Segarnya udara dengan pemandangan hamparan air yang terlihat luas di area perbukitan itu, membuat warga semakin bersemangat untuk menyambut kedatangan pengunjung, yang juga berarti menyambut rezeki untuk keluarga mereka.
Hamparan air yang terbentang sejauh mata memandang merupakan hasil dari mega proyek pembangunan Waduk Jatibarang di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Pembangunan waduk dilakukan sejak Oktober 2009 dan diresmikan pada 5 Mei 2014.
Waduk Jatibarang yang berdaya tampung 20,4 juta meter kubik dan luas genangan 189 hektare serta luas daerah tangkapan 54 kilometer persegi tersebut, utamanya untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu.
Selain itu, untuk menambah pasokan air baku hingga 1.050 liter per detik, dengan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro mencapai 1,5 megawatt, dan tentunya sebagai salah satu destinasi wisata alam pilihan di Kota Semarang.
Area waduk sebenarnya meliputi empat kelurahan di dua kecamatan, yakni Kelurahan Kedungpane dan Kelurahan Jatibarang di Kecamatan Mijen serta Kelurahan Kandri dan Kelurahan Jatirejo di Kecamatan Gunungpati.
Untuk destinasi wisata, waduk itu lebih terkenal di wilayah Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, sebab di tengah area genangan waduk di kawasan setempat terdapat pulau kecil berupa perbukitan yang merupakan kawasan wisata Goa Kreo.
Sebagai penghubung, terdapat jembatan bercat merah yang bawahnya air waduk. Untuk menuju jembatan itu, para pengunjung harus menuruni ratusan anak tangga.
Rasa lelah setelah berjalan akan terbayar dengan apiknya panorama sekitar waduk, saat dilihat dari atas jembatan. Tempat itu juga menjadi pilihan wisatawan untuk berfoto.
Kawasan wisata yang dikenal sebagai petilasan Sunan Kalijaga itu, hingga saat ini masih dijaga dengan baik oleh warga sekitar.
Keberadaan ratusan kera ekor panjang juga masih bisa dilihat pengunjung. Wisata Goa Kreo saat ini dikelola UPTD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dengan tarif masuk yang terjangkau, yakni Rp2.500 per orang.
Senyum ramah penduduk sudah terasa sejak memasuki gerbang kawasan wisata Goa Kreo yang kini semakin lengkap dengan keberadaan Waduk Jatibarang.
Para penjaga tiket, petugas parkir, dan penjual makanan di kawasan tersebut, merupakan warga setempat.
Mereka banyak membantu wisatawan dan tetap menjual jajanan dengan harga terjangkau.
Jika dulu, setiap pagi warga pergi berkebun atau ke sawah, beberapa tahun terakhir hal itu mulai berubah. Sejak dibangun proyek Waduk Jatibarang, mau tidak mau warga harus beralih profesi karena pembangunan bendungan itu juga mengambil alih fungsi lahan pertanian milik warga setempat.
"Sebelumnya kami semua petani, tapi kini berupaya beralih profesi dan berkreasi memanfaatkan objek wisata Waduk Jatibarang," kata Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Suko Makmur Kelurahan Kandri Eko Supriyanto.
Saat ditemui di kawasan wisata tersebut, Eko menjelaskan bahwa keberadaan pokdarwis itu sebagai upaya swadaya masyarakat untuk berkreasi.
Sebab, katanya, dengan kondisi saat ini, warga tentu sudah tidak bisa lagi mengandalkan pendapatan dari hasil usaha pertanian.
"Memang warga terdampak menerima ganti untung dari proyek pembangunan ini, namun setelah itu kami mau apa kalau tidak turut berpartisipasi mengembangkan wisata yang kini ada di depan mata kami," ujarnya.
Pokdarwis Suko Makmur yang dikelolanya menaungi sedikitnya 160 warga yang seluruhnya aktif menjadi pegiat pariwisata di kawasan itu.
Menurut dia, pembangunan Waduk Jatibarang jelas lebih menguntungkan karena setidaknya pendapatan warga bisa mengalami kenaikan sekitar 200 persen dibandingkan dengan hanya mengandalkan hasil dari bercocok tanam.
"Kalau bertani hasilnya tiga bulan sekali, kalau sekarang setiap hari dapat hasil. Tapi bedanya kalau sekarang jelas yang lebih dituntut kreativitas warga agar pengunjung semakin banyak," papar bapak dua putra itu.
Pokdarwis yang dibentuk sejak 2012 tersebut memang mengedepankan pemberdayaan masyarakat.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan merupakan swadaya masyarakat, seperti pembelian "speed boat" dan juga pengadaan perahu kayu untuk melengkapi destinasi wisata setempat.
"Itu murni swadaya, hanya dibantu pinjaman lunak dari bank, sedangkan untuk perahu kayunya milik perorangan yang memang memiliki modal untuk membeli atau membuatnya, tapi juga dikelola melalui pokdarwis," tambahnya.
Awal pengadaan "speed boat" merupakan idenya dan sejumlah anggota yang kemudian melakukan studi banding ke Telaga Sarangan.
Dari studi banding tersebut, pihaknya langsung memesan 13 perahu yang kini berada di Waduk Jatibarang.
"Kami pikir potensinya ada dan harus dimanfaatkan tapi kami juga tidak main-main karena para pengelola perahu harus mengikuti latihan penyelamatan terlebih dahulu dari Badan SAR dan mendapatkan sertifikat, jadi keselamatan pengunjung menjadi hal yang wajib," ujarnya.
Kendati demikian, hal yang saat ini menjadi kendala adalah belum adanya izin resmi secara tertulis untuk pengoperasian perahu-perahu wisata tersebut.
Padahal pengelolaan perahu tersebut sudah direstui Wali Kota Semarang yang saat itu dijabat Hendrar Prihadi.
Kala itu, Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, melakukan peluncuran pengoperasian perahu pada 11 Juni 2015.
"Kami berharap izin yang diajukan bisa segera diproses, baik oleh BBWS Pemali-Juwana selaku pengelola waduk atau Dishubkominfo, sehingga kami juga tenang dalam menjalankan perahu wisata," katanya.
Selain itu, hal yang saat ini juga tengah diharapkan anggota Pokdarwis Suko Makmur adalah bantuan pinjaman modal untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) guna melengkapi wisata yang tentu berkaitan erat dengan kuliner khas dan cenderamata.
"Kalau ada bantuan modal akan sangat membantu warga yang tidak punya modal untuk memiliki usaha, sebab selama ini cenderamata dan kuliner khas hanya dijual saat ada 'event' saja, harusnya setiap hari," ujarnya.
Untuk menggairahkan wisata di kawasan itu, pihaknya membuat program "one day tour" dengan sejumlah paket yang ditawarkan, meliputi wisata Goa Kreo, pentas wayang, dolanan tempo dulu, dan sejumlah kuliner khas daerah setempat.
"Kami memang dituntut kreatif dan banyak juga universitas yang turut serta menggairahkan wisata ini, saaat ini juga terus dikembangkan wisata 'live in' dan 'home stay' untuk menarik minat wisatawan berkunjung," katanya.
Di desa wisata Kandri terdapat dua pokdarwis, yaitu Pokdarwis Suko Makmur dan Pokdarwis Pandanaran.
Kedua pokdarwis tersebut, dikelola warga sekitar dan masing-masing pokdarwis memiliki potensi wilayah yang berbeda. Hal itu disesuaikan dengan kondisi alam, seni budaya, pemberdayaan masyarakat, kuliner, kerajinan tangan dengan corak dan ragam yang berbeda, akan tetapi tentunya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk menggairahkan wisata Waduk Jatibarang.
Anggota Pokdarwis Pandanaran, Sawiyah, mengatakan pihaknya juga banyak membuat paket-paket wisata, antara lain paket pembuatan dodol tape, menanam singkong, wisata Goa Kreo, dan makanan khas setempat.
"Sudah lumayan lama paket-paket wisata itu, dan ini terus dikembangkan, terutama untuk makanan khas berupa tape dan olahannya yang memang dikenal dari daerah ini," ujarnya.
Ikut menjaga
Keberadaan objek wisata tak lepas dari para pengunjung, baik wisatawan domestik maupun wisatawan dari luar negeri.
Pengelolaan dari pemerintah yang bersinergi dengan warga juga mampu menjadi daya tarik agar tiket masuk tetap murah dan kawasan wisata terjaga baik.
Kenikmatan berwisata tetap bisa dirasakan jika para turis juga turut menjaga kearifan lokal dan lingkungan setempat, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan aksi vandalisme.
Dahlia Asmara (29), salah satu pengunjung asal Kota Surakarta, mengatakan kawasan wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang cukup bersih.
Fasilitas yang ada juga cukup terjaga dan tiket masuk yang murah juga menjadi daya tarik tersendiri.
"Memang masih ada wisatawan yang buang sampah sembarangan dan corat-coret di tembok ataupun bebatuan, sangat disayangkan harusnya pengunjung juga ikut menjaga," katanya.
Kedatangan dirinya bersama keluarga ke kawasan wisata itu, ungkapnya, karena mengetahui dari informasi di media, selain itu juga bertanya pada sanak saudara yang ada di Kota Semarang.
"Dulu katanya nggak begini, kalau sekarang katanya lebih tertata dan bagus, makanya saya menyempatkan ke sini dan ternyata wisata alamnya lumayan asyik, mungkin wahananya yang perlu ditambah, untuk anak-anak belum ada," ungkap ibu satu anak tersebut.
Terus dikembangkan
Potensi wisata di Kota Semarang cukup banyak, dan hal itu terus dikembangkan terutama oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dengan menggandeng warga setempat dan berbagai komunitas.
Kepala Disbudpar Kota Semarang Masdiana Safitri mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pemetaan di seluruh wilayah untuk menggali potensi wisata yang bisa dikembangkan.
"Potensi wisata di Kota Semarang ini sebenarnya banyak sekali, makanya kami terus berupaya mengembangkan desa-desa wisata dengan potensi lokal yang dimiliki suatu daerah," katanya.
Dengan konsep desa wisata, kata dia, pengembangan pariwisata di suatu daerah bisa dikelola dan dikembangkan secara optimal oleh pemerintah daerah didukung peran aktif masyarakat sekitar.
Hal tersebut seperti di Desa Kandri yang sudah berjalan dengan baik, namun masih terus dikembangkan dengan pembinaan sinergi dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lainnya.
Berbagai pelatihan dilakukan agar para pegiat wisata terus berkembang, mengikuti kondisi dan teknologi saat ini. Kegiatan pariwisata juga terus dilakukan dengan tetap menjaga kearifan lokal.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada kesempatan berbeda mengatakan bahwa berbagai kegiatan menarik perlu dilakukan untuk memajukan destinasi wisata di Kota Semarang.
Ia menyebut Waduk Jatibarang merupakan tempat yang luar biasa dan jika dikelola dengan baik, kawasan itu akan menjadi satu-satunya waduk di tengah kota yang istimewa dan akan terkenal hingga mancanegara.
"Promosi harus terus dilakukan dan tentunya diimbangi perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana lainnya. Komunitas-komunitas juga perlu dioptimalkan untuk mendukung upaya itu. Selain itu, pastinya wisatawan juga harus ikut menjaga agar kawasan ini tetap lestari, bersih, dan asri," tuturnya.