Indonesia Jadi Model terkait Penanganan Terorisme
Solo, ANTARA JATENG - Indonesia sekarang menjadi model terkait cara penanganan paham radikal terorisme oleh negara-negara lain, kata Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Dr KH. Nasarudin Umas, MA.
"Hal ini perlu dipertahankan, dan Indonesia hampir setiap hari dikunjungi berbagai macam negara untuk belajar bagaimana cara Indonesia menangani terorisme," kata Nassarudin Umar usai acara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dialog Lintas Agama dalam Pencegahan Paham Radikal Terorisme, di Hotel Alana Surakarta, Rabu.
Nassarudin Umar yang juga sebagai narasumber dalam acara tersebut mengatakan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam suatu konferensi pernah mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling besar Islamnya, tetapi mereka yang paling sendikit anggota "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS) sehingga banyak negara yang belajar dengan kesuksesan itu.
"Jika dilihat dari volume kegiatan garis keras dibanding negara-negara lain, Indonesia yang paling minim. Hal ini, yang sangat istimewa," ucap Nassarudin.
Oleh kerana itu, kata Nassarudin, sebagai warga Negara Indonesia merasa bangga mampu menciptakan kestabilan politik, pembelaan bangsa dari banyak macam ideologi transnasional yang mungkin dapat mengancam keutuhan bangsa itu.
Untuk itu, lanjut dia, salah satu fungsi BNPT di sini bagaimana menciptakan suatu konsep nilai-nilai bangsa yang dapat memproteksi diri dari berbagai ancaman dari baik luar maupun dalam.
Menurut dia makin dalam pemahaman terhadap agama masing-masing, maka insya Allah akan makin bijaksana. Untuk itu, perlu pendidikan pendalaman agamanya masing-masing.
"Kami juga sangat bersyukur Pemerintah sekarang ini, memberikan pemihakan sekitar 20 persen APBN kepada dunia pendidikan, dan juga adanya kurikulum 2013 yang sedang disempurnakan dari sebelumnya," ujarnya.
Hal tersebut, lanjut dia, Umat Islam dan agama lain sekarang ini, juga secara bersamaan melakukan kebangkitan semangat agama-agama bukan hanya Islam saja.
"BNPT saat ini, konsentrasinya langsung ke persoalan-persoalan radikal teroris. Ormas-Ormas tidak sejalan dengan Pancasila itu, masuk ke wilayahnya lebih komperhenship, dan tidak merupakan konsentrasi khususnya BNPT, tetapi kepada aparat yang lain," ucapnya.
Menurut dia, toleransi beragama Indonesia sekarang sangat tinggi seperti pasar, toko-toko, sekolah semuanya bareng-bareng agama-agama lain. Kondisi ini, tidak terjadi di negara lainnya.
Bahkan, kata dia, satu keluarga di Indonesia juga terdapat banyak agama, dan hal itu, tidak terjadi di negara-negara lain.
"Hal ini perlu dipertahankan, dan Indonesia hampir setiap hari dikunjungi berbagai macam negara untuk belajar bagaimana cara Indonesia menangani terorisme," kata Nassarudin Umar usai acara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dialog Lintas Agama dalam Pencegahan Paham Radikal Terorisme, di Hotel Alana Surakarta, Rabu.
Nassarudin Umar yang juga sebagai narasumber dalam acara tersebut mengatakan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dalam suatu konferensi pernah mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling besar Islamnya, tetapi mereka yang paling sendikit anggota "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS) sehingga banyak negara yang belajar dengan kesuksesan itu.
"Jika dilihat dari volume kegiatan garis keras dibanding negara-negara lain, Indonesia yang paling minim. Hal ini, yang sangat istimewa," ucap Nassarudin.
Oleh kerana itu, kata Nassarudin, sebagai warga Negara Indonesia merasa bangga mampu menciptakan kestabilan politik, pembelaan bangsa dari banyak macam ideologi transnasional yang mungkin dapat mengancam keutuhan bangsa itu.
Untuk itu, lanjut dia, salah satu fungsi BNPT di sini bagaimana menciptakan suatu konsep nilai-nilai bangsa yang dapat memproteksi diri dari berbagai ancaman dari baik luar maupun dalam.
Menurut dia makin dalam pemahaman terhadap agama masing-masing, maka insya Allah akan makin bijaksana. Untuk itu, perlu pendidikan pendalaman agamanya masing-masing.
"Kami juga sangat bersyukur Pemerintah sekarang ini, memberikan pemihakan sekitar 20 persen APBN kepada dunia pendidikan, dan juga adanya kurikulum 2013 yang sedang disempurnakan dari sebelumnya," ujarnya.
Hal tersebut, lanjut dia, Umat Islam dan agama lain sekarang ini, juga secara bersamaan melakukan kebangkitan semangat agama-agama bukan hanya Islam saja.
"BNPT saat ini, konsentrasinya langsung ke persoalan-persoalan radikal teroris. Ormas-Ormas tidak sejalan dengan Pancasila itu, masuk ke wilayahnya lebih komperhenship, dan tidak merupakan konsentrasi khususnya BNPT, tetapi kepada aparat yang lain," ucapnya.
Menurut dia, toleransi beragama Indonesia sekarang sangat tinggi seperti pasar, toko-toko, sekolah semuanya bareng-bareng agama-agama lain. Kondisi ini, tidak terjadi di negara lainnya.
Bahkan, kata dia, satu keluarga di Indonesia juga terdapat banyak agama, dan hal itu, tidak terjadi di negara-negara lain.