Jakarta (ANTARA) - Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat kasus kematian babi di Provinsi Bali dalam satu bulan terakhir mencapai 888 ekor yang pada beberapa lokasi peternakan.
Namun demikian Direktur Kesehatan Hewan Kementan Fadjar Sumping Tjatur Rasa menegaskan bahwa kematian babi tersebut belum dipastikan karena penyakit African Swine Fever (ASF) atau yang biasa dikenal sebagai virus flu babi Afrika.
"Perlu dicatat bahwa kematian babi tersebut belum pasti karena ASF. Kami masih dalam proses pengujian dan diagnosa," kata Fadjar Sumping dalam pesan yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.
Fadjar menyebutkan bahwa kasus kematian pada 888 ekor babi ditemukan di Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Denpasar, Gianyar, dan Tabanan.
Baca juga: 808 babi di Bali mati terkena Flu Babi Afrika
Ia menjelaskan bahwa kematian babi yang diduga karena ASF tersebut masih memerlukan pengujian dan diagnosa di laboratorium rujukan yang saat ini sedang dalam proses.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana menyebutkan bahwa peningkatan kasus kematian ini kemungkinan akibat
masuknya agen penyakit baru serta didukung faktor lingkungan kandang yang kurang bersih dan sehat.
"Penularan dapat terjadi melalui kontak antara babi sakit dengan babi sehat atau sumber lainnya seperti pakan, peralatan kandang, dan sarana lainnya," kata Wisnuardhana, dalam keterangan sebelumnya.
Wisnuardhana menduga kasus kematian babi di beberapa kabupaten/kota ini disebabkan oleh virus, dan hal ini telah menimbulkan kerugian ekonomi akibat bertambahnya kematian dan membuat peternak menjual babi secara tergesa-gesa dengan harga murah.
Baca juga: Bangkai babi dibuang di jalan, bau busuk merebak di Kota Medan
Berdasarkan hasil penelusuran ke lokasi kasus, babi yang mati menunjukkan tanda klinis seperti demam tinggi, kulit kemerahan, terutama pada daun telinga, inkordinasi, dan pneumonia. Menurut dia, ini merupakan kasus terindikasi ASF.
Indikasi ini juga didukung hasil pengujian laboratorium BBVet Denpasar, namun untuk konfirmasi masih memerlukan pengujian dan diagnosa di laboratorium rujukan yg saat ini sedang dalam proses.
Adapun langkah-langkah strategis Pemda Bali dan Kementan untuk mencegah penyebaran penyakit adalah melalui pembentukan jejaring informasi dan respons cepat penanganan kasus, investigasi terhadap sumber penularan, hingga pengambilan sampel babi untuk pemeriksaan laboratorium.
"Melalui komunikasi, informasi dan edukasi yang melibatkan desa adat, asosiasi peternak babi dan masyarakat peternak, kita ajak mereka untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan penyakit pada babi dengan menerapkan biosekuriti pada kandang," tambah Wisnuardhana.
Ia juga menyampaikan bahwa telah dilakukan pengawasan terhadap tempat-tempat pemotongan babi, untuk memastikan kesesuaian tata cara pemotongan ternak dengan standar operasional prosedur.
Baca juga: Ribuan babi mati akibat virus kolera
Berita Terkait
Dispertan Kudus lakukan vaksinasi ternak unggas antisipasi flu burung
Senin, 5 Agustus 2024 14:58 Wib
Pemkab Batang cegah Flu Singapura
Kamis, 23 Mei 2024 13:19 Wib
Masyarakat Kudus waspadai virus flu burung
Kamis, 9 Maret 2023 19:03 Wib
DKK Surakarta minta pemilik unggas lapor jika ada kematian mendadak
Selasa, 7 Maret 2023 19:46 Wib
Kasus flu burung baru di China, pakar ingatkan risiko kematian
Sabtu, 4 Maret 2023 10:59 Wib
Dinkes Semarang imbau peternak unggas waspadai flu burung
Jumat, 3 Maret 2023 9:42 Wib
Dinkes Boyolali imbau warga waspadai batuk-flu dampak cuaca ekstrem
Kamis, 13 Oktober 2022 10:08 Wib
Warga Australia bakal hidup dengan COVID, anggap seperti flu
Sabtu, 12 Maret 2022 15:30 Wib