Di kawasan Asia Pasifik sendiri tercatat terjadi peningkatan host aktif untuk situs-situs berbahaya, dari 41 juta aktivitas di Q4 2014 menjadi 61 juta di Q1 2015.
Di luar kawasan Asia Pasifik, Tiongkok menjadi kontributor terbesar, dengan 76 persen dari total host aktif untuk total situs berbahaya yang tercatat berasal dari negara tersebut.
"Tiga bulan pertama 2015 saja Trend Micro berhasil memblokir hingga 332 juta upaya akses yang dilakukan pengguna di kawasan Asia Pasifik ke situs-situs berbahaya," kata Andreas Kagawa, Country Manager Trend Micro Indonesia, di Jakarta, Rabu.
Angka tersebut setengah dari total jumlah akses ke situs-situs berbahaya di seluruh dunia yang mencapai 781 juta akses pada kuartal pertama tahun ini, dari 328 juta akses yang berhasil di kuartal sebelumnya.
Lebih dari sepertiga upaya akses yang tercatat di kawasan Asia Pasifik, sejumlah 189 juta akses berasal dari Jepang.
Di Indonesia sendiri, di kuartal yang sama, sebanyak 5,1 juta upaya akses ke situs berbahaya berhasil diblokir oleh Trand Micro. Angka tersebut meningkat sebesar 6 persen dari kuartal sebelumnya dengan 4,8 juta upaya berhasil diblokir.
Untuk IP pengirim spam yang berhasil diblokir, di Q1 2015, terdapat 342 juta alamat IP yang ditengarai sebagai pengirim spam berhasil dicegah dari upaya mereka melintas di inbox email pengguna dari kawasan Asia Pasifik.
Angka tersebut menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencatat 349 juta email spam masuk yang berhasil diblokir Trend Micro.
Negara-negara di kawasan Asia Pasifik, Tiongkok dan Jepang menjadi kontributor utama yang tercatat telah mengirimkan 194 juta email spam atau lebih dari separuh total jumlah email spam yang berhasil diblokir Trend Micro.
Di Indonesia, Trend Micro berhasil memblokir lebih dari 18,5 juta alamat IP yang ditengarai mengirimkan email spam, meningkat dari kuartal sebelumnya yang mencatat 14,7 juta.
Sementara itu, Malware yang berhasil terdeteksi oleh Trend Micro di Asia Pasifik tercatat hingga 110 juta file, hampir separuh dari total yang berhasil dicegah secara global (253 juta).
Angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dengan 120 juta file berbahaya yang berhasil diblokir.
Jepang menjadi kontributor terbesar dengan 70 persen dari file berbahaya yang berhasil diblok di wilayah Asia Pasifik berasal dari negara tersebut.
Selaras dengan tren yang terjadi di tingkat global, Trend Micro mencatat adanya peningkatan jumlah infeksi ransomware di Indonesia.