Purwokerto (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan-KP) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengimbau petani agar mengendalikan hama wereng batang cokelat yang menyerang tanaman padi dengan cara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM).
"Pengendalian hama wereng batang cokelat dengan cara menyemprotkan pestisida adalah yang terakhir, istilah kami adalah pemadam kebakaran, maka nanti akan kami lakukan secara TSM," kata Kepala Dinpertan-KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Dalam pengendalian hama wereng secara TSM, kata dia, pihaknya akan menyemprotkan cendawan Beauveria bassiana (cendawan entomopatogen yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga, red.) untuk menjadi patogen bagi wereng, walang sangit, dan sebagainya.
Dengan demikian, kata dia, hama wereng bisa dikendalikan secara alami atau tidak harus menggunakan obat pembasmi organisme pengganggu tanaman. "Karena obat itu sebetulnya ya racun, kalau berlebihan bisa berdampak buruk bagi lingkungan. Jadi kita akan kendalikan secara TSM, terpadu, dengan penanaman tanaman yang disukai hama, contohnya bunga-bunga," katanya.
Menurut dia, beberapa bunga yang dapat dijadikan sebagai tanaman refugia (penyedia tempat perlindungan, sumber pakan atau sumber daya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid, red.) di antaranya bunga matahari, kenikir, dan tanaman bunga kertas.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah menyampaikan rencana pengendalian hama wereng secara TSM tersebut kepada Penjabat Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro.
"Bahkan, kami sudah sepakat dengan Bank Indonesia untuk mengendalikan hama wereng secara terstruktur, sistematis, dan masif. Apalagi Bank Indonesia telah memperkenalkan penggunaan drone pertanian kepada petani di Banyumas untuk pengendalian hama wereng," katanya.
Saat pengendalian hama wereng menggunakan drone pertanian di area persawahan Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Jumat (3/5), Jaka mengakui penggunaan drone pertanian cukup efektif dan efisien jika dibandingkan dengan cara manual menggunakan hand sprayer.
Menurut dia, hal itu disebabkan penyemprotan pestisida alami dengan menggunakan drone pertanian lebih cepat karena bisa mencapai 1 hektare sekali terbang dalam waktu kurang lebih 20 menit.
"Efektif karena bisa menjangkau banyak area, efisien karena kalau dilakukan secara manual membutuhkan biaya Rp900 ribu per hektare, jika pakai drone pertanian cukup Rp450 ribu per hektare," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pengendalian OPT menggunakan drone pertanian ke depan bersifat wajib karena keterbatasan petani berusia muda dan alat tersebut efektif serta efisien.
Baca juga: Pj Bupati Banyumas akui drone pertanian efektif kendalikan serangan OPT
Berita Terkait
Pemkot Pekalongan uji cobakan bendung gerak untuk pengendalian banjir
Senin, 25 November 2024 22:19 Wib
Mengendalikan inflasi dengan cabai kering dan pasta bawang
Senin, 25 November 2024 13:47 Wib
Kota Semarang raih penghargaan pengendali inflasi terbaik
Senin, 4 November 2024 20:09 Wib
Pemprov Jateng beri penghargaan 12 daerah sukses kendalikan inflasi
Minggu, 3 November 2024 6:11 Wib
Kemenag Jateng serius garap SisdalakP5RA dengan FGD
Jumat, 11 Oktober 2024 10:41 Wib
Ekonom Unsoed sebut deflasi perlu dikendalikan
Kamis, 10 Oktober 2024 14:31 Wib
Inflasi Jateng terendah, Dadang: Banyak yang harus dilakukan Kota Tegal
Jumat, 27 September 2024 10:04 Wib
Pemkab Purbalingga distribusikan bantuan pangan guna atasi stunting
Selasa, 27 Agustus 2024 15:34 Wib