Pemkab siap fasilitasi budidaya tanam bawang merah
Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, siap memfasilitasi para petani padi yang berkeinginan beralih budidaya tanam bawang merah karena kondisi tanah di daerah setempat cocok untuk ditanami komoditas jenis sayuran itu.
Bupati Batang Wihaji usai kegiatan panen raya bawang merah di Batang, Jumat, mengatakan bahwa rata-rata produksi tanaman bawang bisa mencapai 27 ton per hektare atau lebih besar dibanding daerah lain sebesar 20 ton/hektare.
"Oleh karena, kami menilai tanah disini lebih produksi daripada kebiasaan (daerah lain). Akan tetapi, para petani itu akan alamiah saja artinya apabila hal itu menguntungkan maka mereka akan ikut (menanam bawang merah) dan sebaliknya," katanya.
Ia mengatakan secara rasional saat ini ketersediaan produksi padi di daerah sudah cukup melimpah sehingga apabila ada petani yang ingin beralih menanam bawang merah maka pemkab akan memberikan "suport".
"Tugas pemkab adalah melayani yang menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena, jika petani (beralih menanam bawang merah maka akan kami layani," katanya.
Wihaji mengatakan kebutuhan utama petani adalah kepastian pembiayaan, kepastian harga, dan kepastian pembeli sehingga apabila tiga hal tersebut tercapai maka jenis pertanian apapun, khususnya bawang merah maka akan tumbuh alami.
"Hanya saja, kami berpesan pada petani agar berpikir 'out of the box' dengan mencoba memanen di masa 'off season' karena jika panen raya maka harga bawang merah cenderung turun," katanya.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang Heru Yuwono mengatakan pemkab mulai mengalihfungsikan sawah terdampak tol menjadi klaster bawang merah di Desa Banjiran, Kecamatan Warungasem seluas 6 hektare.
Lahan seluas 6 hektare itu, kata dia, sudah menjadi demplot (lahan percontohan) pengembangan bawang merah dengan menggandeng "off taker" (penyedia bibit dan pembeli) dari PT Mitra Pillar Brebes.
"Pengembangan bawang merah ini merupakan jawaban keluhan petani yang lahan irigasi berkurang karena dampak tol. Dampak ketersediaan air yang sedikit maka tidak bisa ditanami padi," katanya.
Bupati Batang Wihaji usai kegiatan panen raya bawang merah di Batang, Jumat, mengatakan bahwa rata-rata produksi tanaman bawang bisa mencapai 27 ton per hektare atau lebih besar dibanding daerah lain sebesar 20 ton/hektare.
"Oleh karena, kami menilai tanah disini lebih produksi daripada kebiasaan (daerah lain). Akan tetapi, para petani itu akan alamiah saja artinya apabila hal itu menguntungkan maka mereka akan ikut (menanam bawang merah) dan sebaliknya," katanya.
Ia mengatakan secara rasional saat ini ketersediaan produksi padi di daerah sudah cukup melimpah sehingga apabila ada petani yang ingin beralih menanam bawang merah maka pemkab akan memberikan "suport".
"Tugas pemkab adalah melayani yang menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena, jika petani (beralih menanam bawang merah maka akan kami layani," katanya.
Wihaji mengatakan kebutuhan utama petani adalah kepastian pembiayaan, kepastian harga, dan kepastian pembeli sehingga apabila tiga hal tersebut tercapai maka jenis pertanian apapun, khususnya bawang merah maka akan tumbuh alami.
"Hanya saja, kami berpesan pada petani agar berpikir 'out of the box' dengan mencoba memanen di masa 'off season' karena jika panen raya maka harga bawang merah cenderung turun," katanya.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang Heru Yuwono mengatakan pemkab mulai mengalihfungsikan sawah terdampak tol menjadi klaster bawang merah di Desa Banjiran, Kecamatan Warungasem seluas 6 hektare.
Lahan seluas 6 hektare itu, kata dia, sudah menjadi demplot (lahan percontohan) pengembangan bawang merah dengan menggandeng "off taker" (penyedia bibit dan pembeli) dari PT Mitra Pillar Brebes.
"Pengembangan bawang merah ini merupakan jawaban keluhan petani yang lahan irigasi berkurang karena dampak tol. Dampak ketersediaan air yang sedikit maka tidak bisa ditanami padi," katanya.