Dinporapar Purbalingga optimistis FGS kembali masuk KEN 2025
Purbalingga (ANTARA) - Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, optimistis Festival Gunung Slamet (FGS) dapat kembali masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) pada tahun 2025.
"Secara resmi kami memang belum membahas masalah evaluasi pelaksanaan FGS VII dengan penyelenggara," kata Kepala Dinporapar Kabupaten Purbalingga R Budi Setiawan di Purbalingga, Jumat.
Akan tetapi secara umum, dia mengaku melihat tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) khususnya yang menangani KEN puas terhadap kegiatan FGS VII yang digelar di Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) pada 12-14 Juli 2024.
Ia mengatakan selama ini tim dari Kemenparekraf selalu memberikan pendampingan dan pihaknya langsung menindaklanjuti setiap masukan yang diberikan.
"Secara umum mereka puas dan saya optimistis FGS tahun depan masuk KEN lagi," katanya menegaskan.
Menurut dia, ada tiga hal yang menjadi daya tarik tersendiri dalam FGS VII, yakni keunikan yang dijual berupa prosesi pengambilan air dari mata air Tuk Sikopyah yang berada di lereng Gunung Slamet.
Selain itu, kata dia, tim dari Kemenparekraf juga sangat tertarik terhadap tari Carang Lembayung yang ditampilkan dalam Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet pada hari kedua penyelenggaraan FGS VII karena tarian tersebut menggambarkan upaya pelestarian hutan.
"Tari Carang Lembayung ini juga menjadi unique selling (keunikan yang dijual, red.) selain 'perang tomat' yang tidak mereka saksikan. Tapi dari dua itu saja, mereka sudah sangat tertarik dan puas, apalagi jika ditambah dengan'perang tomat', saya pikir dari tiga unique selling tersebut sudah kita dapatkan," katanya.
Sementara dari sisi kunjungan wisatawan, dia mengakui jumlah pengunjung FGS VII luar biasa dan memecahkan rekor pergelaran tahun-tahun sebelumnya karena mencapai lebih dari 46 ribu orang selama tiga hari kegiatan.
Bahkan, kata dia, nilai transaksi usaha mikro kecil dan menengah selama pergelaran FGS VII mencapai Rp2,3 miliar, sedangkan transaksi di sektor penginapan sebesar Rp141 juta.
Ia mengatakan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno ketika membuka FGS VII tidak menyangka jika kawasan D'LAS sangat indah, tempatnya luas, dan memiliki banyak keunikan.
"Beliau sangat bersemangat, apalagi dilihat dari IG-nya (akun Instagram) Pak Menteri ini ada lima atau enam tayangan FGS maupun KaTa Kreatif Purbalingga. Dari situ sudah kelihatan bahwa ini menjadi perhatian karena biasanya di IG beliau cuma satu atau dua tayangan setelah acara," katanya.
Menurut dia, tayangan-tayangan yang diunggah Menparekraf di media sosial tersebut salah satu wujud apresiasi terhadap penyelenggaraan FGS VII.
Ia mengharapkan ke depan ada pelibatan para pemangku kepentingan yang lain dalam penyelenggaraan FGS termasuk keterlibatan kabupaten atau provinsi lain.
"Misalnya keterlibatan dalam gelar seni budayanya. Atraksi seni budaya di atas panggung kalau diisi dari berbagai daerah akan menambah nilai dari festival tersebut," katanya.
Terkait dengan harapan Menparekraf dalam pengembangan paket wisata khususnya di Purbalingga, dia mengakui jika seharusnya ada sinergi antara destinasi-destinasi wisata yang ada di Purbalingga, Dieng di Kabupaten Banjarnegara, dan Baturraden di Kabupaten Banyumas untuk menjadi satu kesatuan paket wisata yang dapat dijual ke seluruh Indonesia.
"Dengan demikian, pariwisata dapat bangkit dan Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga dapat tumbuh berkembang," kata Budi.
Baca juga: Pemkab Purbalingga: Ada acara baru di Festival Gunung Slamet 2024
"Secara resmi kami memang belum membahas masalah evaluasi pelaksanaan FGS VII dengan penyelenggara," kata Kepala Dinporapar Kabupaten Purbalingga R Budi Setiawan di Purbalingga, Jumat.
Akan tetapi secara umum, dia mengaku melihat tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) khususnya yang menangani KEN puas terhadap kegiatan FGS VII yang digelar di Desa Wisata Lembah Asri Serang (D'LAS) pada 12-14 Juli 2024.
Ia mengatakan selama ini tim dari Kemenparekraf selalu memberikan pendampingan dan pihaknya langsung menindaklanjuti setiap masukan yang diberikan.
"Secara umum mereka puas dan saya optimistis FGS tahun depan masuk KEN lagi," katanya menegaskan.
Menurut dia, ada tiga hal yang menjadi daya tarik tersendiri dalam FGS VII, yakni keunikan yang dijual berupa prosesi pengambilan air dari mata air Tuk Sikopyah yang berada di lereng Gunung Slamet.
Selain itu, kata dia, tim dari Kemenparekraf juga sangat tertarik terhadap tari Carang Lembayung yang ditampilkan dalam Gelar Budaya Lingkar Gunung Slamet pada hari kedua penyelenggaraan FGS VII karena tarian tersebut menggambarkan upaya pelestarian hutan.
"Tari Carang Lembayung ini juga menjadi unique selling (keunikan yang dijual, red.) selain 'perang tomat' yang tidak mereka saksikan. Tapi dari dua itu saja, mereka sudah sangat tertarik dan puas, apalagi jika ditambah dengan'perang tomat', saya pikir dari tiga unique selling tersebut sudah kita dapatkan," katanya.
Sementara dari sisi kunjungan wisatawan, dia mengakui jumlah pengunjung FGS VII luar biasa dan memecahkan rekor pergelaran tahun-tahun sebelumnya karena mencapai lebih dari 46 ribu orang selama tiga hari kegiatan.
Bahkan, kata dia, nilai transaksi usaha mikro kecil dan menengah selama pergelaran FGS VII mencapai Rp2,3 miliar, sedangkan transaksi di sektor penginapan sebesar Rp141 juta.
Ia mengatakan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno ketika membuka FGS VII tidak menyangka jika kawasan D'LAS sangat indah, tempatnya luas, dan memiliki banyak keunikan.
"Beliau sangat bersemangat, apalagi dilihat dari IG-nya (akun Instagram) Pak Menteri ini ada lima atau enam tayangan FGS maupun KaTa Kreatif Purbalingga. Dari situ sudah kelihatan bahwa ini menjadi perhatian karena biasanya di IG beliau cuma satu atau dua tayangan setelah acara," katanya.
Menurut dia, tayangan-tayangan yang diunggah Menparekraf di media sosial tersebut salah satu wujud apresiasi terhadap penyelenggaraan FGS VII.
Ia mengharapkan ke depan ada pelibatan para pemangku kepentingan yang lain dalam penyelenggaraan FGS termasuk keterlibatan kabupaten atau provinsi lain.
"Misalnya keterlibatan dalam gelar seni budayanya. Atraksi seni budaya di atas panggung kalau diisi dari berbagai daerah akan menambah nilai dari festival tersebut," katanya.
Terkait dengan harapan Menparekraf dalam pengembangan paket wisata khususnya di Purbalingga, dia mengakui jika seharusnya ada sinergi antara destinasi-destinasi wisata yang ada di Purbalingga, Dieng di Kabupaten Banjarnegara, dan Baturraden di Kabupaten Banyumas untuk menjadi satu kesatuan paket wisata yang dapat dijual ke seluruh Indonesia.
"Dengan demikian, pariwisata dapat bangkit dan Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga dapat tumbuh berkembang," kata Budi.
Baca juga: Pemkab Purbalingga: Ada acara baru di Festival Gunung Slamet 2024