Semarang (ANTARA) - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI mengandeng Badan Intelijen Negara (BIN) serta Ketua Tim Antiradikalisme Undip Muhammad Adnan untuk menangkal penyebaran paham radikalisme terutama di kampus atau perguruan tinggi salah satunya dengan mengajak diskusi para mahasiswa.
"Ini fakta dan senyatanya ada paham radikalisme di tengah masyarakat termasuk di kampus. Setelah ada, maka harus dilakukan upaya preventif, persuasif, dan akademis. Oleh karena itu, dilakukan acara ini," kata Wakil Ketua DPD RI Akhmad Muqowam seusai acara diskusi dengan tema Membedah Paham Radikalisme di Perguruan Tinggi - Penyebab dan Pencegahannya di FISIP Undip Semarang, Kamis.
Muqowam mengakui bahwa kampus harus memiliki upaya membentengi mahasiswanya dari penyebaran paham radikalisme, apalagi sebenarnya penyebarannya tidak selalu ada di area kampus, namun karena oknum nama baik kampus menjadi tercemar.
Baca juga: Diklatsar Banser upaya tangkal radikalisme dan intoleransi
"Sebenarnya kampus hanya jadi locus tuduhan, karena sebenarnya penyebaran paham radikalisme bisa dari luar kampus. Karena itu, kampus harus menjawab bahwa paham radikalisme bukan diperoleh dari kampus," kata Muqowam.
Rektor Undip Yos Johan Utama menambahkan Undip telah membentuk Tim Antiradikalisme sebagai upaya untuk membentengi mahasiswanya dari penyebaran paham radikalisme dan selalu mengingatkan kepada seluruh mahasiswa agar berhati-hati.
"Paham radikalisme itu halus laksana sutra dan manis laksana gula. Mereka yang terpapar paham radikalisme justru anak-anak yang pintar yang tengah mencari jati diri. Jadi, jangan sampai gadaikan karena ingin mencari pagung," kata Yos Johan.
Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto menjelaskan bahwa cara mudah agar tidak terpapar paham radikalisme di antaranya harus selalu melakukan cek atau klarifikasi terhadap informasi yang diterimanya serta harus memahami agama secara komprehensif.
Baca juga: Ganjar nilai tujuh kepala sekolah terpapar radikalisme
"Sekarang banyak ajaran radikal lewat media sosial dan dengan cara online. Hati-hati jika ada ajakan lewat online. Karena itu harus selalu klarifikasi terlebih dulu informasi yang didapat dan harus tahu sebab-sebab turunnya ayat agar tidak keliru," kata Wawan.
Sementara dari pihak kampus, lanjut Wawan, harus selalu memastikan seluruh gedung dan bangunan kampus dimanfaatkan sesuai fungsinya dan jangan sampai dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak jelas, karena jangan sampai terulang pembaiatan 1.000 anggota ISIS dilakukan di kampus.
Wawan mengatakan melalui diskusi bisa menjadi salah satu cara untuk literasi publik baik itu di media sosial maupun tatap muka langsung dan semua pihak baik itu pemerintah, ormas, tokoh agama, memiliki kewajiban bersama untuk melakukan literasi tersebut.
Muhammad Adnan menambahkan jika seluruh dosen bisa mengajarkan agama sekaligus Pancasila meskipun hanya 10 persen dari substansi mata kuliah yang diajarkan, maka paham radikalisme bisa dicegah.
Baca juga: GP Ansor apresiasi komitmen Undip lakukan deradikalisasi