Boyolali (ANTARA) - Perdagangan hewan kurban terutama sapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menjelang Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah mulai terjadi peningkatan, meski bersamaan pemerintah dalam penanganan pencegahan penyebaran Covid-19.
Berdasarkan pantauan di Pasar Hewan Sunggingan Boyolali, Kamis, terjadi peningkatan pasokan ternak sapi di Pasar Sunggingan Boyolali yang mencapai sekitar 200 ekor per hari.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknik Pasar Hewan Sunggingan Boyolali Suroso, pasokan hewan sapi di Pasar Hewan Sunggingan Boyolali pada hari pasaran rata-rata mencapai 900 hingga 1.000 ekor per hari atau naik dibanding pekan sebelumnya hanya sekitar 700 hingga 800 ekor per hari.
Baca juga: Hewan kurban di Jateng wajib miliki SKKH
"Kami melihat perdagangan hewan ternak untuk kurban khususnya sapi dan kambing mulai bergairah mendekati Idul Adha tahun ini," kata Suroso.
Suroso mengatakan pedagang hewan ternak di Pasar Sunggingan, mereka datang dari berbagai daerah di Boyolali. Bahkan, sejumlah pedagang juga datang dari luar daerah seperti Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Sragen, dan Klaten. Mereka baik yang mencari hewan ternak kurban maupun yang ingin menjual ternaknya untuk kurban.
Menurut dia, harga sapi untuk kurban juga mengalami kenaikan meski belum begitu dirasakan oleh para pembeli. Harga sapi usia dua tahun layak kurban dijual mencapai Rp16,8 juta per ekor, sedangkan harga sebelumnya di tengah pandemi Covid-19 ini, sekitar Rp11 juta hingga Rp12 juta per ekor.
Selain itu, kata dia, untuk kambing di Pasar Sunggingan pasokan rata-rata mencapai 300 ekor per hari dan harga masih stabil di Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per ekor.
Tumar (51) salah satu pedagang hewan kurban asal Boyolali menjelaskan harga ternak sapi untuk kurban rata-rata Rp48.000 per kilogram berat hidup. Sehingga untuk sapi dengan berat per ekor rata-rata 350 kg hingga 450 kg, maka harga berkisar Rp16,8 juta hingga Rp21,6 juta per ekor.
Menurut dia, kondisi pasar untuk hewan kurban terutama sapi akan terus mengalami peningkatan jika dua hingga tiga hari mendekati Idul Adha. Perdagangan hewan ternak memang sempat menurun dratis selama pandemi COVID-19.
"Pada masa pendemi Covid-19, para peternak sapi tidak ada yang menjual hewan ternaknya, karena harga di pasar sedang terpuruk atau murah," kata Tumar.
Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Disnakan Kabupaten Boyolali dokter hewan Aviany Rifdania saat dikonfirmasi membenarkan peningkatan perdagangan ternak kurban di Boyolali yang merupakan salah satu daerah sentral produksi daging sapi di Jateng.
Dia mengatakan selain Disnakan Boyolali ada lima Puskeswan lainnya yang melakukan pemeriksaan kesehatan hewan untuk persiapan kurban dan konsumsi daging setiap hari. Pihaknya tinggal membuat rekapnya untuk di wilayah pedesaan.
Menurut dia, pemeriksaan hewan ternak memang berbeda dengan saat sebelum pandemi COVID-19. Sejak ada kebijakan surat edaran (SE) dari Kementerian Pertanian No.008/2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Kurban dalam situasi bencana non alam pandemi COVID-19.
"Pada SE Kementan itu, sudah ada aturan bagaimana cara memilih hewan yang sehat dan transaksi, itu semua sudah diatur sesuai protokol kesehatan Covid-19," katanya.
Baca juga: Antisipasi COVID-19, masyarakat diimbau beli hewan kurban secara daring
Baca juga: Pemkot Pekalongan siapkan SE pemotongan hewan kurban