Semarang (ANTARA) - Pakar keamanan siber dari CISSReC Doktor Pratama Persadha menyatakan Indonesia sudah waktunya mandiri di bidang teknologi informasi dengan memenuhi kebutuhan infrastruktur siber di dalam negeri, penguatan sumber daya manusia, dan memprioritaskan riset teknologi.
"Dengan kemandirian di bidang teknologi informasi, akan membuat kedaulatan siber negara kita makin kuat," kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC Pratama Persadha kepada ANTARA di Semarang melalui WA-nya, Senin sore.
Karena itu, Pratama Persadha menegaskan kembali bahwa infrastruktur internet jangan mengekor ke asing. Dalam hal ini, Pemerintah secara perlahan mendorong platform digital lokal berkembang.
Menyinggung soal pengelolaan data, Pratama yang juga dosen pascasarjana pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) mengatakan bahwa pengelolaan data ini menyangkut uang yang relatif sangat besar.
"Bisa kita lihat saat kementerian kita harus membeli data yang mahal dari para pemilik platform, kebetulan sebagian besar dari luar negeri. Padahal, keamanan data ini berimbas pada keamanan pertahanan nasional kita," kata Pratama.
Ditambah lagi, katanya lagi, pengelolaan data ini dimensinya bisnis dan pertahanan, apalagi data ini merupakan bisnis paling menggiurkan saat ini sehingga tidak mengherankan terjadi ketegangan global akibat keberhasilan Huawei menjadi yang terdepan dalam bisnis infrastruktur 5G.
"Amerika Serikat dan sekutunya tidak ingin lalu lintas data melewati infrastruktur Huawei karena merugikan mereka, baik dari sisi bisnis maupun keamanan," katanya.
Dengan demikian, kata Pratama, industri keamanan siber juga menjadi hal yang patut didorong oleh Pemerintah, menyusul sepanjang kuartal pertama 2020 terjadi serangan siber ke Tanah Air begitu besar.
Diingatkan pula bahwa industri keamanan siber ini mencakup semua, mulai dari infrastruktur, SDM, sampai teknologinya.
Pratama mengemukakan hal itu ketika merespons pidato Presiden RI Joko Widodo pada Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2021 beserta Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat (14/8).
Presiden Jokowi menyebutkan anggaran pembangunan teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology/ICT) pada tahun 2021 sebesar Rp30,5 triliun.
Presiden juga menjelaskan bahwa anggaran tersebut termasuk melalui transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang difokuskan pada akselerasi transformasi digital untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Selain itu, kata Presiden, mewujudkan pelayanan publik yang efisien dan cepat, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan; mengonsolidasi dan mengoptimasi infrastruktur dan layanan bersama.
Anggaran itu juga untuk mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas pembangunan dan mendorong kesetaraan, dengan tambahan akses internet pada sekitar 4.000 desa dan kelurahan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Berita Terkait
PLN dukung pemerintah capai 75 persen energi terbarukan hingga 2040
Rabu, 13 November 2024 15:23 Wib
Kalbe Nutritionals hadirkan nutrisi terbaik
Selasa, 12 November 2024 16:14 Wib
Dosen UNS riset teknologi pengisian baterai untuk motor listrik
Rabu, 30 Oktober 2024 15:23 Wib
Hakim Agung: Teknologi informasi dukung proses peradilan
Jumat, 25 Oktober 2024 8:37 Wib
Perhumasri ajak humas melek digital bikin konten edukatif
Minggu, 20 Oktober 2024 7:46 Wib
Pengenalan teknologi blockchain masuk ke ranah akademisi
Rabu, 9 Oktober 2024 19:19 Wib
Semen Gresik raih penghargaan INDI 4.0 dari Kemenperin
Rabu, 2 Oktober 2024 19:06 Wib
Unnes dinilai sukses jadi tuan rumah Gemastik XVII
Kamis, 26 September 2024 8:22 Wib