Naik kelas
Pergelaran QRIS Jazz Gunung Slamet yang diselenggarakan oleh KPw BI Purwokerto itu bukan semata-mata untuk menyuguhkan hiburan musik, tapi juga sebagai ajang untuk meningkatkan akseptasi digital masyarakat Banyumas melalui penggunaan metode transaksi nontunai QRIS serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebijakan Bl dalam ekonomi dan keuangan syariah.
Bagi KPw BI Purwokerto, pergelaran QRIS Jazz Gunung Slamet merupakan bagian dari kegiatan Baturraden Creative Festival (BCF) yang diselenggarakan pada 14-15 Oktober, sehingga pada hari kedua, Minggu (15/10), diisi dengan Pengajian Akbar dan Festival Marawis.
Dalam hal ini, penyelenggaraan QRIS Jazz Gunung Slamet terinspirasi oleh pergelaran Dieng Culture Festival (DCF) yang setiap tahun digelar di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, yang salah satu acaranya berupa QRIS Jazz di Atas Awan.
Pergelaran DCF yang memadukan seni dan budaya itu mampu menyedot ribuan wisatawan untuk datang berkunjung ke Dieng setiap kali agenda wisata yang telah masuk Kharisma Event Nusantara tersebut digelar.
Oleh karena itu, KPw BI Purwokerto menggandeng Jazz Gunung untuk mengadakan kegiatan seni budaya di Banyumas yang dapat menarik minat wisatawan serta bisa memberikan efek bola salju (snowball) terhadap perkembangan ekonomi kreatif, akomodasi, dan sebagainya.
KPw BI Purwokerto mencoba membangun mimpi dengan sinergi untuk memberdayakan ekonomi, sehingga hasilnya bisa menjadi legacy, sekaligus mengangkat agar Banyumas dan Baturraden-nya ini "naik kelas".
Selain bekerja sama dengan Jazz Gunung, KPw BI Purwokerto juga melibatkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Kemutug Lor sebagai upaya pemberdayaan masyarakat serta transfer ilmu dan pengalaman dari Tim Jazz Gunung yang dinilai sudah ahli dalam penyelenggara kegiatan berskala besar.
Jazz Gunung Series mencatat pelibatan Pokdarwis Desa Kemutug Lor dalam penyelenggaraan Jazz Gunung Slamet sama seperti saat Jazz Gunung menyelenggarakan pergelaran musik jaz di Gunung Slamet.
Dalam hal ini, mengajarkan kepada komunitas lokal di Bromo (Jawa Timur) tentang penyelenggaraan kegiatan Jazz Gunung Bromo dan baru bisa didelegasikan kepada mereka setelah tujuh tahun.
Banyumas memiliki potensi yang luar biasa, sehingga mendorong agar akselerasinya lebih cepat dalam mewujudkan Banyumas menjadi tujuan wisata yang tidak kalah dari daerah lain.
Demikian pula dengan salah seorang penggagas Jazz Gunung, Sigit Pramono yang mengatakan bahwa penyelenggaraan pergelaran Jazz Gunung Bromo yang pertama kali digelar 14 tahun silam bukan semata-mata untuk mengembangkan musik tersebut.
Pergelaran tersebut juga ditujukan untuk membangun dan mengembangkan objek wisata serta mengangkat ekonomi kreatif secara umum> Pengelola pergelaran ini bisa berkolaborasi dengan Bank Indonesia dalam penyelenggaraan QRIS Jazz Gunung Slamet guna mengangkat ekonomi kreatif seantero Banyumas.