Wabup dorong koperasi di Banyumas melakukan ekspor secara langsung
Purwokerto (ANTARA) - Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mendorong koperasi maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk melakukan ekspor secara langsung.
"Koperasi serta UMKM itu termasuk salah satu kegiatan ekonomi yang masih bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 meskipun mulai terkena dampak," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Wabup mengatakan hal itu kepada wartawan usai acara Tasyakuran Hari Ulang Tahun Ke-73 Koperasi Nasional di Aula Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinnakerkop UKM) Kabupaten Banyumas.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mendorong koperasi dan pelaku UMKM untuk berinovasi.
"Misalnya pengrajin gula semut membentuk paguyuban atau koperasi. Kemudian mereka memroduksi gula semut yang betul-betul siap ekspor dan konsisten menjaga mutunya," katanya.
Bahkan jika ekspor tersebut dilakukan secara langsung, kata dia, keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar daripada melalui eksportir
Dia mencontohkan dalam memroduksi gula semut, ada dua biaya produksi, yakni di tingkat pengrajin dan di tingkat eksportir.
Dalam hal ini, gula yang diproduksi oleh pengrajin dan dijual kepada eksportir akan diolah lagi agar gula semut yang dihasilkan memenuhi standar ekspor, sehingga ada dua biaya produksi.
"Kalau di tingkat pengrajin langsung diproduksi dengan standar yang bisa diterima oleh pasar internasional, berarti memangkas satu rangkaian produksi. Kalau menjualnya atas nama koperasi itu lebih mudah ke Eropa," kata Wabup.
Bahkan di Eropa, kata dia, ada semacam program pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) jika koperasinya dikelola oleh penyandang disabilitas, janda-janda tua, dan sebagainya akan diberikan harga beli yang lebih tinggi sekitar 15 persen.
Terkait dengan hal itu, dia mendorong UMKM di Banyumas membentuk koperasi dan melakukan ekspor secara langsung agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Sementara itu, Kepala Dinnakerkop UKM Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan di Banyumas ada lebih dari 1.000 unit koperasi seperti koperasi tani, koperasi usaha, dan koperasi kelompok-kelompok tertentu.
"Sampai sekarang, koperasi-koperasi yang mempunyai kegiatan usaha seperti KUD (Koperasi Unit Desa) masih mampu bertahan (di tengah pandemi COVID-19) karena tidak ada PHK, tidak ada pengurangan tenaga kerja, hanya memang dia mengalami kendala pada distribusi bahan pokoknya saja," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, koperasi dapat bertahan karena bisa menyesuaikan kondisi yang ada dan tidak tergantung dengan barang-barang impor. "Semuanya lokal, tinggal bagaimana dia berkreasi saja," jelasnya.
"Koperasi serta UMKM itu termasuk salah satu kegiatan ekonomi yang masih bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 meskipun mulai terkena dampak," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Wabup mengatakan hal itu kepada wartawan usai acara Tasyakuran Hari Ulang Tahun Ke-73 Koperasi Nasional di Aula Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinnakerkop UKM) Kabupaten Banyumas.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mendorong koperasi dan pelaku UMKM untuk berinovasi.
"Misalnya pengrajin gula semut membentuk paguyuban atau koperasi. Kemudian mereka memroduksi gula semut yang betul-betul siap ekspor dan konsisten menjaga mutunya," katanya.
Bahkan jika ekspor tersebut dilakukan secara langsung, kata dia, keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar daripada melalui eksportir
Dia mencontohkan dalam memroduksi gula semut, ada dua biaya produksi, yakni di tingkat pengrajin dan di tingkat eksportir.
Dalam hal ini, gula yang diproduksi oleh pengrajin dan dijual kepada eksportir akan diolah lagi agar gula semut yang dihasilkan memenuhi standar ekspor, sehingga ada dua biaya produksi.
"Kalau di tingkat pengrajin langsung diproduksi dengan standar yang bisa diterima oleh pasar internasional, berarti memangkas satu rangkaian produksi. Kalau menjualnya atas nama koperasi itu lebih mudah ke Eropa," kata Wabup.
Bahkan di Eropa, kata dia, ada semacam program pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) jika koperasinya dikelola oleh penyandang disabilitas, janda-janda tua, dan sebagainya akan diberikan harga beli yang lebih tinggi sekitar 15 persen.
Terkait dengan hal itu, dia mendorong UMKM di Banyumas membentuk koperasi dan melakukan ekspor secara langsung agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Sementara itu, Kepala Dinnakerkop UKM Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan di Banyumas ada lebih dari 1.000 unit koperasi seperti koperasi tani, koperasi usaha, dan koperasi kelompok-kelompok tertentu.
"Sampai sekarang, koperasi-koperasi yang mempunyai kegiatan usaha seperti KUD (Koperasi Unit Desa) masih mampu bertahan (di tengah pandemi COVID-19) karena tidak ada PHK, tidak ada pengurangan tenaga kerja, hanya memang dia mengalami kendala pada distribusi bahan pokoknya saja," katanya.
Dalam hal ini, kata dia, koperasi dapat bertahan karena bisa menyesuaikan kondisi yang ada dan tidak tergantung dengan barang-barang impor. "Semuanya lokal, tinggal bagaimana dia berkreasi saja," jelasnya.