Purbalingga (ANTARA) - Kelompok Ilmiah Remaja Ganesha SMA Negeri 1 Purbalingga di Jawa Tengah menjadi juara pertama lomba karya tulis ilmiah nasional "Insect Day 2019" di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
"Kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM, itu diikuti berbagai SMA/MA/SMK dari seluruh Indonesia. Tim KIR Ganesha SMA Negeri 1 Purbalingga berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan karena mampu mengungguli tim lainnya di babak final yang digelar pada hari Sabtu (23/11)," kata Kepala SMA Negeri 1 Purbalingga Kustomo di Purbalingga, Senin.
Ia mengatakan Tim Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Ganesha maju ke babak final berkat karya ilmiah berupa "Alat Perangkap Hama Berbasis Mikrokontroler Menggunakan Arduino Mega 2560 pada Media Hidroponik" dan berhasil menyingkirkan sembilan tim lain yang berasal dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Jakarta, Tangerang Selatan, Kediri, Nganjuk, dan Kudus.
Baca juga: Disperpusip: Generasi muda tuangkan pengetahuan dalam karya tulis
Atas prestasi tersebut, Tim KIR Ganesha SMA Negeri 1 Purbalingga yang terdiri atas Gilang Rizky (siswa Kelas XI MIPA 6), Alif Syukron (Kelas XI MIPA 6), dan Dewanta Aufar (Kelas XI MIPA 8) mendapatkan penghargaan berupa piala, piagam, dan uang pembinaan.
Pembina KIR SMA Negeri 1 Purbalingga Ruswanto mengatakan pembuatan alat yang diikutsertakan dalam ajang lomba karya tulis ilmiah (LKTI) Nasional tersebut bermula dari banyaknya hama yang menyerang tanaman hidroponik di sekolah Adiwiyata tersebut.
"Dalam proses budi daya itu, ternyata banyak hama yang menyerang tanaman tersebut, sehingga menginspirasi Tim KIR Ganesha untuk berinovasi mengatasi serangan hama dengan membuat alat perangkap hama berbasis mikrokontroler," katanya.
Perangkap Hama
Anggota Tim KIR Ganesha, Gilang Rizky, mengatakan bahwa perangkap hama buatan timnya terdiri atas beberapa komponen yakni Arduino Mega 2560 sebagai pengoperasi sirkuit, sensor PIR (Passive infra Red), sensor warna, kipas DC (Dirrect Current), lampu RGB (Red, Green, and Blue), dan motor servo.
"Kami menggunakan lampu RGB untuk mengatur pada warna violet yang mempunyai frekuensi tinggi sehingga menarik perhatian hama. Ketika serangga mendekat ke lampu, sensor PIR akan mendeteksi serangga dan mengirimkan sinyal ke kipas DC untuk menyala," ia menjelaskan.
Saat kipas menyala, ia melanjutkan, serangga akan terdorong ke lorong identifikasi sehingga sensor warna akan bekerja sesuai data yang sudah dimasukkan.
"Di sini, data warna yang di-input-kan pada sensor warna terdiri warna merah untuk mendeteksi serangga laddy bug atau serangga penyerbukan, warna hijau untuk mendeteksi walang sangit yang tergolong hama, dan warna hitam untuk mendeteksi serangga aphis yang juga tergolong hama," kata anggota tim lainnya, Alif Syukron.
"Jika serangga yang masuk jenisnya adalah hama, maka akan diteruskan ke kotak hama, namun jika bukan hama, akan dikeluarkan lewat corong yang mengarah keluar alat," ia menambahkan.
Menurut dia, di dalam kotak hama sudah tersedia alat setrum yang mirip raket nyamuk untuk membunuh semua hama.
Alat perangkap hama tersebut, menurut dia, memiliki tiga keunggulan yakni bekerja secara otomatis, selektif atau hanya akan menangkap serangga yang bersifat merusak tanaman dan meloloskan serangga yang menguntungkan, juga ramah lingkungan karena tidak merusak kualitas tanah, air, dan tanaman budi daya serta menggunakan sel surya sebagai sumber energi.
"Tim KIR Ganesha pada tahun 2019 ini juga meraih prestasi membanggakan karena pada tanggal 2 November kemarin, meraih juara 3 dalam ajang lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto," kata pembina KIR lainnya, Meiseti Awan.
Baca juga: Bank Jateng gali ide kreatif lewat lomba karya ilmiah