Semarang (ANTARA) - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah Wilayah Kendeng Selatan memasang alat purifikasi biogas buatan lokal untuk meningkatkan kadar gas metana yang dihasilkan lebih dari 90 persen.
"Inovasi ini menjadi yang pertama di wilayah Kendeng Selatan dan kedua di Jawa Tengah setelah Ungaran dan Telomoyo. Blora sendiri dikenal sebagai daerah penghasil sapi terbesar di Jawa Tengah," kata Kepala Seksi Energi Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto di Blora, Jumat.
Alat tersebut dipasang untuk Kelompok Tani Ternak Rukun Petani Jaya, di Desa Ketringan, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Sinung mengatakan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, populasi sapi di Blora mencapai sekitar 170 ribu ekor, cukup untuk memasok 8.500 unit digester biogas berkapasitas 20 m³.
Satu unit digester dapat memenuhi kebutuhan gas bagi 6–10 rumah tangga.
Namun, pemanfaatan biogas selama ini masih terbentur anggapan masyarakat bahwa gas elpiji lebih murah dan praktis. Padahal, harga elpiji terjangkau karena disubsidi pemerintah dan sebagian besar masih diimpor dari luar negeri, sehingga membebani anggaran negara.
"Selain itu, kualitas gas biogas mentah juga menjadi tantangan. Gas hasil digester umumnya masih bercampur antara metana (CH), hidrogen sulfida (HS), karbon dioksida (CO), dan uap air (HO). Dari campuran itu, hanya metana yang bermanfaat sebagai bahan bakar, sedangkan gas lain bersifat korosif dan menurunkan efisiensi pembakaran," terangnya.
Melihat kondisi tersebut, Dinas ESDM Kendeng Selatan berinisiatif membuat alat purifikasi biogas sederhana yang bisa ditiru masyarakat dengan biaya terjangkau.
"Alat ini dirakit menggunakan casing pemurni air berisi zeolit, peroksida (bisa diganti arang aktif), dan silika biru, bahan-bahan yang mudah ditemukan di toko pertanian, ikan hias, atau apotek," ungkapnya.
Kegiatan perakitan, pemasangan, dan pelatihan penggunaan alat purifikasi dilaksanakan pada Selasa, 21 Oktober 2025, dihadiri perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Blora, Dinas Pangan Pertanian Peternakan dan Perikanan (P4) Blora, Camat Jiken, pemerintah desa Ketringan, Yayasan Rumah Energi, organisasi non pemerintah Gagego, serta kelompok tani ternak setempat.
"Dari hasil uji, alat purifikasi ini terbukti mampu menurunkan kadar HS, CO, dan uap air hingga mendekati 0 ppm, sementara kadar metana meningkat di atas 90 persen," terangnya.
Selain itu, kegiatan juga diisi pelatihan pembuatan pupuk kompos dari slurry biogas, bekerja sama dengan Dinas P4 Blora dan NGO Gagego Grobogan.
Ranu, Ketua Kelompok Tani Ternak Rukun Petani Jaya desa setempat berharap ke depan gas metana hasil pemurnian dapat dikemas dan disalurkan untuk kebutuhan rumah tangga serta digunakan sebagai bahan bakar genset.
“Kami berharap inovasi ini bisa jadi contoh bagi desa lain di Blora agar beralih ke energi bersih yang ramah lingkungan,” ujarnya.

