Semarang (ANTARA) -
Seorang mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Satya Wacana, Kota Salatiga, bernama Ignasius Christanto menciptakan aplikasi yang dapat meningkatkan popularitas akun berbagai media sosial.
"Aplikasi yang diberi nama TokoInfluencer ini saya kembangkan bersama tim sejak pandemi melanda dan total penjualan sudah mencapai sekitar 500 ribu kali," kata Christanto saat ditemui di kantornya di kawasan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, Senin (16/8).
Menurut dia, TokoInfluencer bisa diaplikasikan di semua platform media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, Soundcloud, Spotify, Telegram, dan aneka marketplace seperti Shoopee, Bukalapak, dan Tokopedia.
Ia menyebut akun media sosial saat ini menjadi identitas melekat dengan seseorang, merek atau lembaga yang eksistensinya ditentukan dari banyaknya pengikut (follower) akun.
Apalagi pada masa pandemi COVID-19, intensitas penggunaan media sosial juga meningkat seiring imbauan pemerintah untuk memperbanyak aktivitas di rumah, baik untuk aktivitas pribadi, kegiatan sosial politik, kebudayaan hingga jual-beli memanfaatkan media sosial.
Menurut dia, TokoInfluencer berbeda dengan jual beli akun karena aplikasi ini memberi layanan untuk mendongkrak popularitas dan sebaran akun.
"Biaya jasa di TokoInfluencer mulai Rp5.000 hingga Rp100.000, jadi ada paketan program sesuai media sosial yang dipilih dan pilihan tergantung konsumen, mau mendapat layanan seperti apa dan targetnya bagaimana," ujarnya.
Klien TokoInfluencer adalah penjual daring dan pribadi yang membutuhkan eksistensi.
"Kalau penjual 'online' itu memang butuh popularitas agar produknya dikenal dengan tujuan meningkatkan transaksi, sedangkan kalau orang pribadi ya yang punya tujuan agar terkenal," katanya.
Layanan TokoInfluencer diminati karena harga murah, pelayanan cepat, serta sistem afiliasi untuk promosi akun.
Selain itu, TokoInfluencer juga menghindari perang harga antarpenjual sehingga ada penyeragaman.
"Kalau 'reseller' nakal dan berbuat tidak sesuai koridor maka lisensinya dicabut," ujarnya.
Dirinya optimistis jasa dongkrak popularitas akun medsos ini akan bertahan karena media sosial sudah menjadi kebutuhan dari manusia era modern.
"Sekarang zaman media sosial, jadi kami optimis jasa ini akan bertahan, apalagi sekarang tidak ada kuliah di kampus, jadi saya manfaatkan untuk mencari penghasilan dengan membuat aplikasi ini," katanya.
Peluncuran dilakukan 16 Agustus 2021 saat malam tirakat Kemerdekaan Republik Indonesia untuk menggugah jiwa nasionalisme dan bangga produk buatan dalam negeri.
Christanto mengatakan anak muda Indonesia memiliki kemampuan dan daya saing dalam segala bidang.