Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengingatkan bahwa upaya penanganan banjir juga memerlukan peran dan dukungan masyarakat untuk merawat fasilitas umum yang ada.
"Jembatan Nogososro ini sudah selesai. Mohon dirawat dengan baik untuk pencegahan banjir," katanya, saat meresmikan Jembatan Nogososro, Semarang, Jumat.
Pembangunan Jembatan Nogososro dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan banjir karena jembatan lama letaknya rendah sehingga menghambat aliran air ketika debit air meningkat.
Peran serta masyarakat juga diperlukan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan, apalagi di aliran sungai yang bisa menyumbat dan menyebabkan banjir.
"Dari Dinas PU (Pekerjaan Umum) atau pemerintah kota kan menginginkan agar jembatan ini betul-betul sehingga nantinya tidak terjadi lagi permasalahan seperti yang lalu," kata Ita, sapaan akrabnya.
Tak hanya kokoh, kata dia, jembatan tersebut juga dilengkapi dengan sistem penyaring sampah sehingga tidak akan masuk memenuhi kolong jembatan, terutama saat debit air meningkat.
"Jembatan ini kan juga dinaikkan sehingga kalau ada air ini bisa mengalir dengan lancar ke muara Kali (Sungai) Tenggang," katanya.
Ia mengharapkan pembangunan Jembatan Nogososro bisa mengatasi problem banjir di wilayah Tlogosari Wetan, Tlogosari Kulon, dan Muktiharjo Kidul.
"Kalau 'coverage', ini kan larinya air sampai ke Tlogosari dan Muktiharjo ya. Diharapkan dengan ini tidak terjadi banjir. Kemarin kan hujan deras sekali, alhamdulillah kan tidak terjadi ya (banjir, red.)," katanya.
Sementara itu, Kepala DPU Kota Semarang Soewarto menyebutkan pembangunan Jembatan Nogososro menelan anggaran sekitar Rp2,2 miliar.
Pada 2024, DPU Kota Semarang membangun dua jembatan untuk penanggulangan banjir, yakni Jembatan Nogososro dan Jembatan Semarang Indah.
Untuk Jembatan Semarang Indah, kata dia, progresnya sudah 98 persen dengan anggaran Rp5 miliar karena jembatannya lebih panjang dan lebar.