Solo (ANTARA) - PT ASABRI (Persero) siap menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan menyeimbangkan budaya militer dan korporasi.
"Militer ada disiplin, pantang menyerah, loyal tetapi kan tidak ada inisiatif. Berbeda kalau di korporasi kan ada inisiatif," kata Direktur Keuangan dan Investasi ASABRI Hari Setianto pada acara Konferensi Nasional Tahunan "The Institute of Internal Auditors" Indonesia (IIA Indonesia) di Hotel Alila Solo, Rabu.
Oleh karena itu, ia mendorong para pegawai lebih kreatif dalam menjalankan tugasnya. Ia mengatakan salah satu konsep bisnis yang mengadaptasi era revolusi induatri 4.0 yang saat ini tengah dijajaki oleh PT Asabri adalah menggandeng mitra kerja, yaitu merchant.
"Di data kami ada sekitar 1 juta peserta yang aktif dan 400.000 pensiunan. Artinya ada sekitar 1,4 juta peserta. Kalau masing-masing ada tiga anggota keluarga saja artinya ada sekitar 5 juta orang yang masuk dalam database kami," katanya.
Baca juga: Jasa Marga: Biaya tol tak termasuk premi asuransi
Oleh karena itu, ia menganggap perlu adanya efisiensi yang bisa memberikan keuntungan baik dari sisi merchant maupun peserta ASABRI.
"Kami sedang mengembangkan efisiensi, harapannya merchant bisa masuk dan menawarkan sesuatu. Dua-duanya diuntungkan, peserta bisa membeli sesuatu yang dibutuhkan dengan harga yang murah, merchant diuntungkan supaya bisa jual lebih baik. ASABRI bantu peserta, ada keuntungan komersial juga," katanya.
Sementara itu, pada kegiatan tersebut Hari yang juga bertindak sebagai Presiden IIA Indonesia mengatakan revolusi keempat ini membuat orang saling terkoneksi.
"Ini tantangan utama bagi kita semua. Intermediasi yang makin tidak ada berdampak pada berbedanya cara kita berbisnis. Kalau tidak menghadapi dengan cepat maka bisa jadi bencana. Internal audit harus bisa memanfaatkan itu. Perusahaan juga harus bisa mendorong agar bisa menghadapi tantangan itu," katanya.
Baca juga: Asuransi Astra tawarkan happyone.id untuk semua asuransi
Ia mengatakan jika perusahaan terlambat dalam memanfaatkan peluang tersebut maka era revolusi industri 4.0 bisa menjadi risiko.
"Risiko yang mungkin terjadi yaitu usang, seperti yang terjadi pada ponsel Nokia. Siapa yang tidak kenal Nokia, dulu tidak ada yang salah dengan perusahaan ini tetapi dunia cepat berubah, muncul IOS, android, karena tidak diantisipasi sekarang hilang," katanya.
Sebelumnya diberitakan, konferensi tersebut dihadiri sekitar 500 orang dan menghadirkan lebih dari 20 pembicara dari Indonesia serta dari luar negeri.
Beberapa pembicara yang hadir di antaranya dari IIA Global, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, Kementrian BUMN, BPKP, BRI, Astra International, SKK Migas, Jasa Raharja, RSM, EY, PWC, Badan Siber dan Sandi Negara, Badan Standarisasi Nasional, dan PTPN IX.