Magelang (ANTARA) - Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, Monsinyur Robertus Rubiyatmoko mengajak umat Katolik di wilayah yang meliputi sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, untuk melindungi tanah dari pencemaran sampah plastik.
"Sudah saatnya kita membersihkan tanah dari sampah plastik ini dengan mengurangi penggunaan plastik dan tidak membuang sampah plastik secara sembarangan," katanya dalam Surat Gembala Prapaskah 2019 KAS yang diterima Antara dari Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang di Magelang, Sabtu pagi.
Ia mengemukakan, upaya umat untuk bersama masyarakat lainnya melestarikan lingkungan alam sebagai bagian dari gerakan berbagi berkat, sebagaimana tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) Prapaskah 2019, "Semakin Tergerak untuk Berbagi Berkat".
Ia menyebut gerakan berbagi berkat senantiasa dapat dilakukan tidak hanya kepada sesama manusia, namun juga bagi alam lingkungan.
"Hal ini dapat kita wujudkan, misalnya dengan `ngopeni` (merawat) dan melindungi tanah dari pencemaran sampah plastik," ujarnya.
Melalui video durasi pendek tentang Surat Gembala Prapaskah 2019, produksi Komisi Komsos KAS yang disebarluaskan kepada umat melalui grup-grup media sosial, Uskup Rubi juga mengemukakan tentang pentingnya umat mengurangi penggunaan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari dari plastik yang bisa menambah sampah plastik.
Terkait dengan hal itu, Uskup Rubi mencontohkan tentang alih penggunaan air mineral dalam kemasan plastik menjadi penggunaan botol atau disebutnya sebagai "tumbler", supaya bisa diisi ulang sesuai kebutuhan masing-masing.
Botol minum isi ulang, kata dia, bisa digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari, seperti bepergian, piknik, bahkan ke sawah.
Selain itu, tentang alih penggunaan tas plastik "keresek" ke tas terbuat dari bahan yang ramah lingkungan, seperti kain, sebagai wadah berbagai barang belanjaan, saat berbelanja ke pasar, toko, atau warung.
"Dengan cara demikian kita tidak perlu membutuhkan plastik yang nantinya mencemari tanah yang ada di sekitar kita," katanya.
Melalui Surat Gembala Prapaskah 2019 itu, Uskup Rubi juga mengajak umat tidak mudah menilai buruk dan menghakimi sesama karena hal itu akan menghambat upaya mewujudkan komunitas kasih yang menyatukan dan menyempurnakan.
Umat diajak secara positif melihat, menilai, dan bersikap terhadap sesama.
"Misalnya saja, di tengah maraknya orang senang menghujat dan memfitnah sesamanya dangan bahasa-bahasa yang kasar dan menyakitkan, marilah kita pergunakan bahasa yang baik dan santun," katanya.
Ia juga mengajak umat turut menciptakan kondisi-kondisi hidup bersama yang memungkinkan, baik pribadi atau perorangan maupun kelompok atau komunitas masyarakat, mencapai kepenuhan hidup dalam kasih dan persaudaraan.
"Kita kembangkan terus semangat `srawung` (bergaul,red.) dan merengkuh dalam belarasa yang tulus," kata Uskup Rubi.