Banyumas (ANTARA) - Petugas Kepolisian Sektor Pekuncen, Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyumas, Jawa Tengah, menyelidiki temuan telur asin yang diduga palsu sebanyak 120 butir yang diproduksi oleh seorang warga Desa Karangklesem, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Ya betul, kami masih menunggu hasil laboratorium, sampel sudah diambil oleh Dinas Kesehatan," kata Kepala Polsek Pekuncen Ajun Komisaris Polisi Susanto kepada wartawan di Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Dia mengatakan pihaknya belum dapat memastikan apakah telur asin tersebut palsu atau asli karena masih menunggu hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Alat deteksi gempa bakal dipasang di Cilongok Banyumas
Saat ditemui wartawan di rumah produsen telur asin yang merupakan warga Desa Karangklesem, Kecamatan Pekuncen, Banyumas, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Kabupaten Banyumas Imam Subagyo mengatakan pihaknya telah mengambil telur asin yang diduga palsu tersebut.
"Kami ambil sampel untuk tes penegasan dengan alat yang ada, hasilnya negatif boraks dan formalin. Kami juga tindak lanjuti ke laboratorium yang terakreditasi, tadi kami dapat info katanya negatif boraks dan formalin, secara resmi besok suratnya baru jadi," katanya.
Ia mengatakan pihaknya juga belum dapat memastikan penyebab telur asin tersebut berwarna cokelat dan bertekstur kenyal.
Menurut dia, berdasarkan berbagai sumber, hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya bahan baku yang kurang bagus dan proses pengolahan.
"Kami belum tahu sumber bahan bakunya seperti apa, karena ambilnya menyuruh orang, ambil di Gandrungmangu (Cilacap, red.)," katanya.
Oleh karena itu, katanya, petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memeriksa lebih lanjut terhadap telur asin tersebut.
Di tempat yang sama, Pengawas Farmasi Obat dan Makanan Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) Banyumas Winanto mengatakan pihaknya perlu melakukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan telur asin tersebut palsu atau asli.
"Kami nanti uji kadar air, kadar protein, dan lemak. Kami akan bandingkan telur yang diduga palsu ini dan telur yang asli," katanya.
Baca juga: Apoteker Banyumas tolak Permenkes Perizinan Rumah Sakit
Menurut dia, pihaknya telah mengambil sampel telur asin tersebut untuk dikirim ke Balai Besar POM Semarang guna melengkapi hasil uji laboratorium yang dilakukan Dinkes Kabupaten Banyumas dan hasilnya diperkirakan dapat diketahui pekan depan.
Ia mengakui berdasarkan hasil uji formalin dan boraks, semuanya menunjukkan hasil negatif sehingga pihaknya akan melakukan uji tambahan terkait dengan persyaratan mutu telur asin seperti kadar garam dan cemaran mikroba.
"Kami juga akan melihat sarana produksi dan cara pembuatannya untuk memastikan penyebab telur asin tersebut menjadi cokelat dan kenyal. Ini juga belum ada izin edarnya, sehingga kami menyarankan untuk segera mengajukan ke Dinkes," katanya.
Kepala Desa Karangklesem Subagyo mengakui adanya temuan telur asin yang tidak lazim itu telah menggegerkan warga dalam beberapa hari terakhir karena diduga palsu.
Menurut dia, telur asin tersebut pada bagian putih telurnya berwarna cokelat tua, sedangkan pada bagian kuning telurnya terutama bagian tepinya berwarna kehitam-hitaman.
"Setelah dimasak, ada yang berwarna cokelat muda, ada yang cokelat tua, dan setelah dibuka seperti gel, kenyal. Apakah itu telur bikinan atau asli, tapi kalau dilempar kaya bola cenil, mantul-mantul," katanya.
Baca juga: Banyumas luncurkan aplikasi SIAPPMas
Selain itu, kata dia, telur asin tersebut juga tidak memiliki rongga udara di bagian dalam seperti umumnya dan rasanya getir meskipun baunya sama seperti telur asin pada umumnya sehingga temuan tersebut dilaporkan kepada pihak terkait.
Sementara itu, produsen telur asin, Komaroh (42) mengaku terkejut karena telur asin buatannya berwarna cokelat dan bertekstur kenyal sehingga mendapat komplain dari pelanggan.
"Saya dapat pesanan 40 butir telur asin untuk hajatan tanggal 2 Februari 2020. Pembeli komplain kok warnanya begini, ya sudah dibawa ke sini saja, ditarik semuanya," kata Komaroh yang sudah lebih dari tiga tahun menggeluti usaha pembuatan telur asin.
Terkait dengan hal itu, dia pun segera mengecek sisa telur yang dibeli dari pedagang kenalan suaminya pada tanggal 23 Januari 2020 sebanyak 120 butir dan ternyata kondisinya sama sehingga hal itu dilaporkan ke perangkat desa karena merasa janggal.
Baca juga: Antisipasi virus corona, Pemkab Banyumas dirikan posko 24 jam