Semarang (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang membeberkan alasan pihaknya enggan menggunakan jalan tol Trans Jawa dalam pengiriman berbagai jenis barang.
"Alasan pertama kami memilih jalan nasional daripada jalan tol adalah tarif," kata Ketua Aptrindo Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Supriyono di Semarang, Rabu.
Ia menyebutkan biaya distribusi barang dengan tujuan dari Semarang ke Jakarta untuk truk golongan V sebesar Rp3 juta, sedangkan jika melintasi jalan tol untuk pergi pulang Rp2 juta.
"Terus komisi sopir dan uang makan habis, kalau masuk tol bagaimana?" ujarnya.
Alasan kedua adalah kendaraan yang digunakan Aptrindo berupa truk-truk berukuran besar yang hanya bisa berjalan dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam dengan kondisi muatan penuh, sedangkan jalan tol dibangun dengan konsep kecepatan tinggi.
Truk muatan berat, kata dia, tidak akan berani berjalan dengan kecepatan tinggi dan harus berhenti tiap 3-4 jam perjalanan guna menjaga suhu ban tidak terlalu panas.
"Perbandingannya, truk muatan berat Semarang-Jakarta butuh 1,5 hari jika menggunakan jalan tol, namun jika melintasi jalan nasional berkisar dua hari sehingga durasi waktunya terpaut sedikit," katanya.
Kemudian, alasan ketiga adalah belum semua ruas jalan tol Trans Jawa terdapat area istirahat, padahal ini penting karena truk harus berhenti guna mendinginkan ban.
Supriyono berpendapat jika jalan tol merupakan jalan alternatif dan bukan kewajiban hal itu berarti pengusaha di bidang transportasi sah-sah saja memilih jalan nasional atau jalan tol karena pertimbangannya adalah nilai ekonomi.
"Seluruh anggota Aptrindo Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang akan bersedia masuk tol jika konsumen bersedia menanggung biaya jalan tol sesuai tarif," ujarnya.