Solo (ANTARA) - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah menganggap lonjakan harga ayam yang terjadi beberapa hari terakhir ini tidak wajar karena prosesnya yang terlalu cepat.
"Kenaikan ini langsung signifikan, dari Rp8.000-9.000/kg di tingkat peternak menjadi Rp18.000/kg," kata Ketua Pinsar Jawa Tengah Parjuni di Solo, Selasa.
Ia mengatakan jika melihat jadwal pembibitan saat periode Lebaran lalu, harga dan pasokan diprediksi baru akan kembali normal setelah tanggal 5 Juli 2019.
Ia mengkhawatirkan kenaikan harga tersebut disebabkan oleh banyaknya peternak yang menahan pengeluaran atau hasil panen mereka ke pasaran.
Baca juga: Pinsar petelur protes kenaikan harga jagung
Menurut dia, jika hal itu benar terjadi maka kemungkinan kenaikan harga tidak akan berlangsung lama karena harga akan kembali turun ketika peternak melepas panen selanjutnya dalam jumlah besar.
"Kalau harga naik itu sebenarnya bagus. Permasalahnya adalah kalau ini resisten dan tidak bisa berlangsung lama. Kenaikan ini juga terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba," katanya
Meski demikian, pihaknya mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu memangkas jumlah bibit sebesar 30 persen di wilayah Jawa Tengah.
"Kondisi ini dapat mengurangi pasokan ayam di pasaran. Dengan demikian, harapannya tingginya harga ayam bisa berlangsung lebih lama," katanya.
Sebelumnya, tepatnya pada Rabu (26/6) Pinsar Jateng melakukan aksi bagi ayam secara gratis kepada masyarakat sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah karena tidak segera memangkas kelebihan pasokan ayam yang berdampak pada penurunan harga ayam di tingkat peternak.
Ia mengatakan berlebihnya pasokan ayam di Jawa Tengah ini mencapai 30 persen, yaitu dari kebutuhan normal sekitar 1,2-1,3 juta ekor/hari, saat ini pasokannya mencapai 1,5-1,7 juta ekor/hari.