DPRD Semarang kawal peninggian Jembatan Nogososro atasi banjir
Semarang (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Jawa Tengah mengawal peninggian Jembatan Nogososro di kawasan Tlogosari sebagai salah satu upaya menanggulangi banjir di wilayah tersebut.
"Jembatan ini sangat penting. Meski baru sementara, tapi ini mengurai banjir di Tlogosari dan sekitarnya," kata Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang Nunung Sriyanto di Semarang, Kamis.
Menurut dia, peninggian Jembatan Nogososro merupakan langkah tepat, sebab bangunan jembatan lama selama ini rendah sehingga membuat aliran air menjadi terhambat dan mengakibatkan banjir.
Jika jembatan tidak dibongkar, kata dia, akan terus menjadi penyebab banjir di wilayah tersebut, apalagi sedimentasi di bawah jembatan cukup tinggi sehingga air meluap ke permukiman sekitar.
Oleh karena itu, Komisi C DPRD Kota Semarang akan terus mengawal peninggian Jembatan Nogososro agar selesai tepat waktu dan bisa mengurangi dampak banjir yang selama ini terjadi.
Dia mengakui pembongkaran dan pembangunan jembatan memang membutuhkan waktu cukup lama sehingga masyarakat juga diharapkan bersabar menanti jembatan tersebut yang diperkirakan rampung akhir tahun.
Pemerintah Kota Semarang mulai membongkar Jembatan Nogososro di kawasan Perumahan Tlogosari Semarang, Rabu (3/1), sebagai salah satu upaya penanganan banjir yang terjadi di wilayah tersebut.
Selama ini, Jembatan Nogososro menjadi akses alternatif bagi masyarakat di wilayah Semarang Timur, Genuk, dan Pedurungan menuju ke pusat kota melewati Perumahan Tlogosari Semarang.
Pembongkaran dilakukan di sebagian jembatan sehingga tinggal menyisakan satu lajur yang harus dilewati secara bergantian oleh pengguna jalan dari dua arah, baik dari arah Tlogosari maupun Bugen.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Tlogosari Kulon Adi Pratondo mengatakan usulan peninggian jembatan sudah dilakukan sejak 2020 dengan bersurat ke wali kota dan DPRD.
"Kami sudah mengusulkan sejak 2020. Sejak itu ada 'refocusing' (anggaran, red.), sampai 2024 baru bisa direalisasi," katanya.
Ia menyatakan bersyukur karena akhirnya peninggian jembatan terealisasi.
Ia mengatakan selama ini volume luapan air dari saluran tersebut cukup tinggi sehingga ketika hujan deras airnya meluap menjadi banjir di kawasan Tlogosari dan Muktiharjo.
"Kalau datang hujan sejam saja sudah melimpas, kemarin di RW12, RW15, RW19, dan RW20. Ini dampak dari limpasan air Kali Tenggang, limpasan ini sampai di Muktiharjo Kìdul," katanya.
Baca juga: Pemprov - DPRD Jateng pastikan pembahasan raperda tetap berjalan
"Jembatan ini sangat penting. Meski baru sementara, tapi ini mengurai banjir di Tlogosari dan sekitarnya," kata Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang Nunung Sriyanto di Semarang, Kamis.
Menurut dia, peninggian Jembatan Nogososro merupakan langkah tepat, sebab bangunan jembatan lama selama ini rendah sehingga membuat aliran air menjadi terhambat dan mengakibatkan banjir.
Jika jembatan tidak dibongkar, kata dia, akan terus menjadi penyebab banjir di wilayah tersebut, apalagi sedimentasi di bawah jembatan cukup tinggi sehingga air meluap ke permukiman sekitar.
Oleh karena itu, Komisi C DPRD Kota Semarang akan terus mengawal peninggian Jembatan Nogososro agar selesai tepat waktu dan bisa mengurangi dampak banjir yang selama ini terjadi.
Dia mengakui pembongkaran dan pembangunan jembatan memang membutuhkan waktu cukup lama sehingga masyarakat juga diharapkan bersabar menanti jembatan tersebut yang diperkirakan rampung akhir tahun.
Pemerintah Kota Semarang mulai membongkar Jembatan Nogososro di kawasan Perumahan Tlogosari Semarang, Rabu (3/1), sebagai salah satu upaya penanganan banjir yang terjadi di wilayah tersebut.
Selama ini, Jembatan Nogososro menjadi akses alternatif bagi masyarakat di wilayah Semarang Timur, Genuk, dan Pedurungan menuju ke pusat kota melewati Perumahan Tlogosari Semarang.
Pembongkaran dilakukan di sebagian jembatan sehingga tinggal menyisakan satu lajur yang harus dilewati secara bergantian oleh pengguna jalan dari dua arah, baik dari arah Tlogosari maupun Bugen.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Tlogosari Kulon Adi Pratondo mengatakan usulan peninggian jembatan sudah dilakukan sejak 2020 dengan bersurat ke wali kota dan DPRD.
"Kami sudah mengusulkan sejak 2020. Sejak itu ada 'refocusing' (anggaran, red.), sampai 2024 baru bisa direalisasi," katanya.
Ia menyatakan bersyukur karena akhirnya peninggian jembatan terealisasi.
Ia mengatakan selama ini volume luapan air dari saluran tersebut cukup tinggi sehingga ketika hujan deras airnya meluap menjadi banjir di kawasan Tlogosari dan Muktiharjo.
"Kalau datang hujan sejam saja sudah melimpas, kemarin di RW12, RW15, RW19, dan RW20. Ini dampak dari limpasan air Kali Tenggang, limpasan ini sampai di Muktiharjo Kìdul," katanya.
Baca juga: Pemprov - DPRD Jateng pastikan pembahasan raperda tetap berjalan