Sekolah di Kota Semarang diminta ajarkan pertanian perkotaan
Semarang (ANTARA) - Pelaksana Tugas Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu berupaya mewujudkan ketahanan pangan dengan menggerakkan pertanian perkotaan (urban farming), salah satunya dengan memasukkan materi itu dalam kurikulum sekolah.
"Kegiatan pertanian dapat menjadi sarana pendidikan karakter seperti melatih kesabaran, rasa ingin tahu, 'team work', dan menjauhkan anak dari main HP (ponsel, red.)," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan dia usai melakukan penebaran benih ikan nila dan penanaman bibit sayur mayur, serta panen ikan lele dan sayuran hidroponik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Semarang.
Dalam pertanian, kata dia, semua membutuhkan waktu, proses, dan kesabaran sampai dapat dipanen sehingga karakter semacam itulah yang akan ditumbuhkan dan dilatih kepada anak-anak, bukan yang serba instan.
Baca juga: Berdayakan ekonomi kreatif, PII lanjutkan "urban farming" bagi warga Semarang
Berawal dari anak-anak, Ita berharap, kegiatan bertanam juga akan menular pada orang tua dan lingkungan sekitar sehingga akan membantu mencukupi pangan dan membantu perekonomian keluarga.
Ia meminta Dinas Pendidikan Kota Semarang untuk memasukkan pendidikan pertanian perkotaan dalam Kurikulum Merdeka Belajar sehingga siswa sekolah bisa mengerti tentang pertanian.
Ia berharap, pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya dipenuhi dengan teori, melainkan diisi praktik-praktik yang bisa diimplementasikan di rumah sehingga lebih menyenangkan.
Pemkot Semarang melalui Dinas Pertanian juga akan menambahkan anggaran untuk dukungan bibit maupun pelatihan pembibitan yang diharapkan turut mencegah krisis pangan yang diproyeksikan terjadi di tahun ini.
Tak hanya dinikmati untuk keluarga, hasil pertanian perkotaan, mulai dari sayuran, beternak ikan dan sejenisnya akan mengurangi pengeluaran keluarga. Bahkan, bisa menjadi penghasilan tambahan.
"Presiden sudah mewanti-wanti untuk masalah pangan yang berpotensi terjadinya inflasi serta krisis pangan. Alhamdulillah dengan bertanam, kita tidak akan panik kalau ada harga cabai atau tomat melambung. Tinggal petik di pekarangan saja bisa dimasak," pungkasnya.
Baca juga: 118 KK di Kota Semarang dapat pelatihan urban farming
Baca juga: "Innovative urban farming", terobosan ketahanan pangan dunia
"Kegiatan pertanian dapat menjadi sarana pendidikan karakter seperti melatih kesabaran, rasa ingin tahu, 'team work', dan menjauhkan anak dari main HP (ponsel, red.)," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan dia usai melakukan penebaran benih ikan nila dan penanaman bibit sayur mayur, serta panen ikan lele dan sayuran hidroponik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Semarang.
Dalam pertanian, kata dia, semua membutuhkan waktu, proses, dan kesabaran sampai dapat dipanen sehingga karakter semacam itulah yang akan ditumbuhkan dan dilatih kepada anak-anak, bukan yang serba instan.
Baca juga: Berdayakan ekonomi kreatif, PII lanjutkan "urban farming" bagi warga Semarang
Berawal dari anak-anak, Ita berharap, kegiatan bertanam juga akan menular pada orang tua dan lingkungan sekitar sehingga akan membantu mencukupi pangan dan membantu perekonomian keluarga.
Ia meminta Dinas Pendidikan Kota Semarang untuk memasukkan pendidikan pertanian perkotaan dalam Kurikulum Merdeka Belajar sehingga siswa sekolah bisa mengerti tentang pertanian.
Ia berharap, pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya dipenuhi dengan teori, melainkan diisi praktik-praktik yang bisa diimplementasikan di rumah sehingga lebih menyenangkan.
Pemkot Semarang melalui Dinas Pertanian juga akan menambahkan anggaran untuk dukungan bibit maupun pelatihan pembibitan yang diharapkan turut mencegah krisis pangan yang diproyeksikan terjadi di tahun ini.
Tak hanya dinikmati untuk keluarga, hasil pertanian perkotaan, mulai dari sayuran, beternak ikan dan sejenisnya akan mengurangi pengeluaran keluarga. Bahkan, bisa menjadi penghasilan tambahan.
"Presiden sudah mewanti-wanti untuk masalah pangan yang berpotensi terjadinya inflasi serta krisis pangan. Alhamdulillah dengan bertanam, kita tidak akan panik kalau ada harga cabai atau tomat melambung. Tinggal petik di pekarangan saja bisa dimasak," pungkasnya.
Baca juga: 118 KK di Kota Semarang dapat pelatihan urban farming
Baca juga: "Innovative urban farming", terobosan ketahanan pangan dunia