Lomba lari maraton yang dilepas Menpora Roy Suryo di depan Kantor Bupati Magelang, Jawa Tengah, Minggu tersebut Azmirow Bekele Moialign masuk garis finis dengan catatan waktu 28 menit 37 detik sedangkan Gezashign Hunduma Gameda 33 menit 56 detik.
Juara II kelompok elit internasional putra diraih Josphat Kiptanul Chobei dari Ethiopia (28'52), juara III Ngare Joseph Mwangi dari Kenya (28'57), sedangkan juara II kelompok elit internasional putri ditempati Viola Jelagat dari Kenya 34'07 dan juara III Gladys Chemweno dari Kenya (34'19).
Kemudian juara I kelompok nasional putra diraih Herlanto Raego dari Kodam VII/Wirabuana dengan catatan waktu 32'19, juara II Atjong Tio Purwanto dari Yonif 523 Macan Kumbang (32'28), dan juara III Hamdan Safril S. dari Padang Paryiaman (32'59).
Juara I kelompok nasional putri Feri Marince Subnaefu dari Kaltim (37'25) juara II Yulianingsih dari Jatim (37'40), juara III Alfriana Paijo dari NTT (37'59)
Kelompok pelajar putra juara I Aset Saifudin dari Bandung 33'32, juara II Reza Aulia Pradipta dari Bandung 33'43, juara III Beni Santoso dari Salatiga 33'58, untuk kelompok pelajar putri juara I Yuliyanti Utari dari Sumbar (38'54), juara II Cika Mega P. dari Cepu (38'59), dan juara III Ambar Winarsih dari Salatiga (39'32).
Menurut juara I kelompok elit internasional baik putra maupun putri, catatan waktu yang diraihnya tersebut bukan merupakan catatan waktu terbaik bagi mereka.
Azmirow menuturkan catatan waktu terbaiknya untuk lari 10 kilometer adalah 27 menit 45 detik di Paris.
Gezashign mengatakan, setiap hari berlatih lari sepanjang 20 kilometer. Dia meraih catatan waktu terbaik untuk lari 10 kilometer adalah 33 menit 45 detik.
Roy Suryo mengatakan, Kementerian Olahraga memberikan peluang kepada para kepala daerah untuk menumbuhkan semangat keolahragaan dalam masyarakat.
Ia mengatakan, Botobudur International 10 K kembali digelar setelah delapan tahun fakum. Sekarang dihidupkan kembali oleh Pemprov Jateng dan Kemenpora mendukung karena lari 10 kilometer semacam ini bagus untuk diselenggarakan di kota maupun di provinsi.
"Kami dari Kemenpora mendukung 'technical sport' artinya penyedia juri , penyedia sarana misalnya untuk verifikasi kalkulasi karena ini diikuti oleh para pelari internasional. Jangan sampai nanti ada gugatan jaraknya tidak standar, maka Kemenpora memastikan jaraknya," katanya.