Tegal (ANTARA) - Matematika sering kali menjadi tantangan bagi siswa, terutama ketika mereka harus memahami konsep yang abstrak seperti pecahan. Namun, dengan pendekatan yang tepat, pembelajaran Matematika dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna.
Di SD Negeri Srengseng 02, Kabupaten Tegal, pendekatan F4 (Find, Facility, Fixed, Finish) telah diterapkan untuk membantu siswa kelas 5 lebih aktif dan kritis dalam belajar. Pendekatan ini diperoleh dari inspirasi salah satu proyek tim Fasilitator Daerah (Fasda) Perubahan Tanoto Foundation, yakni Funm4thic Kabupaten Tegal.
Dalam proses pembelajaran, siswa sering menunjukkan kecenderungan pasif, menghafal rumus tanpa benar-benar memahami konsep mendalam. Tantangan lainnya adalah kesulitan siswa dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang memperlihatkan perlunya metode pembelajaran yang lebih interaktif.
Untuk itu, pendekatan F4 dengan media Value Card diterapkan, bertujuan untuk melibatkan siswa dalam setiap tahap pembelajaran, mulai dari menemukan solusi hingga melakukan refleksi.
Pendekatan ini dimulai dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil. Setiap kelompok diajak untuk memilih Value Card yang sesuai dengan masalah pecahan yang diberikan. Diskusi kelompok tidak hanya melatih keterampilan berpikir kritis tetapi juga memperkuat kerja sama di antara siswa.
Dengan bimbingan guru, kelompok merumuskan strategi pemecahan masalah dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Proses ini diakhiri dengan refleksi, di mana siswa mengevaluasi langkah-langkah yang telah diambil serta memahami konsep yang telah dipelajari.
Hasilnya sangat positif. Media Value Card membantu membuat konsep pecahan yang abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dipahami. Kegiatan diskusi dan presentasi meningkatkan keterlibatan siswa, sementara refleksi membantu memperdalam pemahaman mereka terhadap materi. Siswa juga menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Hamdan Zoelva Bisri, salah satu siswa kelas V, menyampaikan, "Dengan Value Card, saya lebih cepat memahami pecahan. Saya juga belajar bekerja sama dengan teman-teman."
Pendapat ini diamini oleh guru kelas IV, Siwi Estu Wigati, yang mengatakan, "Metode ini membantu siswa memahami konsep pecahan dengan cara yang menyenangkan." Orang tua siswa juga merasakan manfaatnya.
Muniroh, orang tua dari salah satu siswa, mengungkapkan, "Karim lebih semangat belajar matematika karena metode Value Card yang menarik."
Meskipun begitu, beberapa aspek masih memerlukan pengembangan, seperti pengaturan waktu diskusi kelompok yang lebih efektif dan pengawasan yang lebih intensif selama kegiatan berlangsung. Hal ini penting agar semua siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal.
Pendekatan F4 dengan media Value Card telah membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat menciptakan dampak besar. Pembelajaran ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dan metode yang kreatif dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan inovasi ini, matematika yang sebelumnya dianggap sulit kini menjadi pelajaran yang menarik, memotivasi, dan penuh makna bagi siswa. Semoga pendekatan serupa dapat diterapkan lebih luas untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. ***
*) Ken Noorita Lestari, S.Pd.SD., Gr. adalah
Guru Kelas SD Negeri Srengseng 02, Kabupaten Tegal
Di SD Negeri Srengseng 02, Kabupaten Tegal, pendekatan F4 (Find, Facility, Fixed, Finish) telah diterapkan untuk membantu siswa kelas 5 lebih aktif dan kritis dalam belajar. Pendekatan ini diperoleh dari inspirasi salah satu proyek tim Fasilitator Daerah (Fasda) Perubahan Tanoto Foundation, yakni Funm4thic Kabupaten Tegal.
Dalam proses pembelajaran, siswa sering menunjukkan kecenderungan pasif, menghafal rumus tanpa benar-benar memahami konsep mendalam. Tantangan lainnya adalah kesulitan siswa dalam mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang memperlihatkan perlunya metode pembelajaran yang lebih interaktif.
Untuk itu, pendekatan F4 dengan media Value Card diterapkan, bertujuan untuk melibatkan siswa dalam setiap tahap pembelajaran, mulai dari menemukan solusi hingga melakukan refleksi.
Pendekatan ini dimulai dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil. Setiap kelompok diajak untuk memilih Value Card yang sesuai dengan masalah pecahan yang diberikan. Diskusi kelompok tidak hanya melatih keterampilan berpikir kritis tetapi juga memperkuat kerja sama di antara siswa.
Dengan bimbingan guru, kelompok merumuskan strategi pemecahan masalah dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Proses ini diakhiri dengan refleksi, di mana siswa mengevaluasi langkah-langkah yang telah diambil serta memahami konsep yang telah dipelajari.
Hasilnya sangat positif. Media Value Card membantu membuat konsep pecahan yang abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dipahami. Kegiatan diskusi dan presentasi meningkatkan keterlibatan siswa, sementara refleksi membantu memperdalam pemahaman mereka terhadap materi. Siswa juga menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Hamdan Zoelva Bisri, salah satu siswa kelas V, menyampaikan, "Dengan Value Card, saya lebih cepat memahami pecahan. Saya juga belajar bekerja sama dengan teman-teman."
Pendapat ini diamini oleh guru kelas IV, Siwi Estu Wigati, yang mengatakan, "Metode ini membantu siswa memahami konsep pecahan dengan cara yang menyenangkan." Orang tua siswa juga merasakan manfaatnya.
Muniroh, orang tua dari salah satu siswa, mengungkapkan, "Karim lebih semangat belajar matematika karena metode Value Card yang menarik."
Meskipun begitu, beberapa aspek masih memerlukan pengembangan, seperti pengaturan waktu diskusi kelompok yang lebih efektif dan pengawasan yang lebih intensif selama kegiatan berlangsung. Hal ini penting agar semua siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal.
Pendekatan F4 dengan media Value Card telah membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat menciptakan dampak besar. Pembelajaran ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dan metode yang kreatif dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan inovasi ini, matematika yang sebelumnya dianggap sulit kini menjadi pelajaran yang menarik, memotivasi, dan penuh makna bagi siswa. Semoga pendekatan serupa dapat diterapkan lebih luas untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. ***
*) Ken Noorita Lestari, S.Pd.SD., Gr. adalah
Guru Kelas SD Negeri Srengseng 02, Kabupaten Tegal