Temanggung (ANTARA) - Dinas Kesehatan Temanggung Jawa Tengah meminta warga tetap waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menyerang wilayah setempat dengan angka kasus saat ini telah mencapai 440 orang.
Kasus DBD di Kabupaten Temanggung dari Januari hingga Maret 2024 mencapai 440 orang dan pasien rata-rata dirawat di puskesmas dan rumah sakit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Temanggung, Sarjana di Temanggung, Senin, menyampaikan tingginya kasus DBD disinyalir karena curah hujan yang tinggi sehingga banyak genangan air.
"Kadang masyarakat kurang waspada, misalnya di vas bunga, di kebun, di pinggir rumah, botol-botol yang terisi air atau pecahan barang-barang rusak yang bisa menampung air, seperti ban bekas bisa untuk pertumbuhan nyamuk dengan cepat sekali," katanya.
Ia menyatakan upaya pencegahan yang dilakukan pihaknya di antaranya adalah bersinergi dengan puskesmas dan melakukan sosialisasi lintas sektor di kecamatan.
"Kebetulan kami ikut terjun sosialisasi, saat ini yang sangat penting adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras kamar mandi paling tidak seminggu sekali, kemudian menutup tampungan air yang digunakan, menggunakan kembali wadah yang mungkin bisa digunakan lagi," katanya.
Selain itu, bisa menggunakan pembunuh larva nyamuk berupa abate, menggunakan kelambu di tempat tidur atau obat nyamuk.
Menurut dia lagi, di Desa Petung, Kecamatan Bejen pada Februari lalu dinyatakan kejadian luar biasa (KLB) DBD, sehingga dilakukan pengasapan di wilayah setempat.
"Fogging tentunya bukan menjadi penanganan nomer satu, karena yang dibunuh hanya nyamuk dewasa. Yang penting dilakukan pemberantasan sarang nyamuk ," katanya mengingatkan.
Kasus DBD di Kabupaten Temanggung dari Januari hingga Maret 2024 mencapai 440 orang dan pasien rata-rata dirawat di puskesmas dan rumah sakit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Temanggung, Sarjana di Temanggung, Senin, menyampaikan tingginya kasus DBD disinyalir karena curah hujan yang tinggi sehingga banyak genangan air.
"Kadang masyarakat kurang waspada, misalnya di vas bunga, di kebun, di pinggir rumah, botol-botol yang terisi air atau pecahan barang-barang rusak yang bisa menampung air, seperti ban bekas bisa untuk pertumbuhan nyamuk dengan cepat sekali," katanya.
Ia menyatakan upaya pencegahan yang dilakukan pihaknya di antaranya adalah bersinergi dengan puskesmas dan melakukan sosialisasi lintas sektor di kecamatan.
"Kebetulan kami ikut terjun sosialisasi, saat ini yang sangat penting adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras kamar mandi paling tidak seminggu sekali, kemudian menutup tampungan air yang digunakan, menggunakan kembali wadah yang mungkin bisa digunakan lagi," katanya.
Selain itu, bisa menggunakan pembunuh larva nyamuk berupa abate, menggunakan kelambu di tempat tidur atau obat nyamuk.
Menurut dia lagi, di Desa Petung, Kecamatan Bejen pada Februari lalu dinyatakan kejadian luar biasa (KLB) DBD, sehingga dilakukan pengasapan di wilayah setempat.
"Fogging tentunya bukan menjadi penanganan nomer satu, karena yang dibunuh hanya nyamuk dewasa. Yang penting dilakukan pemberantasan sarang nyamuk ," katanya mengingatkan.