Solo (ANTARA) - Harga ayam hidup di wilayah Soloraya, Jawa Tengah, mulai turun pascakenaikan yang terjadi beberapa bulan terakhir.
"Sejak memasuki akhir bulan September 2019, harga ayam hidup di tingkat peternak mulai menunjukkan kenaikan harga. Bahkan di bulan Oktober harga ayam sudah menembus harga pokok produksi," kata Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Jawa Tengah Parjuni di Solo, Selasa.
Ia mengatakan pada saat itu harga ayam hidup di tingkat peternak mencapai Rp19.000,00 per kg, sedangkan HPP di angka Rp18.000,00 per kg.
Menurut dia, harga tersebut terus bertahan hingga pertengahan bulan ini. Meski demikian, saat ini harga mulai berangsur turun, yaitu kembali di harga Rp18.500 per kg.
"Saat ini HPP antara Rp17.800,00—Rp18.200,00/kg. Kami akan menyampaikan kondisinya kepada pemerintah," katanya.
Sebelumnya, berdasarkan pantauan di lapangan, harga daging ayam di Solo pada awal bulan Oktober 2019 sekitar Rp32.000,00/kg. Selanjutnya, tepatnya pada pertengahan bulan Oktober harga sedikit naik menjadi Rp32.300,00/kg.
Baca juga: Pinsar berharap kenaikan harga ayam tak bersifat sementara
"Mulai pertengahan bulan Oktober itu harga naik secara bertahap, setelah Rp32.300 per kg, Rp32.700 per kg, kemudian naik lagi jadi Rp33.000 per kg, tetapi awal bulan November turun jadi Rp32.700 per kg," kata seorang pedagang di Pasar Legi Solo Sulastri.
Baca juga: Penurunan harga ayam hidup dikeluhkan kembali oleh Pinsar
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta mencatat pada Oktober 2019 daging ayam ras menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi.
Menurut data, harga daging ayam ras naik 5,42 persen sehingga memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen.
Baca juga: Pinsar nilai lonjakan harga ayam tak wajar