Magelang (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengembangkan budi daya tanaman kopi dengan sistem tumpangsari kata Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian, dan Perkebunan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan.
"Kami menerapkan konsep pengembangan tanaman kopi dengan sistem tumpangsari, karena lahan petani relatif sempit rata-rata antara 0,2 hingga 0,3 hektare," katanya di Magelang, Senin.
Ia menuturkan petani memerlukan kebutuhan jangka pendek sehingga dengan konsep tumpangsari mereka masih punya peluang untuk memperoleh penghasilan dengan menanam tanaman hortikultura di sela-sela tanaman kopi.
"Hasil dari tanaman hortikultura seperti cabai, kol, dan wortel bisa untuk mencukupi kebutuhan harian," katanya.
Ia menuturkan tanaman kopi jenis arabika dikembangkan di kawasan lereng Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong dan Telomoyo yang meliputi wilayah ?Kecamatan Dukun, Sawangan, Pakis, Ngablak, Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, dan Kecamatan Grabak.
Romza mengatakan daerah tersebut cocok untuk budi daya tanaman kopi arabika karena memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Menurut dia tanaman kopi ini juga sebagai alternatif atau pilihan sebagai tambahan di luar tanaman tembakau.
Ia menyampaikan dari sisi harga dalam lima tahun terakhir, tanaman tembakau kurang menjanjikan karena kegagalan panen terkait dengan iklim yang ekstrem.
"Tanaman kopi ini juga berfungsi sebagai konservasi lahan di kawasan lereng gunung. Dipilih tanaman kopi karena memiliki nilai ekonomi tinggi yang dalam lima tahun terakhir harga kopi cenderung naik," katanya. ? ??
Pada 2018 Kabupaten Magelang menanam kopi arabika di lahan seluas 500 hektare, yakni seluas 350 hektare berasal dari dana APBN dan sisanya dari APBD Kabupaten Magelang dan APBD Provinsi Jateng.