Semarang (ANTARA) -
"Keberadaan Puskesmas bisa menjadi sangat penting dalam hal pengoptimalan tes COVID-19, salah satu alasannya adalah keberadaan Puskesmas yang tersebar sampai ke wilayah terkecil. Untuk menjadikan basis maka diperlukan penguatan sumber daya manusia di Puskesmas," katanya usai Rapat Koordinasi Penanggulangan Covid-19 di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang, Senin.
Menurut Ganjar, hal itu dilakukan mengingat ada beberapa daerah di Jateng yang testing COVID-19-nya masih rendah dan belum optimal.
"Masih fluktuatif, tertinggi 3.700-an karena belum optimal maka kemarin saya minta untuk cari alat dan reagen yang kompatibel, termasuk kita minta Puskesmas dijadikan basis untuk melakukan 'surveilance' sehingga bisa membantu dan distribusi setiap kabupaten/kota agar bisa dioptimalkan," ujarnya.
Menurut Ganjar, belum optimalnya distribusi tes COVID-19 di setiap kabupaten/kota itu disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari beberapa reagen yang diberikan ternyata tidak kompatibel dengan alatnya.
Terkait dengan hal ini, Ganjar sudah meminta Dinas Kesehatan dan Satgas COVID-19 untuk mencari alat yang kompatibel secepatnya.
"Ada banyak, yang alat habis pakai bermasalah. Kemarin ada bantuan ternyata tidak kompatibel, sekarang mesti 'fitting' sehingga ada bantuan peralatan habis pakai itu kira-kira ini pas tidak dengan mesinnya, maka saya minta untuk identifikasi agar tidak terjadi 'false'. Kalau terjadi 'false' negatif bahaya, kalau 'false' positif orangnya kaget," katanya.
Baca juga: Satu tenaga medis positif COVID-19, Dinkes: Puskesmas Andong Boyolali ditutup
Baca juga: 17 tenaga medis reaktif COVID, Dinkes: Dua Puskesmas di Batang ditutup
Pengoptimalan, lanjut Ganjar, menjadi penting sehingga target 4.991 tes per hari dapat terdistribusi dengan baik dan juga bisa diketahui capaian masing-masing kabupaten/kota per harinya.
"In syaa Allah dalam satu dua hari ini teman-teman akan segera bekerja untuk mencari itu," ujarnya
Sementara itu, untuk daerah yang belum optimal dalam distribusi testing dan "tracing" adalah Kabupaten Brebes.
"Ada, kemarin saya lihat Brebes. Brebes paling rendah, makanya Brebes akan kita dampingi, akan kita bantu. Apa persoalannya agar nanti kita bisa serius untuk melakukan 'tracing' sehingga kalau kita lihat Brebes itu kan penduduknya banyak. Maksud saya kalau penduduknya banyak (lakukan) seperti Kota Semarang yang paling agresif dan sudah terlampaui banyak sekali, itu jauh lebih baik," katanya.