Solo (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan ekspor mebel pada tahun ini naik 11 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 1.497.554.851 dolar AS.
"Total nilai ekspor ini terdiri dari ekspor kayu olahan sebesar 860.676.518 dolar AS dan nilai ekspor mebel sebesar 636.878.333 dolar AS," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo di sela Kegiatan Obral Mebel di Rumah Kriya Banjarsari Solo, Kamis.
Ia mengatakan angka tersebut naik sebesar 11,9 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor mebel pada tahun 2017. Secara nasional, dikatakannya, pemerintah menargetkan angka ekspor bisa mencapai 5 miliar dolar AS.
"Posisinya saat ini realisasi nilai ekspor Jawa Tengah sekitar 2 miliar dolar AS, artinya 50 persennya merupakan kontribusi Jawa Tengah," katanya.
Ia mengatakan untuk merealisasikan target tersebut, pemerintah memberikan dukungan termasuk memfasilitasi workshop dan program restrukturisasi mesin-mesin produksi.
"Dalam hal ini ada kerja sama dengan Kementerian Perindustrian dalam rangka restrukturisasi mesin. Selain itu, kami juga ada 'coaching' program agar pelaku IKM bisa menjadi eksportir, yang awalnya tidak tahu tentang ekspor menjadi tahu," katanya.
Sementara itu, terkait dengan kegiatan obral mebel di Rumah Kriya Banjarsari tersebut merupakan salah satu langkah fasilitasi di bidang promosi.
"Keberadaan Rumah Kriya Banjarsari ini berfungsi sebagai tempat untuk promosi yang efektif bagi produk-produk furniture Jateng khususnya Soloraya. Sekaligus bisa meningkatkan kemitraan dan jejaring kerja sama berbagai stakeholder," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Soloraya (Kimkas) Haryanto mengatakan target transaksi dari obral mebel yang dilaksanakan pada tanggal 25-28 April 2019 tersebut sebesar Rp600 juta.
"Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan realisasi transaksi kegiatan serupa sebelumnya, yaitu sebesar Rp500 juta," katanya.
Ia mengatakan untuk produk yang dijual mulai dari harga Rp100 ribu-Rp2 juta/item. Sedangkan untuk potongan harga mulai dari 30-80 persen.
"Total nilai ekspor ini terdiri dari ekspor kayu olahan sebesar 860.676.518 dolar AS dan nilai ekspor mebel sebesar 636.878.333 dolar AS," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo di sela Kegiatan Obral Mebel di Rumah Kriya Banjarsari Solo, Kamis.
Ia mengatakan angka tersebut naik sebesar 11,9 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor mebel pada tahun 2017. Secara nasional, dikatakannya, pemerintah menargetkan angka ekspor bisa mencapai 5 miliar dolar AS.
"Posisinya saat ini realisasi nilai ekspor Jawa Tengah sekitar 2 miliar dolar AS, artinya 50 persennya merupakan kontribusi Jawa Tengah," katanya.
Ia mengatakan untuk merealisasikan target tersebut, pemerintah memberikan dukungan termasuk memfasilitasi workshop dan program restrukturisasi mesin-mesin produksi.
"Dalam hal ini ada kerja sama dengan Kementerian Perindustrian dalam rangka restrukturisasi mesin. Selain itu, kami juga ada 'coaching' program agar pelaku IKM bisa menjadi eksportir, yang awalnya tidak tahu tentang ekspor menjadi tahu," katanya.
Sementara itu, terkait dengan kegiatan obral mebel di Rumah Kriya Banjarsari tersebut merupakan salah satu langkah fasilitasi di bidang promosi.
"Keberadaan Rumah Kriya Banjarsari ini berfungsi sebagai tempat untuk promosi yang efektif bagi produk-produk furniture Jateng khususnya Soloraya. Sekaligus bisa meningkatkan kemitraan dan jejaring kerja sama berbagai stakeholder," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Soloraya (Kimkas) Haryanto mengatakan target transaksi dari obral mebel yang dilaksanakan pada tanggal 25-28 April 2019 tersebut sebesar Rp600 juta.
"Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan realisasi transaksi kegiatan serupa sebelumnya, yaitu sebesar Rp500 juta," katanya.
Ia mengatakan untuk produk yang dijual mulai dari harga Rp100 ribu-Rp2 juta/item. Sedangkan untuk potongan harga mulai dari 30-80 persen.