Jakarta Antara Jateng - Lembaga Survei Poltracking Indonesia mengumumkan hasil survei terbaru terkait Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan menempatkan elektabilitas (tingkat keterpilihan) pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut satu, Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni, yang tertinggi dibandingkan dua pasangan lainnya.
Direktur Eksekutif dan Riset Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, mengatakan, berdasarkan survei yang digelar 7-17 November 2016, melibatkan 1.200 responden, margin error +/- 2,8 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen didapatkan pasangan Agus-Sylvi memimpin tingkat elektabilitas sebesar 27,92 persen, disusul pasangan Basuki (Ahok)-Djarot sebesar 22 persen, Anies-Sandi sebesar 20,42 persen dan 29,66 persen responden menyatakan tidak tahu.
"Untuk elektabilitas, pasangan Agus-Sylvi memimpin sebesar 27,92 persen, Ahok-Djarot 22 persen, dan Anies-Sandi 20,42 persen," kata Hanta Yuda di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu.
Yuda juga menyampaikan hasil survei, jika pemilihan gubernur dilaksanakan hari ini, sebanyak 19,16 persen responden memilih Agus Harimurti, 15,92 persen memilih Ahok dan 14,34 persen memilih Anies Baswedan. Namun sebanyak 49,10 persen menyatakan belum memiliki pilihan atau tidak menjawab.
"Ketika spontan dikatakan siapa gubernur DKI mendatang, Agus memimpin 19,16 persen, Basuki 15,92 persen, dan Anies 14,34 persen," lanjut dia.
Adapun tingkat kesukaan masyarakat terhadap calon gubernur DKI, maka didapatkan hasil survei 73,83 persen menyukai Agus Harimurti, 71,83 persen menyukai Anies Baswedan, dan 60 persen masyarakat menyukai Ahok alias Basuki Purnama.
Hanta tingkat kesukaan masyarakat terhadap Agus Harimurti meroket dari 0 persen pada September 2016 menjadi 73,83 persen pada November 2016, sedangkan Ahok menurun dari 64 persen menjadi 60 persen pada periode yang sama tersebut.
"Tingkat ketersukaan kepada Agus paling tinggi. Basuki turun sedikit, sejalan dengan tingkat elektabilitas," jelas Hanta.
Kendati hasil survei menyatakan pasangan Agus-Sylvi memimpin, namun Yuda menegaskan, tetap sulit memprediksi pemenang Pilkada DKI 2017 karena dinamika politik yang terus berubah dan karakter masyarakat Jakarta yang dinamis.