Telan korban, Kudus galakkan fogging berantas nyamuk DBD
Kudus (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai menerjunkan tim penyemprot insektisida (fogging) untuk memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) menyusul adanya balita yang meninggal dunia akibat DBD, Rabu.
Salah satu desa yang menjadi sasaran fogging hari ini (6/3), yakni Desa Dersalam, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, menyusul adanya kasus balita yang baru berusia enam bulan meninggal dunia akibat DBD di rumah sakit.
"Desa Dersalam ini merupakan daerah sasaran fogging yang ke-12, setelah sebelumnya juga melakukan kegiatan serupa di desa lain yang memang ada kasus DBD," kata Pemegang Program DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Eko Hermanto ditemui di lokasi fogging di Kudus, Rabu.
Kebetulan, kata dia, di Desa Dersalam baru saja terjadi korban meninggal pada Sabtu (2/3) akibat serangan DBD setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Islam Kudus.
Penyemprotan insektisida yang berlangsung selama ini, katanya, ada yang merupakan laporan rumah sakit, ada pula laporan masyarakat bersama Puskesmas setempat.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mengandalkan fogging karena pemberantasan sarang nyamuk jauh lebih efektif dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menyimpan air serta membersihkan bak mandi secara rutin.
Sementara fogging, katanya, hanya bersifat sementara ketika terjadi kasus, sedangkan langkah selanjutnya bisa ditindaklanjuti masyarakat dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Kepala Desa Dersalam Setya Gunawan Wahab Wahib membenarkan bahwa di RT 6 RW 1 memang ada warganya yang meninggal akibat DBD.
"Pemerintah desa juga mengajak warga menggalakkan PSN guna mencegah terjadinya DBD," ujarnya.
Kepala Puskesmas Dersalam Hadi Sunarto mengungkapkan kasus DBD yang ditangani Puskesmas Dersalam untuk sementara memang belum terdata, karena Puskesmas hanya melayani pasien rawat jalan.
"Pihak rumah sakit yang akan memutuskan apakah pasien yang memiliki gejala mirip DBD benar-benar terserang DBD atau tidak," ujarnya.
Jumlah pasien DBD yang dirawat di sejumlah rumah sakit menunjukkan kenaikan, seperti di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus jumlah pasien DBD yang dirawat selama Januari 2019 sebanyak 86 kasus, sedangkan bulan Desember 2018 hanya 29 kasus.
Dari sejumlah pasien DBD yang dirawat di RSI Sunan Kudus, terdapat dua pasien yang meninggal sepanjang Desember 2018 hinga Januari 2019 yang merupakan warga Kabupaten Jepara setelah kritis dan menjalani perawatan di Intensive Care Unit (ICU).
Sementara itu, jumlah pasien yang dirawat di RS Mardi Rahayu Kudus selama Desember 2018 sebanyak 42 pasien, sedangkan bulan Januari 2019 naik menjadi 91 kasus.
Untuk jumlah pasien rawat jalan selama Januari 2019 sebanyak 57 pasien, sedangkan bulan Desember 2018 hanya 18 pasien.
RS Umum Daerah Loekmono Hadi Kudus juga merawat pasien DBD sebanyak tujuh pasien selama Januari 2019.
Mayoritas pasien yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Kudus merupakan anak-anak, meskipun ada pula orang dewasa.
Salah satu desa yang menjadi sasaran fogging hari ini (6/3), yakni Desa Dersalam, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, menyusul adanya kasus balita yang baru berusia enam bulan meninggal dunia akibat DBD di rumah sakit.
"Desa Dersalam ini merupakan daerah sasaran fogging yang ke-12, setelah sebelumnya juga melakukan kegiatan serupa di desa lain yang memang ada kasus DBD," kata Pemegang Program DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Eko Hermanto ditemui di lokasi fogging di Kudus, Rabu.
Kebetulan, kata dia, di Desa Dersalam baru saja terjadi korban meninggal pada Sabtu (2/3) akibat serangan DBD setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Islam Kudus.
Penyemprotan insektisida yang berlangsung selama ini, katanya, ada yang merupakan laporan rumah sakit, ada pula laporan masyarakat bersama Puskesmas setempat.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mengandalkan fogging karena pemberantasan sarang nyamuk jauh lebih efektif dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menyimpan air serta membersihkan bak mandi secara rutin.
Sementara fogging, katanya, hanya bersifat sementara ketika terjadi kasus, sedangkan langkah selanjutnya bisa ditindaklanjuti masyarakat dengan menjaga kebersihan lingkungan.
Kepala Desa Dersalam Setya Gunawan Wahab Wahib membenarkan bahwa di RT 6 RW 1 memang ada warganya yang meninggal akibat DBD.
"Pemerintah desa juga mengajak warga menggalakkan PSN guna mencegah terjadinya DBD," ujarnya.
Kepala Puskesmas Dersalam Hadi Sunarto mengungkapkan kasus DBD yang ditangani Puskesmas Dersalam untuk sementara memang belum terdata, karena Puskesmas hanya melayani pasien rawat jalan.
"Pihak rumah sakit yang akan memutuskan apakah pasien yang memiliki gejala mirip DBD benar-benar terserang DBD atau tidak," ujarnya.
Jumlah pasien DBD yang dirawat di sejumlah rumah sakit menunjukkan kenaikan, seperti di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus jumlah pasien DBD yang dirawat selama Januari 2019 sebanyak 86 kasus, sedangkan bulan Desember 2018 hanya 29 kasus.
Dari sejumlah pasien DBD yang dirawat di RSI Sunan Kudus, terdapat dua pasien yang meninggal sepanjang Desember 2018 hinga Januari 2019 yang merupakan warga Kabupaten Jepara setelah kritis dan menjalani perawatan di Intensive Care Unit (ICU).
Sementara itu, jumlah pasien yang dirawat di RS Mardi Rahayu Kudus selama Desember 2018 sebanyak 42 pasien, sedangkan bulan Januari 2019 naik menjadi 91 kasus.
Untuk jumlah pasien rawat jalan selama Januari 2019 sebanyak 57 pasien, sedangkan bulan Desember 2018 hanya 18 pasien.
RS Umum Daerah Loekmono Hadi Kudus juga merawat pasien DBD sebanyak tujuh pasien selama Januari 2019.
Mayoritas pasien yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Kudus merupakan anak-anak, meskipun ada pula orang dewasa.