Semarang (ANTARA) - Kehidupan pahit di masa kuliah kerap jadi kisah jenaka ketika diceritakan kembali di hadapan kolega, keluarga, dan teman-teman masa kecilnya.
Sepenggal kenangan pahit itu pula yang diceritakan kembali oleh Sri Puryono, Sekretaris Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, ketika memberi sambutan dalam Bedah Buku "Birokrat Gaul Taat Asas; Jejak Hidup Sri Puryono" di Hotel Grand Candi Semarang, Rabu (14/8) malam.
Sebagai anak carik, kondisi ekonomi orang tua Puryono tidak bisa dikatakan berlebih ketika orang tuanya mulai menguliahkan anak-anaknya di luar kota.
Pak Pur -- demikian Sri Puryono biasa disapa -- menceritakan sejak kuliah di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta pada 1979, uang sakunya tidak pernah berubah hingga lulus 1984. Tetap Rp15.000/bulan.
"Meski terjadi inflasi setiap tahun dan ada kenaikan harga, uang saku tetap Rp15.000/bulan," katanya disambut tawa 200-an tamu undangan termasuk Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang juga alumnus UGM.
Akan tetapi, keterbatasan jatah bulanan dari orang tua itulah yang membuatnya kreatif mencari tambahan uang saku.
Pernah berjualan telur asin, bubur, hingga menjadi tukang parkir di kawasan Stadion Mandala Krida, yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Asrama Mahasiswa Dharmaputra tempat Sri Puryono indekos.
Setiap klub sepak bola profesional bermarkas di Yogyakarta, Sari Bumi Raya, berlaga di Mandala Krida, Sri bersama teman-teman asrama mencari uang dengan menjadi tukang parkir.
Akan tetapi, rupanya ada preman yang tidak terima. Kaleng Khong Guan berisi uang parkir dirampas preman bersenjata tajam.
"Mungkin mereka mengira mahasiswa seperti kami ini anak orang berpunya," kisah Pak Pur yang 7 bulan mendatang memasuki purnatugas.
Buku "Birokrat Gaul Taat Asas" yang antara lain berisi testimoni sejumlah kolega dan teman-teman semasa sekolah dan kuliah itu ditulis oleh sejumlah wartawan senior; Agus "Awo" Widiyanto, Solikun, Ade Oesman, Mohamad Jokomono, dan Wisnu Aji.
Bertindak sebagai editor adalah Ketua PWI Jawa Tengah cum kolumnis Amir Machmud NS.