Purwokerto (ANTARA) - Penjabat (Pj.) Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro meminta penanganan 20.000 penyalahguna narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, perlu sinergi semua pihak.
"Dari data yang kami peroleh, penyalahgunaan narkoba di Banyumas merupakan terbesar ketiga se-Jawa Tengah setelah Semarang dan Surakarta. Kalau HIV/AIDS, Banyumas nomor 2," kata Pj. Bupati setelah peringatan Hari Anti-Narkotika Internasional (HANI) Tahun 2024 di Pendopo Sipanji, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Menurut dia, penyalahgunaan narkoba di Banyumas tersebut merupakan persoalan yang harus diatasi bersama-sama karena di kabupaten itu ada delapan
kelurahan/desa yang berstatus kawasan rawan narkoba dengan kategori bahaya dengan data terdapat kurang lebih 20.000 penyalahguna narkoba di Kabupaten Banyumas.
"Ini merupakan data yang sangat besar. Oleh karena itu, kami bersinergi dengan teman-teman BNN (Badan Narkotika Nasional), TNI/Polri, LSM, dan siapa pun yang bisa bekerja sama dengan kami untuk menyiapkan skenario konvergensi atau kerja sama semua pihak, baik dari sektor swasta, pemerintah, dan semuanya untuk terlibat langsung mengatasi persoalan ini, utamanya di sektor pencegahan," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengaku telah meminta kepada BNN Kabupaten Banyumas untuk bersama-sama melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah, desa-desa, dan sebagainya.
Bahkan, dia tidak menyangka jika saat ini terdapat obat-obatan yang dijual bebas maupun barang-barang lainnya yang dapat dijadikan sebagai narkoba.
Dalam hal ini, dia menyebutkan salah satu merek obat batuk yang dapat menimbulkan efek seperti narkoba jika dikonsumsi secara berlebihan.
Selain itu, kata dia, spidol ukuran besar maupun lem karet jika dihirup secara berlebihan pun dapat menimbulkan efek seperti menggunakan narkoba.
Menurut dia, semua itu harus disosialisasikan kepada masyarakat agar paham, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan terhadap obat-obatan maupun barang-barang tersebut.
"Saya titip kepada masyarakat Kabupaten Banyumas, kalau ada anak-anak yang suka menyendiri, menutup diri di kamar, kalau ditanya tidak nyambung, dan sebagainya, itu perlu menjadi perhatian kita semua karena hal itu bisa disebabkan narkoba dan juga bisa karena bullying (perundungan)," kata Pj. Bupati.
Sementara itu, Kepala BNN Kabupaten Banyumas Widdy Harsono mengatakan rangkaian peringatan Hari Anti-Narkotika Internasional di Banyumas terdiri atas kegiatan pra-HANI, kegiatan HANI, dan kegiatan pasca-HANI.
Dalam kegiatan pra-HANI, kata dia, pihaknya melakukan sosialisasi ke desa-desa atas perintah Pj. Bupati Banyumas karena kabupaten tersebut menempati peringkat ketiga dalam penyalahgunaan narkoba di Jawa Tengah.
Selain sosialisasi, lanjut dia, pihaknya juga menggelar pertandingan futsal antarpersantren yang diikuti 16 pondok pesantren se-Kabupaten Banyumas.
"Sekarang merupakan puncak peringatan HANI yang dibarengi dengan kegiatan donor darah. Kemudian pasca-HANI, kami juga akan melakukan lagi," katanya.
Ia mengatakan jika masyarakat Banyumas mengetahui adanya penyalahgunaan narkoba sebenarnya tidak perlu takut untuk melaporkannya ke BNN Kabupaten Banyumas karena identitas pelapor akan dijaga kerahasiaannya.
Bahkan, kata dia, identitas penyalahguna narkoba yang hendak direhabilitasi pun akan dijaga kerahasiaannya.
Terkait dengan delapan kelurahan/desa di Banyumas yang masuk rawan narkoba, dia mengatakan hal itu sebagian besar berada di wilayah perkotaan Purwokerto dengan penyalahguna berada pada rentang usia 15-64 tahun.
Berdasarkan pengamatan, lanjut dia, banyak pelajar di Banyumas yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang karena mudah didapat, harganya murah, dan awalnya coba-coba atau diajak teman.
Ia mengakui ada beberapa sekolah yang membawa peserta didiknya ke Klinik Pratama Adiksia Medika BNN Kabupaten Banyumas untuk dilakukan asesmen dan konseling.
"Sampai bulan ini, ada belasan pelajar yang menjalani konseling di tempat kami. Makanya kami terus melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah," kata Widdy.