"Penerbitan buku Peter Crey dalam terjemahan bahasa Indonesia ini didukung sepenuhnya oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo," kata Ida Sudoyo, Juru Bicara Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) di Semarang, Rabu.
Ida, Direktur Komunikasi Korporasi PT Arsari Group, didampingi koleganya, Didit Tumakaka, mengatakan, peluncuran sekaligus pembahasan buku yang terdiri tiga segmen itu akan dilakukan di Universitas Diponegoro Semarang pada 10 Maret 2012.
Peter Crey, penulis buku asal Irlandian, akan hadir dan berbicara dalam acara tersebut bersama Hashim Djojohadikusumo, serta Rektor Undip Prof Sudharto Prawata Hadi, budayawan Sardono W. Kusumo, mantan Menteri Pendidikan Wardiman Djojonegoro.
"Upaya pelestarian sejarah sebagai bagian dari pusaka Indonesia menjadi tanggung jawab bersama yang harus dilakukan agar terwujud rekam jejak sejarah, budaya, dan peradaban bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat," kata Didit mengutip Ketua YAD Hashim Djojohadikusumo.
Dari pengalaman hidup Diponegoro, katanya, bangsa Indonesia memperoleh teladan mengenai gaya kepemimpinan serta prinsip memimpin yang berani membela kebenaran, jujur, dan konsekuen walaupun kepentingan pribadi dan keluarganya terancam.
Dari buku yang terbit tiga jilid dalam satu paket ini, katanya, bangsa ini dapat memperoleh gambaran konteks dan situasi yang ada ketika Pangeran Diponegoro dalam kancah perjuangan melawan penjajahan Belanda di awal abad 19.
"Kalau kita amati maka isu-isu yang ada pada saat itu mempunyai kemiripan dengan isu-isu yang sekarang dihadapi oleh bangsa Indonesia, seperti kemerosotan moral dan martabat, terutama di kalangan pejabat, korupsi yang merajalela, dan kesenjangan sosial. Masalah ini sangat relevan untuk masa kini," katanya.
Di atas segalanya, sosok Diponegoro merupakan sosok pejuang yang berani melakukan hal yang dirasanya benar walaupun dia tahu bahwa hal itu tidak akan menguntungkan pribadinya maupun keluarganya, jelas Didit mengutip Peter Crey.