Wali Kota Semarang panen 400 kg bawang merah di Gunungpati
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hevearita Gunaryanti Rahayu memanen bawang merah sekitar 400 kilogram di Agro Plalangan, Gunungpati, Semarang, sebagai upaya pengembangan pertanian perkotaan.
"Lahan seluas 200 meter persegi ini bisa menghasilkan bawang merah 400 kilogram tiap panennya," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, saat panen bawang merah di Agro Plalangan, Semarang, Selasa.
Setelah memanen bawang merah di lahan milik Pemerintah Kota Semarang itu, ia menanam kembali bawang merah di tanah yang sudah diolah menggunakan cultivator, mesin pengolah tanah.
Bahkan, perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang itu terlihat mahir mengoperasikan cultivator yang merupakan salah satu alat dan mesin pertanian (alsintan).
Menurut dia, ratusan kilogram bawang merah yang dipanen itu selalu habis dalam waktu singkat karena Dinas Pertanian Kota Semarang memasarkannya lewat badan usaha milik petani (BUMP).
Ke depan, kata dia, komoditas tersebut juga akan dipasarkan melalui Lumbung Pangan Kota Semarang (Lumpang Semar) yang ada di tiap kelurahan dan kecamatan.
Ia mengatakan bahwa upaya pengembangan pertanian perkotaan atau "urban farming" dengan menghasilkan berbagai komoditas pertanian bisa menunjukkan bahwa Kota Semarang bisa berdaulat pangan.
"Kalau seperti ini bisa memutus mata rantai distribusi. Mungkin nanti selain BUMP, bisa ke Lumpang Semar karena ada di tiap kelurahan dan kecamatan," katanya.
Ita mengharapkan pertanian perkotaan yang menjadi bagian dari gerakan daulat pangan oleh masyarakat dan untuk masyarakat harus terus ditingkatkan.
Apalagi, kata dia, bawang merah selama ini menjadi komoditas penyumbang inflasi, namun pada dua bulan berturut-turut, yakni Mei dan Juni 2024 mengalami deflasi, yakni 0,21 persen dan 0,26 persen.
Untuk inflasi tahunan (year on year) Kota Semarang tercatat sebesar 2,22 persen atau lebih rendah dibandingkan nasional yang mencapai 2,56 persen.
"Inflasi 'year on year' Kota Semarang 2,22 persen, di bawah nasional 2,56 persen, diharapkan bisa menjadi (peningkatan) gerakan daulat pangan," katanya.
Pada panen bawang merah itu, Ita ditemani pada Duta Petani Cilik, Duta Remaja Tani, dan santri-santri dari pondok pesantren sekitar yang setelah itu sekaligus memanen pepaya california.
"Lahan seluas 200 meter persegi ini bisa menghasilkan bawang merah 400 kilogram tiap panennya," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, saat panen bawang merah di Agro Plalangan, Semarang, Selasa.
Setelah memanen bawang merah di lahan milik Pemerintah Kota Semarang itu, ia menanam kembali bawang merah di tanah yang sudah diolah menggunakan cultivator, mesin pengolah tanah.
Bahkan, perempuan pertama yang menjadi Wali Kota Semarang itu terlihat mahir mengoperasikan cultivator yang merupakan salah satu alat dan mesin pertanian (alsintan).
Menurut dia, ratusan kilogram bawang merah yang dipanen itu selalu habis dalam waktu singkat karena Dinas Pertanian Kota Semarang memasarkannya lewat badan usaha milik petani (BUMP).
Ke depan, kata dia, komoditas tersebut juga akan dipasarkan melalui Lumbung Pangan Kota Semarang (Lumpang Semar) yang ada di tiap kelurahan dan kecamatan.
Ia mengatakan bahwa upaya pengembangan pertanian perkotaan atau "urban farming" dengan menghasilkan berbagai komoditas pertanian bisa menunjukkan bahwa Kota Semarang bisa berdaulat pangan.
"Kalau seperti ini bisa memutus mata rantai distribusi. Mungkin nanti selain BUMP, bisa ke Lumpang Semar karena ada di tiap kelurahan dan kecamatan," katanya.
Ita mengharapkan pertanian perkotaan yang menjadi bagian dari gerakan daulat pangan oleh masyarakat dan untuk masyarakat harus terus ditingkatkan.
Apalagi, kata dia, bawang merah selama ini menjadi komoditas penyumbang inflasi, namun pada dua bulan berturut-turut, yakni Mei dan Juni 2024 mengalami deflasi, yakni 0,21 persen dan 0,26 persen.
Untuk inflasi tahunan (year on year) Kota Semarang tercatat sebesar 2,22 persen atau lebih rendah dibandingkan nasional yang mencapai 2,56 persen.
"Inflasi 'year on year' Kota Semarang 2,22 persen, di bawah nasional 2,56 persen, diharapkan bisa menjadi (peningkatan) gerakan daulat pangan," katanya.
Pada panen bawang merah itu, Ita ditemani pada Duta Petani Cilik, Duta Remaja Tani, dan santri-santri dari pondok pesantren sekitar yang setelah itu sekaligus memanen pepaya california.