomi wilayah eks Keresidenan Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara pada tahun 2020, Agus mengakui pertumbuhan ekonomi di eks Keresidenan Banyumas yang merupakan wilayah kerja KPw BI Purwokerto cukup baik.
Menurut dia, hal itu karena pertumbuhan ekonomi di wilayah eks Keresidenan Banyumas pada tahun 2019 mencapai 5,6 persen sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hampir sama dengan tahun sebelumnya.
"Bahkan, kami prediksi cenderung lebih meningkat dibanding tahun 2019. Seperti yang nasional pun, tahun 2019 itu 5,1 persen dan diprediksi kami itu (tahun 2020) 5,1-5,5 persen. Jadi, kita optimistis pada 2020, pertumbuhannya akan lebih baik dari 2019," tegasnya.
Baca juga: Dorong pertumbuhan ekonomi, ISEI Surakarta usulkan penambahan jumlah peredaran uang
Sementara dalam kegiatan Diseminasi Informasi, Agus mengatakan arah bauran kebijakan Bank Indonesia tahun 2020, yakni kebijakan moneter akomodatif berlanjut menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta mendorong momentum pertumbuhan.
Selain itu, kebijakan sistem pembayaran nontunai difokuskan pada perluasan elektronifikasi serta efisiensi ekonomi. Di sisi nontunai, peningkatan efisiensi dan jangkauan distribusi pengedaran uang ke berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian, kebijakan pendalaman pasar keuangan diperkuat guna mendukung efektivitas kebijakan moneter dan makroprudensial serta mendorong instrumen keuangan untuk pembiayaan infrastruktur bersama pemerintah dan OJK.
Baca juga: Dukung pertumbuhan ekonomi, industri perikanan perlu dioptimalkan
BI juga melaksanakan kebijakan ekonomi dan keuangan syariah difokuskan menjadi sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia, kebijakan pengembangan klaster UMKM diperluas untuk pengendalian inflasi, ekspor, dan digital.
Di samping itu, memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas, transformasi ekonomi, dan mendukung integrasi ekonomi keuangan digital secara nasional.
Agus juga memaparkan lima inisiatif inovassi sistem pembayaran dalam rangka integrasi ekonomi dan keuangan digital yang meliputi pengembangan open banking, penguatan konfigurasi sistem pembayaran ritel, penguatan infrastruktur pasar keuangan, penguatan infrastruktur publik untuk data, serta penguatan framework pengaturan, perizinan, dan pengawasan.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Jateng lebih tinggi dibanding nasional