Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah mengimbau masyarakat setempat untuk waspadai penyakit batuk dan flu (pilek) akibat cuaca ekstrem di wilayah itu.
"Penyakit batuk dan pilek di Boyolali saat cuaca ekstrem memang mendominasi atau kasusnya tertinggi dibanding kasus-kasus lainnya. Kami mencatat memasuki musim hujan ekstrem ini ada peningkatan jumlah kunjungan masyarakat ke seluruh puskesmas dan pasien yang paling banyak karena batuk dan pilek (Common Cold)," kata Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali Puji Astuti di Boyolali, Kamis.
Ia menjelaskan data yang dilaporkan dari seluruh puskesmas di Boyolali, kasus batuk pilek mencapai 21.570 laporan sepanjang Januari hingga September 2022.
Dari data kasus penyakit batuk pilek sejak Juli hingga September 2022, mengalami kenaikan. Pada Juli penyakit batuk pilek di Boyolali mencapai 2.372 kasus, Agustus terjadi penambahan dengan total 3.804 kasus. Jumlah kasus batuk pilek pada September bertambah menjadi 4.070 kasus.
"Sedangkan pada bulan ini, hingga Senin (10/10), kasus batuk pilek sudah mencapai 1.025 pasien," katanya.
Baca juga: Warga batuk pilek diminta tetap pakai masker
Selain batuk pilek, kata dia, yang mendominasi kunjungan masyarakat ke puskesmas Boyolali secara umum meliputi hipertensi, myalgia, ispa, kunjungan hamil, dispepsi atau gangguan lambung, dan sakit kepala.
Dinkes Boyolali mengimbau masyarakat agar meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Dinkes mengingatkan masyarakat menjaga daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik bisa melindungi masyarakat dari virus.
"Langkah-langkah menguatkan imunitas tubuh bisa dimulai dengan makan teratur, istirahat atau tidur cukup, konsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan buah dan sayur, serta jaga kebersihan protokol kesehatan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, kebersihan lingkungan termasuk faktor penting yang mesti dijaga saat memasuki cuaca ekstrem, antara lain perbaikan sanitasi, menjaga kebersihan, dan kesehatan lingkungan.
Baca juga: Vaksin influenza bisa diberikan 1 tahun sekali
Baca juga: Warga berusia 60 tahun di Indonesia jadi prioritas vaksin influenza
"Penyakit batuk dan pilek di Boyolali saat cuaca ekstrem memang mendominasi atau kasusnya tertinggi dibanding kasus-kasus lainnya. Kami mencatat memasuki musim hujan ekstrem ini ada peningkatan jumlah kunjungan masyarakat ke seluruh puskesmas dan pasien yang paling banyak karena batuk dan pilek (Common Cold)," kata Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali Puji Astuti di Boyolali, Kamis.
Ia menjelaskan data yang dilaporkan dari seluruh puskesmas di Boyolali, kasus batuk pilek mencapai 21.570 laporan sepanjang Januari hingga September 2022.
Dari data kasus penyakit batuk pilek sejak Juli hingga September 2022, mengalami kenaikan. Pada Juli penyakit batuk pilek di Boyolali mencapai 2.372 kasus, Agustus terjadi penambahan dengan total 3.804 kasus. Jumlah kasus batuk pilek pada September bertambah menjadi 4.070 kasus.
"Sedangkan pada bulan ini, hingga Senin (10/10), kasus batuk pilek sudah mencapai 1.025 pasien," katanya.
Baca juga: Warga batuk pilek diminta tetap pakai masker
Selain batuk pilek, kata dia, yang mendominasi kunjungan masyarakat ke puskesmas Boyolali secara umum meliputi hipertensi, myalgia, ispa, kunjungan hamil, dispepsi atau gangguan lambung, dan sakit kepala.
Dinkes Boyolali mengimbau masyarakat agar meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Dinkes mengingatkan masyarakat menjaga daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik bisa melindungi masyarakat dari virus.
"Langkah-langkah menguatkan imunitas tubuh bisa dimulai dengan makan teratur, istirahat atau tidur cukup, konsumsi vitamin, mencukupi kebutuhan buah dan sayur, serta jaga kebersihan protokol kesehatan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, kebersihan lingkungan termasuk faktor penting yang mesti dijaga saat memasuki cuaca ekstrem, antara lain perbaikan sanitasi, menjaga kebersihan, dan kesehatan lingkungan.
Baca juga: Vaksin influenza bisa diberikan 1 tahun sekali
Baca juga: Warga berusia 60 tahun di Indonesia jadi prioritas vaksin influenza