MUI Kudus: Umat Muslim bisa bersilaturahmi saat Lebaran secara batiniah
Kudus (ANTARA) - Umat Muslim di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diimbau tidak bersilaturahmi secara tatap muka saat Lebaran demi mencegah penyebaran virus corona karena bisa dilakukan secara batiniah untuk saling memaafkan, kata Wakil Ketua MUI Kudus Asyrofi Masitho.
"Meskipun tidak hadir secara fisik, kami optimistis dari sisi batiniah masing-masing umat Muslim bisa saling memaafkan," ujarnya menanggapi momen Lebaran di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) di Kudus, Sabtu.
Para kerabat, kata dia, dipastikan akan menghormatinya karena sama-sama tahu kondisi saat ini.
Baca juga: Waketum MUI Jateng: Bayar zakat dulu baru belanja Lebaran
Baca juga: MUI Jateng ajak masyarakat Shalat Id di rumah
Selain itu, masih ada alat komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk menjalin silaturahmi pada saat Lebaran, meskipun dibatasi oleh kepemilikan nomor kontak untuk bisa menghubunginya.
Menurut dia menjaga kesehatan diri serta menghindari kontak fisik antar sesama lebih baik demi mempercepat proses pemulihan dari wabah corona sehingga ketika sudah aman bisa beraktivitas normal, termasuk bersilaturahmi secara fisik.
Ia juga menghargai beberapa kiai di Kabupaten Kudus yang tidak melakukan "open house" saat Lebaran nanti.
Tradisi Lebaran tidak hanya bersilaturahmi antar sesama umat Muslim, sebagian juga memiliki kebiasaan untuk bersedekah kepada warga yang kurang mampu.
Karena sedang dalam pandemi COVID-19, umat Muslim yang tergolong tidak mampu tentunya sudah dipenuhi kebutuhannya oleh masjid terdekat yang mengumpulkan zakat umat Muslim serta sedekah dari warga kaya.
"Program 'jogo tonggo' yang sedang didengungkan juga bisa dimanfaatkan untuk memantau kondisi warga kurang mampu apakah kebutuhan makan sehari-harinya sudah terpenuhi atau belum," ujarnya.
Terkait dengan pelaksanaan Shalat Idul Fitri, sesuai kesepakatan bersama Pemkab Kudus dan beberapa pihak terkait bahwa masyarakat diimbau menjalankannya di rumah demi mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas.
Kalaupun pengelola masjid ingin menggelar Shalat Id berjemaah, maka protokol kesehatannya harus benar-benar diterapkan, mulai dari memakai masker, jaga jarak saf, dan cuci tangan pakai sabun sebelum masuk masjid, serta dipastikan bahwa jemaah yang hadir juga dalam kondisi sehat dan tidak ada riwayat kontak dengan pasien COVID-19 atau perjalanan dari daerah pandemi corona.
"Meskipun tidak hadir secara fisik, kami optimistis dari sisi batiniah masing-masing umat Muslim bisa saling memaafkan," ujarnya menanggapi momen Lebaran di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) di Kudus, Sabtu.
Para kerabat, kata dia, dipastikan akan menghormatinya karena sama-sama tahu kondisi saat ini.
Baca juga: Waketum MUI Jateng: Bayar zakat dulu baru belanja Lebaran
Baca juga: MUI Jateng ajak masyarakat Shalat Id di rumah
Selain itu, masih ada alat komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk menjalin silaturahmi pada saat Lebaran, meskipun dibatasi oleh kepemilikan nomor kontak untuk bisa menghubunginya.
Menurut dia menjaga kesehatan diri serta menghindari kontak fisik antar sesama lebih baik demi mempercepat proses pemulihan dari wabah corona sehingga ketika sudah aman bisa beraktivitas normal, termasuk bersilaturahmi secara fisik.
Ia juga menghargai beberapa kiai di Kabupaten Kudus yang tidak melakukan "open house" saat Lebaran nanti.
Tradisi Lebaran tidak hanya bersilaturahmi antar sesama umat Muslim, sebagian juga memiliki kebiasaan untuk bersedekah kepada warga yang kurang mampu.
Karena sedang dalam pandemi COVID-19, umat Muslim yang tergolong tidak mampu tentunya sudah dipenuhi kebutuhannya oleh masjid terdekat yang mengumpulkan zakat umat Muslim serta sedekah dari warga kaya.
"Program 'jogo tonggo' yang sedang didengungkan juga bisa dimanfaatkan untuk memantau kondisi warga kurang mampu apakah kebutuhan makan sehari-harinya sudah terpenuhi atau belum," ujarnya.
Terkait dengan pelaksanaan Shalat Idul Fitri, sesuai kesepakatan bersama Pemkab Kudus dan beberapa pihak terkait bahwa masyarakat diimbau menjalankannya di rumah demi mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas.
Kalaupun pengelola masjid ingin menggelar Shalat Id berjemaah, maka protokol kesehatannya harus benar-benar diterapkan, mulai dari memakai masker, jaga jarak saf, dan cuci tangan pakai sabun sebelum masuk masjid, serta dipastikan bahwa jemaah yang hadir juga dalam kondisi sehat dan tidak ada riwayat kontak dengan pasien COVID-19 atau perjalanan dari daerah pandemi corona.