Semarang (ANTARA) - Kegiatan Gerakan Ayo Membaca yang dilaksanakan Pemerintah Kota Pekalongan pada Jumat (27/9) menjadi langkah tepat untuk mengajak para pelajar dan mahasiswa memiliki minat dan cinta membaca. Dalam kesempatan tersebut ada 1.000 peserta yang terdiri atas siswa SD hingga perguruan tinggi di Kota Pekalongan.
Wali Kota Pekalongan Saelany Macfudz mengakui saat ini anak-anak di waktu luangnya lebih sibuk dengan gadget dibandingkan dengan membaca. Saelany yakin dengan membaca buku akan banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, mengubah dan memperkaya sikap memandang kehidupan, dapat melintas ruang dan waktu, serta dapat merasakan pengalaman intelektual tanpa melakukan perjalanan fisik.
Peningkatan literasi masyarakat juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Boyolali yang melaksanakan pameran buku, arsip, dan digital library 2019 pada Sabtu (28/9). Tidak sekadar mendorong minat baca, tetapi masyarakat kembali diingatkan pentingnya perpustakaan dan arsip.
Masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan koleksi buku di perpustakaan dan arsip secara maksimal. Apalagi tidak sekadar koleksi buku, untuk menarik minat baca masyarakat, telah disediakan layanan mobil perpustakaan keliling, layanan motor pintar keliling, layanan jelajah pustaka, layanan komputer, internet, story telling, galeri arsip, dan konsultasi arsip.
Langkah Pemerintah Kota Pekalongan dan Pemerintah Kabupaten Boyolali tersebut merupakan turunan dari Gerakan Membaca Buku Bagi Siswa yang telah dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan mencanangkan waktu 15 menit sebelum pelajaran dimulai, siswa harus membaca buku yang bersifat mendidik, bisa berupa buku pelajaran yang akan dipelajari, dengan point pentingnya siswa mau membaca buku. Langkah tersebut dimaksudkan untuk membiasakan siswa gemar membaca.
Segala upaya dari pemerintah kabupaten dan kota tersebut tentu harus menjadi motor untuk membangunkan kembali minat baca anak. Tujuan lainnya yakni budaya membaca dapat menggantikan budaya menonton dan mendengarkan. Anak-anak yang terbiasa dengan game online, diharapkan sudah mulai bergeser membaca buku. Gemar membaca tersebut diharapkan berbanding lurus yakni mampu melahirkan generasi muda yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, berbudaya, religius, dan mandiri.
Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah, tetapi lingkungan anak tinggal yakni di sekolah serta di rumah juga harus ambil peran. Sekolah harus konsisten menerapkan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Begitu juga saat di rumah, peran orang tua sangat diharapkan agar anak dapat mengatur pemakaian gadget dengan bijak. Jika seluruh stakeholder terkait tersebut dapat bersinergi, dapat saling mendukung, maka masih ada harapan bagi kemajuan anak bangsa menjadi lebih baik lagi.
Wali Kota Pekalongan Saelany Macfudz mengakui saat ini anak-anak di waktu luangnya lebih sibuk dengan gadget dibandingkan dengan membaca. Saelany yakin dengan membaca buku akan banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, mengubah dan memperkaya sikap memandang kehidupan, dapat melintas ruang dan waktu, serta dapat merasakan pengalaman intelektual tanpa melakukan perjalanan fisik.
Peningkatan literasi masyarakat juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Boyolali yang melaksanakan pameran buku, arsip, dan digital library 2019 pada Sabtu (28/9). Tidak sekadar mendorong minat baca, tetapi masyarakat kembali diingatkan pentingnya perpustakaan dan arsip.
Masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan koleksi buku di perpustakaan dan arsip secara maksimal. Apalagi tidak sekadar koleksi buku, untuk menarik minat baca masyarakat, telah disediakan layanan mobil perpustakaan keliling, layanan motor pintar keliling, layanan jelajah pustaka, layanan komputer, internet, story telling, galeri arsip, dan konsultasi arsip.
Langkah Pemerintah Kota Pekalongan dan Pemerintah Kabupaten Boyolali tersebut merupakan turunan dari Gerakan Membaca Buku Bagi Siswa yang telah dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan mencanangkan waktu 15 menit sebelum pelajaran dimulai, siswa harus membaca buku yang bersifat mendidik, bisa berupa buku pelajaran yang akan dipelajari, dengan point pentingnya siswa mau membaca buku. Langkah tersebut dimaksudkan untuk membiasakan siswa gemar membaca.
Segala upaya dari pemerintah kabupaten dan kota tersebut tentu harus menjadi motor untuk membangunkan kembali minat baca anak. Tujuan lainnya yakni budaya membaca dapat menggantikan budaya menonton dan mendengarkan. Anak-anak yang terbiasa dengan game online, diharapkan sudah mulai bergeser membaca buku. Gemar membaca tersebut diharapkan berbanding lurus yakni mampu melahirkan generasi muda yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, berbudaya, religius, dan mandiri.
Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah, tetapi lingkungan anak tinggal yakni di sekolah serta di rumah juga harus ambil peran. Sekolah harus konsisten menerapkan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Begitu juga saat di rumah, peran orang tua sangat diharapkan agar anak dapat mengatur pemakaian gadget dengan bijak. Jika seluruh stakeholder terkait tersebut dapat bersinergi, dapat saling mendukung, maka masih ada harapan bagi kemajuan anak bangsa menjadi lebih baik lagi.